Bagaimana jika sebuah film dengan genre thriller dibuat tanpa adegan kejar-kejaran, tapi tetap bikin penonton ikut merasakan ketegangan dan penasaran? Film berjudul "Reality" mungkin salah satunya.
Film "Reality" membuka mata penonton dengan kejutan cerdas dan dramatis. Tanpa adegan aksi heboh, film thriller psikologi ini membuktikan bahwa kualitas tidak selalu tergantung pada biaya produksi yang besar.
Dengan cerita matang dan penampilan impresif, Reality berhasil memukau dengan penggambaran kehidupan nyata yang penuh ketegangan.
Sinopsis
Film Reality diangkat dari kisah nyata tentang penangkapan wanita muda bernama Reality Winner (Sydney Sweeney).
Film ini memaparkan peristiwa tegang ketika Winner ditangkap dan menjalani interogasi intensif oleh FBI atas dugaan keterlibatannya dalam membocorkan laporan intelijen rahasia.
Fokus utama bocornya adalah laporan terkait campur tangan Rusia dalam Pemilihan Umum Amerika Serikat tahun 2016, yang disebut-sebut Winner bocorkan ke situs berita ternama, The Intercept.
Sebagai mantan anggota Angkatan Udara Amerika Serikat yang kini bekerja sebagai penerjemah di NSA, Reality Winner bersikeras bahwa tuduhan tersebut tidak benar.
Film ini membawa penonton melalui perjalanan emosional dan ketegangan saat Reality Winner berusaha membuktikan ketidakbersalahannya dalam menghadapi sistem hukum yang tak kenal ampun.
Sutradara Tina Satter mengambil pendekatan tanpa dramatisasi berlebihan, menciptakan kesan realistis tanpa kehilangan ciri sinematik.
Penampilan Sydney Sweeney sebagai Reality Winner patut diacungi jempol. Sweeney sukses menggambarkan keputusasaan dan ketakutan Winner dengan apik. Melalui ekspresi mikro dan berbagai nuansa emosi, ia membawa penonton meresapi setiap aspek kompleksitas karakter tersebut.
Film ini menciptakan tensi menegangkan melalui interogasi intens antara Reality Winner dan agen FBI Taylor (Marchant Davis) serta agen Garrick (Josh Hamilton). Meski tanpa banyak twist, interogasi ini memunculkan pertanyaan mendalam tentang politik dan demokrasi, memberikan kedalaman pada alur cerita.
Walaupun sinematografi dan audio film terbilang sederhana, aspek teknis ini disajikan dengan sengaja untuk tidak mencolok. Ini mungkin membuat film "Reality" kurang menarik secara visual, namun di baliknya terdapat keinginan sutradara untuk menonjolkan substansi naratif dan isu-isu penting yang diangkat.
Skor untuk film "Reality" 89/100. "Reality" bukan sekadar film, melainkan cermin pahit tentang realitas kekuasaan dan dampaknya terhadap individu.
Kendati potensial dianggap membosankan, film ini memberikan pemahaman mendalam tentang ketakutan dan dilema yang dihadapi oleh seseorang seperti Reality Winner.
Kesederhanaan dan ketidakberlebihan menjadi kekuatan film ini. Disarankan, ketika menonton Anda tidak punya informasi apapun mengenai apa yang terjadi pada Reality Winner di dunia nyata untuk mendapatkan pengalaman menonton yang asyik sekaligus mendebarkan.
Film "Reality" tayang di layanan nonton berbayar mulai 30 Mei 2023.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.