Hernawan | Athar Farha
Poster Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah (Dokumentasi Pribadi/ Athar Farha)
Athar Farha

Pernahkah kita bertanya-tanya, bagaimana jadinya hidup jika orang tua mengambil keputusan berbeda di masa lalu? Pertanyaan itu mungkin sering terlintas di benak banyak anak, terutama mereka yang tumbuh dalam keluarga nggak sempurna. Nah, keresahan semacam inilah yang coba digali secara mendalam dalam Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah besutan Sutradara Kuntz Agus.

Film yang resmi tayang di bioskop Indonesia pada 4 September 2025 ini, judulnya memang terdengar provokatif, tapi isinya nggak sesederhana menyalahkan sosok ayah yang absen. Justru sebaliknya, film ini mencoba mengurai persoalan keluarga dari sudut pandang yang lebih manusiawi, yakni bahwa setiap individu, baik ayah maupun ibu, punya cerita, luka, dan kesalahannya masing-masing.

Penasaran? Kepoin terus, yuk!

Sinopsis film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah 

Ada karakter Alin (Amanda Rawles), mahasiswi kedokteran yang tengah berada di titik kritis hidupnya. Beasiswanya terancam hilang, sehingga ia nggak punya pilihan selain kembali ke rumah. Namun, kepulangan itu bukan sekadar pulang ke tempat tinggal, melainkan pulang ke kenangan dan luka yang sudah lama coba dia kubur.

Di rumah, dia bertemu kembali dengan ibunya, Wulan (Sha Ine Febriyanti), perempuan tangguh yang menghidupi keluarga dari hasil kerja sebagai buruh cuci. Sang ibu harus memainkan hampir semua peran dalam keluarga, dari urusan rumah sampai jadi tulang punggung ekonomi.

Lalu ada Tio (Bucek Depp), ayah yang mestinya jadi kepala keluarga, malah jadi beban. Bukannya bekerja dan membantu, di larut dalam gengsi maskulinitas semu, bahkan mengaku usaha ‘binatu’ istrinya sebagai miliknya, demi terlihat ‘jantan’ di depan teman-temannya.

Nggak kalah menyentuh kisahy Anis (Eva Celia), kakak Alin, yang harus mengubur mimpi pribadi demi menopang adik-adiknya. Sementara si bungsu, Nayla (Asya), terpaksa tumbuh lebih cepat dari usianya karena kehilangan figur ayah yang semestinya bisa diandalkan.

Dari sinilah konflik mengerucut. Alin mulai mempertanyakan ulang keputusan ibunya di masa lalu, “Kenapa harus menikah dengan ayah?”

Review Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah 

Film ini menurutku nggak cuma bicara tentang ketidakhadiran ayah secara fisik, tapi lebih dalam lagi. Tentang absennya peran, tanggung jawab, dan kasih sayang. Inilah kondisi fatherless, fenomena yang masih sering terjadi di keluarga Indonesia, terutama kelas menengah ke bawah.

Menariknya, film ini nggak membangun drama dengan air mata berlebihan. Alih-alih meledak-ledak, Kuntz Agus menyajikan cerita yang penuh dengan perenungan. Kita diajak merenungi mengapa banyak laki-laki begitu takut mengakui kekalahan, rentan terjebak dalam ego, dan merugikan keluarga sendiri demi mempertahankan identitasnya sebagai ‘laki-laki’?

Lewat karakter Wulan, film ini memotret bagaimana seorang ibu dipaksa memikul tanggung jawab berlapis. Mulai dari mengurus rumah, mencari nafkah, hingga tetap menanamkan harapan kepada anak-anaknya. Ya, dia potret nyata perempuan yang mungkin kehilangan banyak kesempatan pribadi, tapi tetap tegar demi keluarganya.

Hal menarik lainnya terkait penggambaran anak-anak. Mereka bukan digambarkan sebagai korban yang terus menangis atau berperilaku buruk. Sebaliknya, mereka tumbuh sebagai pejuang kecil yang belajar menghadapi hidup dengan segala keterbatasannya. Luka memang ada, tapi film ini menunjukkan luka bisa melahirkan daya tahan yang luar biasa.

Nah kalau secara artistik, film ini terasa sangat khas. Rumah keluarga yang digambarkan bukan rumah studio yang terlalu rapi, tapi rumah kecil khas kelas menengah ke bawah yang sempit, penuh barang, tapi hangat. Ada pula detail metaforis yang kuat, misalnya tetesan air hujan dari atap bocor di awal film. Yang seakan-akan mewakili luka dalam keluarga yang terus merembes perlahan dan nggak pernah benar-benar bisa ditutup rapat.

Bagiku Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah adalah melodrama yang terasa dekat dengan realita banyak keluarga Indonesia. Dengan durasi hampir dua jam, film ini berhasil menghadirkan emosi yang jujur, akting luar biasa dari jajaran pemain, serta sentuhan penyutradaraan yang nggak berlebihan. 

Jadi, kalau Sobat Yoursay sedang mencari tontonan yang bukan hanya menghibur, film ini wajib masuk daftar. Selamat nonton ya!

Skor: 4/5