Perjuangan perempuan di Tiongkok pedesaan berlangsung dalam ruang hidup yang keras, di mana tradisi patriarkis masih mengikat kuat. Mereka harus bertahan hidup dengan bekerja di ladang, mengurus keluarga, sekaligus menanggung beban sosial yang membatasi suara dan pilihan mereka. Hal ini sesuai dengan isi dari novel karya Bi Feiyu.
Three Sisters merupakan novel karya penulis Tiongkok bernama Bi Feiyu. Novel ini berhasil diterjemahkan dan diterbitkan oleh PT Elex Media Komputindo pada tahun 2014. Mengusung genre fiksi, fiksi sejarah, dan Chinese literature, novel ini memiliki jumlah 480 halaman.
Menceritakan tentang tiga gadis desa, kakak beradik, dengan berbagai karakter, menjalani kehidupan mereka yang berliku. Cinta, benci, hidup, mati, dan laki-laki. Novel ini berlatar di Cina atau Tiongkok pada tahun 1960-1980-an. Tiga bersaudara tersebut adalah Yumi, Yuxiu, dan Yuyang.
Yumi merupakan anak sulung. Dia hadir sebagai sosok yang keras, ambisius, tak segan menantang batas yang telah ditentukan masyarakat untuk perempuan. Memikul tanggung jawab yang besar atas keluarganya, namun langkah-langkahnya untuk meraih kuasa membuatnya harus berkompromi dengan pejabat dan sistem yang timpang. Keberanian Yumi membawanya masuk ke ranah politik, tetapi harga yang dia bayar menunjukkan betapa rapuh posisi perempuan ketika berhadapan dengan struktur kekuasaan.
Selanjutnya adalah Yuxiu, anak tengah yang berbeda dengan saudaranya. Dia cantik, memesona, dan terbiasa membuat laki-laki bertekuk lutut. Namun, kecantikan itu sering menjelma menjadi jerat, membuatnya dipuja sekaligus dipandang rendah. Di balik pesona tubuhnya, Yuxiu menyimpan luka batin, rasa frustasi, dan kesepian yang sulit diobati. Melalui dirinya, tampak jelas bahwa daya tarik perempuan bisa menjadi pedang bermata dua, membuka peluang sekaligus membawa stigma.
Terakhir adalah Yuyang, anak bungsu yang tampil dengan kepolosan dan ketulusan yang memberi kontras dari saudaranya. Dia memandang dunia dengan rasa ingin tahu, polos namun dengan keteguhan hati. Justru karena sifat itu, dia mudah terseret dalam permainan orang dewasa yang belum sepenuhnya dia pahami. Yuyang mencerminkan harapan yang masih murni, sebuah kemungkinan akan masa depan yang lebih baik, meski realitas tak jarang mengguncangnya.
Lalu, bagaimana ketiganya menghadapi kehidupan yang penuh dengan rintangan? Apakah mereka akan menyerah? Atau tetap semangat menjalankan posisinya?
Untuk mengetahui kelanjutan jalan cerita, kamu dapat membacanya di novel Three Sisters karya Bi Feiyu.
Di awal membaca, saya kesusahan menghafal nama-nama tokoh yang sangat banyak. Bahkan, saya menulis penjabarannya agar tidak bingung di tengah cerita. Untungnya, semakin lama saya bisa mengikuti dan paham dengan jalan cerita yang dibuat oleh penulis.
Karena ini berlatar 1960-1980-an, novel ini menggambarkan intrik politik desa yang kuat, gosip masyarakat yang tidak bisa dihindari, hingga relasi gender yang timpang. Semua ini membuat kisah tiga bersaudara tersebut terasa bukan hanya cerita pribadi, tetapi juga cermin dari struktur sosial yang lebih kuat.
Kalau dilihat sekilas, memang tampak tidak relate dengan zaman sekarang. Tapi di sisi lain. pesan universalnya masih relevan. Tentang perempuan yang masih sering menghadapi dilema antara ambisi, cinta, dan tuntutan sosial. Kemudian stigma terhadap perempuan yang dianggap menggunakan kecantikannya atau terlalu ambisius masih terjadi sampai sekarang. Yang pali penting, relasi kuasa antar gender yang tetap jadi perdebatan di era modern.
Untuk pembaca yang masih di bawah umur, harap menjauhi novel ini terlebih dahulu karena terdapat penceritaan dewasa yang tidak boleh dibaca. Mungkin, pembaca yang sudah dewasa boleh membacanya dan temukan kebimbangan saat membacanya.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Drama City of Romance: Rahasia dan Perlindungan dalam Kebohongan
-
Ulasan Drama China Coroner's Diary: Menegakkan Keadilan Lewat Forensik
-
Ulasan Novel The Game of Love: Hidup Bersama Tanpa Menaruh Rasa
-
Ulasan Novel Beside You: Takdir sebagai Pemeran Pengganti
-
Ulasan Novel Too Cold To Handle: Luluh dengan Ketulusan Sederhana
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel The Friend Zone: Pilihan Sulit Antara Cinta dan Mimpi
-
Tinggalkan 'Jejak' Perlawanan, Aliansi Perempuan Tuntut Penghentian Kekerasan Negara
-
6 Film Clara Bernadeth, Perempuan Pembawa Sial Segera Tayang
-
Ulasan Novel Bedebah di Ujung Tanduk: Titik Balik Dunia Shadow Economy!
-
Anrez Adelio Jawab Kabar Kabur Usai Hamili Seorang Wanita: Manusia Tak Luput dari Dosa
Ulasan
-
Ulasan Buku "Revenge of the Tipping Point", Kombinasi Psikologi Dunia
-
Review Film Wasiat Warisan: Komedi Keluarga dengan Visual Danau Toba
-
Review Film Zootopia 2: Petualangan yang Lebih Dewasa dan Emosional
-
Ulasan Film Steve: Kisah Satu Hari yang Mengancam Kewarasan
-
Ulasan Buku Melania: Tokoh Publik Amerika Serikat yang Melegenda
Terkini
-
Tegas, Iko Uwais Tepis Isu Pencitraan dalam Film Timur
-
Gantikan Marselino Ferdinan, Rifqi Ray Farandi Hadapi Tanggung Jawab Besar
-
Ketika Grup Chat Jadi "Medan Bullying": Bagaimana Cara Menghadapinya?
-
FIFA Puskas Award 2025, Rizky Ridho dan Kado Penawar Luka Barisan Pendukung Setia Skuat Garuda
-
Makin Menegangkan! Serial The Night Agent Season 3 Rilis Februari 2026