Kalau kamu sedang mencari bacaan pendek tapi punya efek menenangkan seperti teh hangat di sore hari yang mendung, Hardboiled & Hard Luck karya Banana Yoshimoto bisa jadi pilihan menarik.
Buku ini berisi dua cerita pendek yang berbeda, tapi punya benang merah yang sama, yaitu kesedihan yang mengendap dalam diam, dan cara manusia berdamai dengan duka.
Yoshimoto di sini menulis dengan nada yang lembut khasnya. Meski terdengar lirih, tapi penuh makna. Ia tidak pernah mendramatisasi luka-luka para tokohnya.
Justru, ia membiarkan duka itu ada di sana, tanpa harus dijelaskan secara berlebihan. Dan dari sanalah letak kekuatannya.
Cerita pertama, Hardboiled berkisah tentang seorang perempuan yang pergi ke wilayah pegunungan sendirian.
Ia sedang bergulat dengan kesedihan setelah putus dari pasangannya. Dalam perjalanannya, ia dihadapkan pada hal-hal ganjil.
Suasana desa yang terasa agak aneh, kenangan masa kecil yang terus membayangi, ditambah pengalaman supranatural yang samar tapi bikin merinding pelan—semuanya diramu dengan cara khas Banana Yoshimoto.
Yang menarik, unsur hantu di cerita ini nggak ditampilkan dengan cara menyeramkan seperti di film horor kebanyakan
Justru terasa lebih seperti mimpi yang ganjil tapi nggak bisa dilupakan. Di sinilah kelihaian Yoshimoto terasa banget, menciptakan atmosfer yang tenang, tapi tetap bikin bulu kuduk berdiri diam-diam.
Ia lebih seperti bayangan masa lalu, mengganggu, tapi tak bisa dijelaskan sepenuhnya. Bukan sekedar kisah horor, melainkah kisah sedih di masa lalu yang terus menjadi bayang-bayang.
Cerita kedua, Hard Luck, terasa lebih membumi. Tokoh utamanya adalah seorang perempuan yang sedang menanti saat-saat terakhir kakaknya, yang sudah koma dan akan segera dicabut alat bantu hidupnya.
Di tengah momen penuh tekanan ini, ia justru menemukan kedekatan baru dengan tunangan sang kakak. Kesedihan amat terasa melalui cara mereka sendiri, tanpa adanya kisah yang meledak-ledak.
Cerita ini punya kualitas yang sangat manusiawi. Kita bisa merasakan betapa dekatnya emosi sang tokoh dengan kita. Rasa kehilangan, ketidakpastian, dan kerinduan yang menggantung di udara.
Yoshimoto tidak menawarkan penyelesaian besar. Tidak ada klimaks dramatis. Yang ada hanya keheningan, penerimaan, dan pelan-pelan berjalan lagi.
Yang membuat dua cerita ini begitu menenangkan adalah bagaimana Yoshimoto memotret kesedihan.
Ia tidak menjadikan duka sebagai puncak konfliknya, tapi sebagai sebuah perjalanan yang harus dilewati oleh tokohnya.
Ada kualitas seperti mimpi di dalam keduanya. Hardboiled menyajikan kesedihan yang misterius dan kabur. Sementara Gard Luck menampilkan kisah yang lebih nyata dengan diselimuti kabut.
Meski begitu, edua cerita ini sama-sama memberi ruang bagi pembaca untuk merenung, untuk menemukan makna di balik keheningan.
Dalam novel ini, penulis tidak mencoba tampil rumit atau terlalu artistik, tapi justru karena itulah tulisannya terasa dekat. Banyak bagian dalam bukunya yang seperti bisikan hati sendiri, tenang, tulus, dan tiba-tiba saja membekas.
Tokoh-tokoh perempuannya pun selalu unik. Mereka bukan pahlawan. Mereka hanya manusia biasa yang mencoba memahami hidup dan kematian, cinta dan kehilangan.
Dalam Hardboiled & Hard Luck, karakter-karakter ini terasa sangat hidup meski hanya dalam cerita pendek.
Hardboiled & Hard Luck memang bukan karya terbaik Yoshimoto jika dibandingkan dengan Kitchen atau Goodbye Tsugumi, tapi novel ini masih tetap layak untuk dibaca.
Untuk kamu yang sedang mencari bacaan pendek, melankolis, tapi tidak terlalu berat, dua cerita dalam buku ini bisa jadi teman baik.
Ia tidak akan membuatmu menangis, tapi mungkin akan membuatmu menatap langit dan mengingat seseorang yang pernah kamu rindukan diam-diam.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Novel The Boldest White: Mengajarkan Anak Menjadi Pemimpin Lewat Kebaikan
-
Buku The Proudest Blue: Ketika Hijab Jadi Simbol Keberanian dan Identitas
-
Pelajaran Berharga di The Kindest Red: Kebaikan Bisa Dimulai dari Hal Kecil
-
We Are Water Protectors, Buku Anak yang Menyuarakan Kelestarian Lingkungan
-
Ulasan Buku "Door", Membuka Pintu Misterius untuk Menuju ke Dunia Ajaib
Artikel Terkait
-
Review Film Look Back, Nostalgia terhadap Cita-cita Masa Muda
-
Siapa Saori Araki? Mantan Idol Jepang Viral Usai Cosplay Jadi Pegawai Kantoran
-
Sinopsis Laundering, Drama Jepang Terbaru Joichiro Fujiwara dan Yuuka Sugai
-
Ulasan Buku If You Opened the Door: Menguak Batasan Dunia Imaji dan Realita
-
Belajar Mengelola Diri Lewat Buku Hidup itu Murah yang Mahal Gengsi Kita
Ulasan
-
Ulasan Film Believe: Ketika Luka Jadi Kekuatan di Medan Perang!
-
Menikmati Musik Jazz di Jantung Kota Bandung
-
Review Film Look Back, Nostalgia terhadap Cita-cita Masa Muda
-
Review Film Drowning Dry: Tentang Menyelami Luka dan Mengulang Ingatan
-
Review 28 Days Later, Film Cillian Murphy yang Mendobrak Genre Horor-Zombi
Terkini
-
4 Micellar Water Oil Bersihkan Makeup Waterproof Tanpa Merusak Skin Barrier
-
6 Mobil Bekas Tangguh di Bawah Rp100 Juta Buat Daerah Pegunungan dan Jalan Rusak
-
Bikin Penasaran! ZeroBaseOne Ungkap Jadwal Teaser Full Abum Never Say Never
-
Piala AFF U-23 dan Raihan Gelar Individu yang Terasa Hambar bagi Seorang Jens Raven
-
4 Potret Bromance Yoon Dong Ju dan Kim Jong Hyeon di Good Boy, Bak Saudara!