Novel "Selamat Tinggal" karya Tere Liye merupakan salah satu karya yang menyoroti pergulatan batin, dilema moral, serta perjalanan seorang anak muda menghadapi sisi gelap sistem pendidikan dan dunia akademik. Dengan alur yang mengalir, gaya bahasa yang lugas, dan kritik sosial yang kuat, novel ini menghadirkan cerita yang bukan hanya menarik untuk diikuti, tetapi juga mengajak pembaca merenungkan nilai kejujuran dan keberanian dalam hidup.
Tere Liye kembali tampil dengan ciri khasnya yaitu, paduan drama personal, satir sosial, dan pesan moral yang mengakar pada kehidupan sehari-hari.
Tokoh utama dalam novel ini adalah Sintong Tinggal, seorang mahasiswa tingkat akhir yang berkuliah di kota besar. Sintong berasal dari keluarga sederhana dan harus berjuang keras agar bisa menghidupi dirinya sendiri di perantauan. Demi menyambung hidup, ia bekerja sebagai editor di sebuah penerbit buku, namun persoalan muncul ketika ia diminta mengedit naskah yang ternyata merupakan plagiarisme.
Sintong yang idealis harus berhadapan dengan realitas buruk bahwa industri literasi pun memiliki sisi gelap, sesuatu yang jauh dari gambaran romantis tentang dunia buku.
Novel ini menampilkan bagaimana Sintong hidup dalam tekanan kehidupan mahasiswa yang serba pelik. Tugas akademis, pekerjaan sambilan, kesibukan organisasi, hingga hubungan interpersonal digambarkan secara realistis.
Melalui keseharian Sintong, pembaca dapat merasakan betapa tidak mudahnya perjuangan seorang perantau yang berusaha mempertahankan idealismenya di tengah kerasnya tuntutan hidup. Konflik utama muncul ketika Sintong mengetahui bahwa naskah yang sedang ia edit adalah hasil menyalin karya lain, namun justru malah mendapat tekanan agar tetap merampungkannya demi kepentingan bisnis penerbit.
Konflik ini menjadi titik kritis dalam perjalanan tokoh utama. Tere Liye menggarisbawahi bahwa plagiarisme bukan sekadar kejahatan akademik atau literasi, tetapi juga bentuk pengkhianatan terhadap integritas diri. Sintong digambarkan sebagai sosok yang muak dan kecewa melihat kenyataan bahwa kebohongan justru ditutupi dan pembenaran dibuat atas nama keuntungan.
Pergulatan batin ini ditulis dengan sangat kuat sehingga pembaca dapat merasakan kegelisahan yang dialami Sintong antara kebutuhan ekonomi dengan prinsip moral yang tidak bisa ia tinggalkan. Tidak hanya berhenti pada persoalan plagiarisme, novel ini juga masuk ke isu lebih luas, sistem pendidikan yang sering kali timpang dan tidak bersih.
Tere Liye menghadirkan sejumlah adegan yang menyindir budaya akademik yang kurang jujur, mulai dari dosen yang memanfaatkan mahasiswa, senioritas yang tidak sehat, hingga praktik-praktik mengakali tugas atau skripsi. Melalui tokoh-tokoh pendukung, pembaca diajak melihat berbagai sisi kelam yang kerap menjadi rahasia umum di dunia kampus. Namun, Tere Liye tidak menuliskannya dengan cara yang menggurui, ia justru menggunakan dialog santai dan narasi yang ringan, sehingga kritiknya tetap terasa tajam tanpa terkesan memaksa.
Aspek menarik lainnya adalah latar hubungan Sintong dengan orang-orang terdekatnya, termasuk sahabat dan kekasihnya, Sri Ningsih. Tokoh Sri Ningsih digambarkan sebagai perempuan cerdas dan tegas yang turut menjadi moral compass bagi Sintong.
Hubungan mereka bukan hanya soal romansa, tetapi juga tentang bagaimana dua anak muda saling mengingatkan untuk tetap berada di jalan yang benar, meskipun keadaan tidak mudah. Sri kerap menjadi sosok yang memberikan perspektif baru bagi Sintong, terutama ketika ia mulai goyah oleh tekanan. Dialog-dialog mereka terasa natural dan menyentuh, menggambarkan hubungan yang matang dan setara.
Tere Liye juga memasukkan unsur humor satir yang membuat cerita tidak terasa berat meski mengangkat isu sensitif. Sindiran terhadap budaya menyontek, gaya hidup mahasiswa, hingga kritik terhadap cara masyarakat memandang kesuksesan disajikan dengan cara yang menghibur.
Gaya bahasa yang sederhana membuat novel ini dapat dibaca dengan santai, tetapi tetap memberikan efek renungan mendalam setelahnya. Inilah salah satu kekuatan Tere Liye sebagai penulis populer, ia mampu mengolah tema serius menjadi bacaan yang tetap mudah diikuti berbagai kalangan.
Judul Selamat Tinggal menjadi simbol perpisahan dari masa lalu yang kelam, dari kondisi yang merusak nilai diri, serta dari lingkungan yang tidak lagi sehat untuk pertumbuhan pribadi. Keputusan Sintong mencerminkan bahwa keberanian moral kadang membutuhkan pengorbanan, namun hasilnya adalah kebebasan yang lebih besar.
Secara keseluruhan, "Selamat Tinggal" adalah novel yang menyentuh dan relevan dengan kehidupan banyak orang, terutama mahasiswa atau siapa pun yang pernah berada dalam dilema antara idealisme dan realitas.
Tere Liye berhasil meramu cerita yang dekat dengan keseharian pembaca, sekaligus memberikan pesan kuat tentang pentingnya kejujuran, integritas, dan keberanian untuk berkata tidak pada ketidakadilan. Dengan karakter yang hidup, konflik yang tajam, serta pesan moral yang membekas, novel ini layak menjadi bacaan bagi siapa saja yang ingin merenungi kembali arti kebenaran dalam hidup.
Identitas Buku
Judul: Selamat Tinggal
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tanggal Terbit: 9 November 2020
Tebal: 360 Halaman
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Mencari Identitas dan Menemukan Keluarga Baru dalam Novel Bertajuk Rapijali
-
Ulasan Novel Larung, Perlawanan Anak Muda Mencari Arti Kebebasan Sejati
-
Ulasan Buku Tidak Ada New York Hari Ini, Kumpulan Puisi Karya Aan Mansyur
-
Ulasan Novel Never Over, Cinta yang Tak Pernah Selesai
-
Ulasan Novel My Darling Dreadful Thing, Cerita Horor di Rumah Tua Beckman
Artikel Terkait
-
Mencari Identitas dan Menemukan Keluarga Baru dalam Novel Bertajuk Rapijali
-
Sinopsis Love Me: Drakor Debut Dahyun TWICE, Seo Hyun Jin Bakal Jadi Dokter
-
7 Drama Kim Woo Bin, Aktor yang Siap Menikah dengan Shin Min Ah
-
5 Karakter di Drama Loves Ambition, Dibintangi Zhao Lusi dan William Chan
-
Moderate Reader: Indonesia Peringkat Ke 31 Negara Paling Giat Membaca Buku
Ulasan
-
Mencari Identitas dan Menemukan Keluarga Baru dalam Novel Bertajuk Rapijali
-
Review Film Keadilan: The Verdict, Kasus Korupsi Diungkap Tanpa Ampun!
-
Ulasan Film Korea Firefighters: Sajikan Kisah Heroik Para Pemadam Kebakaran
-
Review Film The Ghost Game: Ketika Konten Berubah Jadi Teror yang Mematikan
-
Review Film Pangku: Hadirkan Kejutan Hangat, Rapi, dan Tulus
Terkini
-
Netflix Siapkan Serial Trigger Point, Joel Edgerton Jadi Bintang Utama
-
Kyuhyun Super Junior Kenang Kisah Cinta Pertama di Lagu Like Our First Snow
-
Poster Toy Story 5 Dirilis, Woody dan Buzz Hadapi Tantangan Era Digital
-
Ancaman Hoaks dan Krisis Literasi Digital di Kalangan Pelajar Indonesia
-
Bukan yang Pertama di Asia, Indonesia Lanjutkan Tradisi Tuan Rumah FIFA Series