Camilla “Cam” Deschamps tampak melewati pagi biasa, mengantar bayi perempuannya, Polly, ke daycare lalu kembali bekerja sebagai agen sastra setelah cuti melahirkan. Namun, pagi itu tiba-tiba berubah ketika suaminya, Luke, tidak ditemukan yang ia temukan hanyalah sepucuk catatan misterius yang berisi “It’s been so lovely with you both”.
Beberapa menit kemudian, polisi mendatangi kantornya dengan berita yang menghancurkan, Luke adalah pelaku penahanan sandera di sebuah warehouse di London, ia telah menembak dua dari tiga korban sebelum menghilang.
McAllister merancang cerita ini dalam empat babak yang bergerak antara peristiwa di hari pengepungan dan kehidupan Cam tujuh tahun kemudian, saat ia menerima koordinat misterius yang mungkin mengarah pada jawaban tentang apa yang sebenarnya terjadi. Pergantian waktu ini memberikan ketegangan emosional sekaligus membiarkan pembaca menyusun informasi secara perlahan.
Sebagai seorang agen sastra sekaligus ibu baru, Cam digambarkan sebagai sosok yang profesional namun rentan secara emosional. Perjalanan batinnya dari kebingungan dan trauma menuju tekad untuk mengungkap kebenaran sangat menggugah, karena di satu sisi ia takut akan jawabannya dan di sisi lain tak bisa berhenti mencarinya.
Meskipun banyak dari cerita dikisahkan dari sudut pandang Cam, sosok Luke tetap kuat sebagai enigma. Ia digambarkan sebagai suami yang penuh kasih tapi kemudian berubah menjadi seorang tersangka yang kejam. Hubungan Luke dengan klien rahasia dan manuskrip yang berisi informasi sensitif mengenai korupsi membawa tanda tanya besar tentang apakah ia benar-benar pelaku utama atau pion dalam rencana yang lebih besar.
Hostage negotiator veteran yang terlibat dalam kasus tersebut, Niall mengalami kegagalan profesional saat penyanderaan lalu menjadi sosok penting dalam fase investigasi ulang tujuh tahun kemudian. Konfliknya sendiri termasuk kehancuran rumah tangganya akibat obsesinya pada pekerjaan menjadi cerminan sisi ketegangan emosional dalam novel.
Novel ini menyoroti bagaimana realitas bisa berbeda tergantung siapa yang melihat. Cam ditantang untuk meninjau kembali semua momen kecil dalam pernikahannya sambil mempertanyakan apakah ia benar-benar tahu siapa Luke sebenarnya.
Cam menghadapi dilema moral antara cinta dan keselamatan anaknya. Ia terus menimbang, apakah Luke melakukan segalanya demi proteksi atau karena ada kekuatan lain yang memaksanya? Pertanyaan ini menjadi inti ketegangan narasi.
Tujuan Cam bukan hanya menemukan Luke, tapi juga memahami bagaimana peristiwa itu membentuk hidupnya dan Polly. Novel ini mengeksplorasi bagaimana trauma mempengaruhi hubungan keluarga, serta seberapa jauh seseorang bersedia berjuang untuk mengungkap kebenaran.
McAllister menulis dengan gaya yang tajam namun elegan, detail keseharian dan percakapan sehari-hari menghadirkan nuansa realistis dan intens. Konflik batin Cam mendapat ruang naratif yang kuat, sementara ritme cerita cukup cepat, walaupun seiring masuk ke bagian kedua, ada momen pacing melandai sebelum mencapai klimaks yang emosional dan penuh suspense.
Pada bagian akhir, twist-twist yang muncul terasa logis, bukan dipaksakan. Pembaca diberi jawaban yang memuaskan dan sekaligus menyadarkan bahwa trauma dan rasa bersalah tidak berhenti begitu saja tapi perlu diproses terus-menerus.
Karakter-karakter dalam novel ini dibangun dengan kompleks dan penuh nuansa, terutama Cam dan Niall.
Struktur dual-timeline terasa menarik, membangun ketegangan dan rasa tidak pasti secara bertahap. Ketegangan emosional bagian thriller juga berpadu dengan refleksi psikologis mendalam tentang keluarga dan moralitas.
Namun ada beberapa kelemahan dalam novel ini, misalnya pada bagian tengah cerita terasa lambat dan pacing agak turun. Karakter sampingan seperti anggota keluarga atau rekan kerja Luke tidak terlalu dikembangkan secara mendalam. Beberapa unsur plot memerlukan suspensi ketidakpercayaan dari pembaca, terutama terkait konspirasi besar di balik skrip rahasia Luke.
"Famous Last Words" adalah novel thriller psikologis yang memikat dengan perpaduan suspense, drama keluarga, dan refleksi moral yang menantang. McAllister membangun cerita dengan cermat, memaksa pembaca mempertanyakan kebenaran, loyalitas, dan batas pengampunan. Meski bukan tanpa kekurangan, novel ini sangat layak untuk dibaca oleh siapa saja yang mencari ketegangan emosional dan cerita berdampak panjang.
Identitas Buku
Judul: Famous Last Words
Penulis: Gillian McAllister
Penerbit: William Morrow
Tanggal Terbit: 25 Februari 2025
Tebal: 336 Halaman
Baca Juga
-
Ulasan Novel My Darling Dreadful Thing, Cerita Horor di Rumah Tua Beckman
-
Ulasan Novel Outlier: Penerimaan Diri di Tengah Luka Lama
-
Ulasan Novel The Friend Zone: Pilihan Sulit Antara Cinta dan Mimpi
-
Ulasan Novel Where Loyalty Lies: Perjalanan Menemukan Jati Diri
-
Ulasan Novel Icing on the Murder: Rahasia Gelap di Balik Kue Pengantin
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Ceros dan Batozar: Rahasia Kelahiran Tuan Muda Ali
-
Ulasan Novel Pretty Prita: Terbangun Menjadi Seorang Perempuan
-
Ulasan Novel Si Anak Cahaya: Sosok Ibu Adalah Seorang Anak Juga
-
Ulasan Novel Rara Mendut: Riak Ombak Mengusung Kemerdekaan Perempuan
-
Ulasan Novel The First Gentleman: Saat Suami Presiden Jadi Sorotan Politik dan Dilema Pribadi
Ulasan
-
Ulasan Novel Cold Couple: Kisah Cinta Dingin yang Menghangatkan Jiwa
-
Cerita Pahit Warung Kopi Pangku: Dilema Moral Ibu Tunggal dalam Film Pangku
-
Review Film The Girl with the Needle, Pembunuh Bayi Berkedok Adopsi
-
Bidadari Santa Monica: Ketika Warna Kehidupan Bertemu Misteri dan Cinta
-
Review Film Kuncen: Teror Nggak Kasatmata dari Lereng Merbabu
Terkini
-
ASMR: Ancaman Tersembunyi di Balik Bisikan yang Menenangkan?
-
Lawan Honduras, Timnas Indonesia U-17 Wajib Pesta Gol Demi Lolos Fase Grup?
-
Mata Lelah, Pikiran Kacau? Mungkin Kamu Butuh Digital Detox
-
Stop Panik! Ini yang Sebenarnya Terjadi Jika Minum Air Dingin Setelah Olahraga
-
4 Serum dengan Kandungan Cica & Tea Tree, Diklaim Lebih Cepat Atasi Jerawat