Sekar Anindyah Lamase | Rie Kusuma
Cover novel Jodoh di Tangan Aplikasi (Dok. Pribadi)
Rie Kusuma

Bagi perempuan dewasa yang tak kunjung menikah di usia yang dianggap sudah layak membina rumah tangga, kerap menimbulkan stigma di kalangan masyarakat. Tak terkecuali dengan yang menimpa tokoh utama kita dalam novel Jodoh di Tangan Aplikasi karya Ika Armeini.

Kisah bermula ketika Yara, gadis berusia 30 tahun, pemilik Kedai Manis Rasa, yang mapan, cantik, mandiri, mendapat desakan dari keluarga dan orang-orang di lingkungannya agar segera menikah.

Yara bukannya tidak laku. Ia bahkan sudah bertunangan. Namun, gadis itu terpaksa memutuskan pertunangannya setelah sang kekasih ketahuan berselingkuh. Bukan salah Yara jika ia kembali single. Tapi, ia sudah terlanjur jadi pergunjingan ibu-ibu kompleks, termasuk oleh ibunya sendiri, karena tak kunjung menikah.

Arlo, sahabat semasa kecil Yara, lalu menawari gadis itu untuk mencari jodoh lewat aplikasi Temu Jodoh. Kebetulan Arlo menjadi tim marketing di perusahaan yang tengah naik daun tersebut.

Jadilah kemudian Yara mencoba mengejar jodohnya melalui aplikasi tersebut, yang kemudian berlanjut ke pertemuan. Namun, bukannya mendapat jodoh, beberapa kali Yara malah harus berjumpa dengan ‘calon suami’ yang di luar prediksi, dari yang sok misterius, yang minta Yara operasi payudara, sampai yang kepergok ketemuan dengan kakak Yura sendiri.

“Aku nggak pernah masalah dengan ukuran dadaku. Beban hidupku sudah berat, jangan sampai aku keberatan juga bawa dada hasil operasi itu. Permisi!” Kali ini Yara benar-benar meninggalkan Dafino tanpa mau menoleh lagi ke belakang, baginya Dafino cukup gila.” (Hal. 23)

Premis cerita yang diusung dalam novel Jodoh di Tangan Aplikasi cukup menarik, walaupun sudah jamak digunakan oleh penulis lain dalam beberapa novel serupa yang pernah saya baca.

Namun, Ika Armeini membuatnya berbeda dengan menggunakan aplikasi layanan pencarian jodoh, yang saat novel ini dibuat tiga tahun lalu, tentu saja belum banyak yang melakukan hal serupa.

Bahasa yang digunakan ringan, lucu, dan menyegarkan. Sebagai pembaca saya cukup terhibur dengan interaksi yang dilakukan para tokohnya, tak hanya tokoh utama seperti Yara dan Arlo, tapi juga para tokoh pendukung, seperti Mama Yara dan Mama Arlo dan juga gerombolan ibu-ibu kompleks yang cukup mewarnai novel besutan penerbit JWriting Soul Publishing pada tahun 2022 ini.

Konflik utama cerita berpusat pada pencarian jodoh yang dilakukan Yura. Di sini penulis mengajak pembaca ke dalam bab-bab penuh cerita dan huru-hara. Yura juga sempat menjalin hubungan yang intens dengan salah satu ‘calon suami’, walau tentu saja jalan ceritanya tak dibuat lurus-lurus saja.

Konflik pendamping tak kalah serunya, mulai dari drama rumah tangga antara Yana, kakak Yura, dengan suaminya yang membawa drama baru perselingkuhan. Lalu ada perjodohan Arlo dengan gadis tomboi pilihan orangtuanya, dan tentu yang tak kalah menarik meskipun sudah tertebak, perasaan cinta yang dimiliki Arlo pada Yura.

Ada satu hal yang mengganjal di novel ini, yaitu ketika di salah satu bab Yura meminta tolong pada Donny, teman kencannya, untuk membantu memanas-manasi mantan tunangannya yang ada di kedai yang sama bersama pacar barunya.

Lalu tiba-tiba saja Donny mengeluarkan sebentuk cincin dari kantongnya dan berpura-pura melamar Yura. Agak aneh rasanya jika di kencan perdana dan mereka baru bertemu muka untuk pertama kalinya, tapi tahu-tahu pihak lelaki sudah mempersiapkan cincin.

Selain dari sedikit kekurangannya tersebut, novel Jodoh di Tangan Aplikasi cukup menggelitik dan menjawab keresahan para perempuan di usia rawan, yang masih harus berhadapan dengan pertanyaan, kapan nikah?

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS