Di tengah perkembangan industri film Indonesia yang kian beragam, Air Mata Di Ujung Sajadah 2 hadir sebagai kelanjutan yang tidak hanya mempertahankan sentuhan emosional film pertama, tetapi juga menggali lebih dalam luka dan ketulusan dalam hubungan keluarga.
Disutradarai Key Mangunsong dan diproduksi Beehave Pictures, film ini tayang perdana di bioskop seluruh Indonesia mulai 23 Oktober 2025. Dengan durasi 112 menit, karya ini mengajak penonton merasakan pergulatan batin seorang anak yang terjebak antara kasih sayang ibu kandung dan ibu angkat.
Lebih dari sekadar drama keluarga, film ini mencerminkan pengorbanan tak terbatas seorang ibu, dengan air mata sebagai saksi doa-doa yang tak terucapkan.
Sinopsis: Antara Kasih dan Pengorbanan
Air Mata Di Ujung Sajadah 2 melanjutkan kisah Baskara (diperankan oleh Faqih Alaydrus), remaja yang tumbuh dalam rahasia kelam masa lalunya. Di film pertama, Baskara mengetahui bahwa Aqilla (Titi Kamal), wanita yang selama ini ia kenal sebagai tetangga, adalah ibu kandungnya yang terpaksa menyerahkan dirinya saat bayi.
Kini, sebagai mahasiswa, Baskara berusaha menjalin hubungan dengan Aqilla sambil tetap setia pada Yumna (Citra Kirana), ibu angkat yang membesarkannya dengan penuh kasih. Konflik memuncak ketika Baskara jatuh sakit parah, memicu perebutan hak asuh yang tak hanya mengguncang hati dua ibu, tapi juga menguji batas keikhlasan Baskara sendiri.
Cerita ini diadaptasi dari novel best-seller karya Habiburrahman El Shirazy, yang kaya akan nuansa spiritual dan emosional. Key Mangunsong, yang juga menyutradarai sekuel ini, berhasil menjaga esensi novel sambil menambahkan lapisan baru: perjalanan spiritual Baskara yang mencari jawaban atas pertanyaan abadi, "Siapa yang lebih pantas menjadi ibuku?" Adegan-adegan shalat dan doa di ujung sajadah menjadi metafor kuat, mengingatkanku bahwa cinta sejati sering kali lahir dari air mata dan penyerahan diri kepada Tuhan.
Review Film Air Mata Di Ujung Sajadah 2
Salah satu kekuatan utama film ini adalah akting para pemerannya, yang terasa begitu autentik hingga aku ikut terbawa arus emosi. Titi Kamal sebagai Aqilla menghadirkan penampilan yang lebih matang dibanding film pertama, dengan ekspresi mata yang penuh penyesalan dan kerinduan. Ia berhasil menggambarkan seorang ibu yang rela mengorbankan segalanya demi kebahagiaan anaknya, meski hati hancur berkeping-keping. Citra Kirana sebagai Yumna tak kalah memukau; karakternya yang lembut tapi tegar menciptakan kontras sempurna, membuat perebutan kasih terasa seperti perang dua surga yang tak ada pemenangnya. Faqih Alaydrus, sebagai Baskara, juga berkembang pesat dari remaja polos menjadi pemuda yang bijak, meski kadang terlalu idealis.
Secara naratif, film ini menggunakan tempo pelan yang sengaja dibuat untuk membiarkan setiap keretakan emosional meresap. Sinematografi Ronny Irawan menonjol dengan pengambilan gambar close-up yang intim, terutama saat adegan doa di masjid atau momen intim keluarga. Warna-warna hangat seperti krem dan cokelat mendominasi, menciptakan suasana rumah tangga yang nyaman sekaligus rapuh. Soundtrack, termasuk lagu "Untuk Mama" yang dinyanyikan Farel Prayoga, menjadi puncak emosional sampai aku sendiri pun banjir air mata saat mendengarnya di layar lebar.
Akan tetapi, film ini tak luput dari kelemahan. Konfliknya sendiri terasa kurang kuat dan menyentuh dibanding prekuelnya, karena pengembangan subplot romansa Baskara terasa terburu-buru. Ada juga momen di mana dialog terlalu sentimental, yang mungkin membuatku sinis secara berlebihan. Meski begitu, kedalaman tema spiritual dan keluarga membuat film ini tetap relevan kok, terutama di tengah masyarakat Indonesia yang kental dengan nilai-nilai agama.
Nah kalau aku sendiri nontonnya dari santai menjadi menangis tersedu. Pokoknya film keluarga yang layak ditonton semua usia, penuh makna dan menghangatkan hati kok. Promo dari akun resmi film juga menekankan nonton bareng keluarga, yang semakin memperkuat pesan bahwa Air Mata Di Ujung Sajadah 2 bukan hanya hiburan, tapi pengingat untuk menghargai orang tua.
Film ini sedang tayang serentak di seluruh jaringan bioskop Indonesia, termasuk Cinema XXI, CGV, Cinepolis, dan Platinum Cineplex. Jadwal tayangnya bervariasi tergantung kota dan tempat Di Jakarta, misalnya, sesi dimulai dari pukul 10.40 WIB di bioskop seperti Grand Indonesia XXI, dengan putaran tambahan pukul 14.20, 16.10, dan 19.50. Di luar Jakarta, seperti di Medan atau Bandung, film ini tersedia sejak hari pertama tayang. Untuk detail lengkap, kunjungi situs resmi 21Cineplex atau aplikasi TIX ID—tiket sudah dijual sejak 6 Oktober. Dengan rating umum 2D dan durasi 105 menit, ini adalah pilihan sempurna untuk akhir pekan bersama keluarga.
Kalau kamu mencari film yang tak hanya menghibur tapi juga menyentuh jiwa, Air Mata Di Ujung Sajadah 2 adalah jawabannya. Nontonlah bersama ibu atau keluarga tercinta di bioskop terdekat bukan hanya untuk menikmati akting prima Titi Kamal dan Citra Kirana, tapi untuk merenungkan betapa berharganya kasih pengasuhan. Siapkan tisu dan hatimu secara terbuka ya; karena kisah ini akan meninggalkan pelajaran abadi tentang cinta tanpa batas. Jangan lewatkan, karena di balik setiap sajadah, ada cerita yang menunggu untuk dirasakan!
Baca Juga
- 
                      
              Review Film Tron: Ares, Membawa Aksi Digital ke Level Tingkat Baru!
- 
                      
              Review Film Black Phone 2: Lebih Gelap, Lebih Sadis dan Lebih Menyeramkan!
- 
                      
              Review Film Shelby Oaks: Debut Horor yang Menggoda, tapi Belum Sempurna
- 
                      
              Review Film Getih Ireng: Obsesi Memiliki Anak yang Berujung Malapetaka!
- 
                      
              Review Film The Toxic Avenger: Remake yang Penuh Tawa dan Kritik Sosial!
Artikel Terkait
- 
                
              Review Film Tron: Ares, Membawa Aksi Digital ke Level Tingkat Baru!
- 
                
              Review Film Murder Report: Wawancara Gila Menguji Batas Akal dan Nurani
- 
                
              Review Film Shelby Oaks: Debut Horor yang Menggoda, tapi Belum Sempurna
- 
                
              Review Film Getih Ireng: Obsesi Memiliki Anak yang Berujung Malapetaka!
- 
                
              Review Film The Toxic Avenger: Remake yang Penuh Tawa dan Kritik Sosial!
Ulasan
- 
                      
              Review Film She Walks in Darkness: Misi Gelap di Balik Pengkhianatan
- 
                      
              Murah tapi Ngebut! Ini 7 HP Xiaomi dan Poco 2025 yang Paling Worth It
- 
                      
              Review Anime Umamusume: Pretty Derby Season 2, Menghadapi Badai Cedera
- 
                      
              Review Film Tron: Ares, Membawa Aksi Digital ke Level Tingkat Baru!
- 
                      
              Review Film Black Phone 2: Lebih Gelap, Lebih Sadis dan Lebih Menyeramkan!
Terkini
- 
           
                            
                    
              Classy dan Elegan! 6 Inspirasi Suit Style ala Kim Woo Bin yang Wajib Dicoba
- 
           
                            
                    
              Makin Kurus, Ahmad Assegaf Kembali Dituding Numpang Hidup ke Tasya Farasya
- 
           
                            
                    
              Blak-blakan, Sule Ungkap Pendapatan Fantastis dari Dunia Digital
- 
           
                            
                    
              Jerome Polin Berduka: Kenang Sosok Ayah yang Penuh Kasih dan Rendah Hati
- 
           
                            
                    
              Usaikan Rangkaian Laga Uji Coba, Timnas Indonesia Miliki Modal Cukup Apik Menuju Piala Dunia U-17