Sinopsis The Sound of a Flower, Nasib Pemusik Wanita di Era Jaya Patriarki

Hayuning Ratri Hapsari | Lena Weni
Sinopsis The Sound of a Flower, Nasib Pemusik Wanita di Era Jaya Patriarki
Poster Film The Sound of a Flower (Vidio)

Sebagaimana bangsa di berbagai belahan dunia, Korea juga memiliki jenis kesenian musik yang terlahir dari kreativitas nenek moyangnya. Film yang dibintangi Bae Suzy satu ini mengangkat kesenian musik pansori yang telah ada sejak era kekuasaan para raja.

The Sound of a Flower sendiri mengisahkan tentang seorang wanita muda bernama Jin Chae Sun (Bae Suzy) yang sengaja menyembunyikan identitasnya sebagai wanita demi mewujudkan impiannya sebagai seniman pansori.

Konon diceritakan, hanya laki-laki saja yang boleh membawakan kesenian pansori, sedangkan wanita dilarang keras dan apabila bersikeras menentang lekas dijatuhi hukuman berat. Aturan kerajaan itu, rupaya tidak menyurutkan hasrat Jin Chae Sun yang sedari belia telah jatuh cinta pada kesenian pansori. 

Gadis yang tumbuh dalam asuhan Gisaeng (penghibur) itu pun tak mengubur mimpinya hanya karena takut pada aturan semata. Ia tak segan menempuh berbagai cara untuk menjadi bagian dari kesenian musik pansori. 

Ia nekat menyelinap dan bersembunyi di balik tembok demi mencuri pembelajaran seni musik pansori dari Shin Jae Hyo (Ryoo Seung Ryong), pelantun pansori berbakat yang membuka perguruan seni pansori kala itu.

Bahkan, Jin Chae Sun tak segan-segan menyamar sebagai laki-laki sewaktu mengikuti seleksi sebuah sayembara pansori yang dilakukan perguruan kesenian musik pansori milik Shin Jae Hyo. 

Singkatnya, Jin Chae Sun dengan identitas samarannya berhasil menjadi bagian dari grup pansori Shin Jae Hyo. Atas dukungan Shin Jae Hyo nantinya, Jin Chae Sun dengan identitas aslinya berjuang untuk diterima menjadi seniman pansori wanita pertama, sekaligus yang menggebrak aturan dalam kesenian pansori.

Secara alur, film ini tidak terlalu unik, bergerak pada kisah Jin Chae Sun yang melawan segala rambu-rambu patriarki demi menjadi bagian dari pansori, kesenian yang hanya laki-laki saja yang boleh melantunkannya.

Sebab itu, film ini akan mengingatkan kita pada kisah perjuangan yang menunjukkan kerja keras, halang melintang yang dialami seseorang pada film dengan tema meraih impian pada umumnya.

Dengan alur yang itu-itu saja, kita bisa menebak garis besar jalan cerita film ini bahkan sejak situasi si tokoh utama mulai diperkenalkan.

Keunikan film ini menurut saya terletak pada kesenian pansori itu sendiri. Ternyata hal itu merupakan hiburan dari dan untuk para rakyat jelata yang menampilkan kisah-kisah dalam senandung, lengkap dengan gestur penunjang yang menguatkan kesan.

Jadi, ketika adegan senandung pansori ditampilkan, mungkin saja kamu akan sama terbiusnya dengan saya oleh kisah-kisah yang disenandungkan oleh seniman pansori dalam cerita. 

Secara keseluruan, film ini layak untuk disaksikan, menghibur dan membelalakkan betapa konyolnya sistem patriarki yang sayangnya masih bisa kita temui di era semodern kini.

Lantas berhasilkah Jin Chae Sun mewujudkan mimpinya? Temukan jawabannya dengan menyaksikan film The Sound of a Flower di layanan streaming resmi, ya! 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak