Terkadang, cinta datang tanpa peduli pada batas yang manusia ciptakan, termasuk perbedaan keyakinan. Mereka tahu ada dinding yang tidak bisa ditembus, bukan karena kurang cinta, tapi karena ada hal yang lebih besar untuk dijaga, yaitu keyakinan. Apakah benar mencintai tidak selalu harus memiliki? Benarkah melepaskan bukan berarti kalah?
Jogja jelang Senja merupakan novel karya Desi Puspitasari yang diterbitkan oleh PT Grasindo pada tahun 2016. Novel ini berjumlah 228 halaman dan bercerita mengenai perbedaan keyakinan yang sering kita jumpai pada hubungan di luar sana.
Novel ini menceritakan Aris yang tidak sengaja menabrak sepeda gadis bernama Kinasih di pertigaan Pasar Kotagede. Sejak kejadian itu, Aris mengantar jemput Kinasih ke tempat kerja, sebab kaki gadis itu terluka, sementara dia belum mampu membayar biaya ganti kerusakan sepeda.
Kedekatan mereka berkembang menjadi hubungan yang lebih dalam. Aris adalah jurnalis dan informan pergerakan mahasiswa. Sementara itu, Kinasih adalah gadis muslimah yang bekerja sebagai pengrajin perhiasan perak.
Dunia mereka berbeda. Aris dengan kehidupannya yang serba diincar dan Kinasih dengan kehidupan biasa yang selalu didesak Ibunya untuk segera menikah. Walaupun tahu mereka berbeda keyakinan, keduanya tetap saling menggenggam erat tak terpisahkan.
Sampai ketika seorang gadis asal Jakarta datang, hubungan mereka mulai goyah. Jeanette namanya. Putri seorang Jenderal yang memilih Aris untuk menjadi pujaan hatinya. Jeanette merasa apapun bisa dimilikinya. Uang, koneksi, dan pengetahuan bisa dia dapatkan dengan mudah.
Tapi, semua itu tidak berlaku pada laki-laki bernama Aris. Berapapun uang yang dia keluarkan dan bantuan yang dia berikan, Aris tidak melihatnya. Sedangkan Kinasih, gadis itu cemas setelah mengetahui bahwa Jeanette membantu aksi yang dilakukan Aris dan pembebasan laki-laki itu.
Orang tuanya ikut cemas karena putrinya memiliki hubungan dengan laki-laki idealis yang berbeda keyakinan. Mereka tidak rela apabila putrinya harus berpindah keyakinan dan Kinasih juga tidak bisa menyuruh Aris untuk berpindah keyakinan demi dirinya.
Apakah mereka tidak bisa menikah dengan keyakinannya masing-masing? Atau mereka harus berpisah karena ada hal besar yang harus dijaga? Dan bisakah mereka melewati rintangan badai karena pekerjaan Aris termasuk membahayakan?
Untuk mengetahui kelanjutan cerita, kamu dapat membacanya di novel Jogja Jelang Senja karya Desi Puspitasari.
Ketika membaca judul dari novel ini, saya merasa akan disuguhkan keindahan senja di Jogja. Ternyata, kata senja sendiri memiliki makna yang mendalam pada novel ini, yaitu lambang transisi emosional dan konflik batin tokoh yang membuat kisah cinta dan kehidupan mereka lebih mendalam.
Selain mengangkat percintaan, novel ini mengikutsertakan kejadian-kejadian pergolakan politik pada masa Orde Baru. Pembaca jadi menambah pengetahuan tentang apa yang terjadi pada masa tersebut dengan segala pembatasan pada kebebasan pendapat yang dialami masyarakat dan mahasiswa.
Ada satu yang saya bingungkan. Sebenarnya, bagaimana perasaan Aris terhadap Jeanette? Karena saya sendiri merasa bahwa Aris menaruh sedikit perasaan pada Jeanette walaupun perasaan terbesarnya ada pada Kinasih. Tapi, sekali lagi, itu adalah dugaan saya pribadi.
Walaupun novel ini mengandung politik, saya suka sekali karena penulis juga memperlihatkan keromantisan Aris dan Kinasih. Memang tidak banyak, tetapi cukup membuat hati saya menghangat dan tersenyum saat membacanya.
Latar sejarah yang mendalam, percintaan oleh keyakinan yang berbeda, dan perjuangan politik adalah elemen-elemen yang memukau untuk dijadikan sebuah novel. Saya salut dengan Desi Puspitasari karena berhasil menggabungkan elemen tersebut menjadi novel yang wajib dibaca oleh semua kalangan.
Secara keseluruhan, tidak ada alasan untuk tidak membaca novel ini karena saya akan merekomendasikan ini kepada siapapun yang mencintai novel romance dibalut politik yang sedang terjadi.
Baca Juga
-
Ulasan Novel Oregades: Pilihan Pembunuh Bayaran, Bertarung atau Mati
-
Ulasan Novel Take Me for Granted: Menemukan Rasa Bahagia di Antara Luka
-
Ulasan Buku Kepada yang Patah: Pulih terhadap Luka yang Ditinggalkan
-
Ulasan Novel Mayday, Mayday: Berani untuk Berdiri Setelah Apa yang Terjadi
-
Ulasan Novel Three Sisters: Perempuan di Pasca-Revolusi Kebudayaan Tiongkok
Artikel Terkait
-
Novel Behind Closed Doors: Sandiwara Mengerikan dalam Kehidupan Pernikahan
-
Review Novel Doki-Doki Game: Start!, Eksekusi Plot dalam Bentuk Permainan
-
Novel Turning Seventeen: Kehidupan Remaja yang Kompleks dan Penuh Rahasia
-
Ulasan Buku Timeboxing: Atur Waktu di Era Digital Biar Hidup Nggak Chaos
-
Rumah Rindu: Saat Hati Perempuan Menjadi Medan Pertarungan Moral
Ulasan
-
Novel Behind Closed Doors: Sandiwara Mengerikan dalam Kehidupan Pernikahan
-
Novel Turning Seventeen: Kehidupan Remaja yang Kompleks dan Penuh Rahasia
-
Ulasan Buku Timeboxing: Atur Waktu di Era Digital Biar Hidup Nggak Chaos
-
Rumah Rindu: Saat Hati Perempuan Menjadi Medan Pertarungan Moral
-
Merasa Lelah? 4 Buku Kesehatan Mental Ini Siap Temani Kamu Pulihkan Diri
Terkini
-
Dari Barbie Sampai Wednesday: 10 Ide Kostum Halloween 'Matching' Paling Viral
-
Bukan Selamat, Rumah Presiden Prabowo Diserbu Karangan Bunga Berisi Sindiran Tajam
-
CORTIS Tunjukkan Performa Stabil di Billboard 200 untuk COLOR OUTSIDE THE LINES
-
Pandai Minta Maaf, tapi Nggak Pandai Berubah, Cermin Budaya Kita?
-
Tumbuh dengan Parenting VOC, Ternyata Tidak Seburuk Itu