4 Film Disutradarai Soleh Solihun, Harta Tahta Raisa Teranyar

Hikmawan Firdaus | Nurkhuzaeni Azis
4 Film Disutradarai Soleh Solihun, Harta Tahta Raisa Teranyar
Potret Soleh Solihun bersama Raisa (Instagram/@solehsolihun)

Soleh Solihun adalah salah satu komika populer yang juga sukses menjadi aktor dan sutradara. Pria asal Bandung ini bahkan awalnya meniti karier sebagai reporter, editor majalah, dan penyiar radio.

Khusus untuk profesi di balik layar, Soleh memulainya dengan menjadi pengembang naskah untuk Bajaj Bajuri the Movie (2014), lalu debut sebagai sutradara di film Mau Jadi Apa? (2017).

Ada Harta Tahta Raisa sedang tayang di bioskop, berikut ini empat film karya Soleh Solehun sebagai sutradara.

1. Mau Jadi Apa? (2017)

Cuplikan film Mau Jadi Apa? (youtube.com/StarvisionPlus)
Cuplikan film Mau Jadi Apa? (youtube.com/StarvisionPlus)

Bersama Monty Tiwa, Soleh Solihun menggarap film komedi berjudul Mau Jadi Apa?. Film ini diangkat dari kisah nyata Soleh saat ia kuliah di Universitas Padjajaran. Soleh pun terlibat sebagai pemeran utama sekaligus menulis naskahnya.

Film ini diawali dengan pergulatan batin Soleh Solehun dengan kalimat: Ngapain sih gue di sini? Mau jadi apa nantinya?” saat diterima masuk Unpad pada tahun 1997.

Soleh meragukan pilihannya akibat kondisi kampus yang gersang dan lokasinya jauh dari mana-mana.

Akhirnya bersama lima temannya, Soleh mendapat ide untuk mendirikan sebuah majalah kampus alternatif bernama Karung Goni.

Mengelola majalah tidaklah mudah, sebab Soleh dan teman-temannya harus menghadapi cibiran dari tim majalah Fakta Jatinangor yang dipimpin Pandji (Ronal Surapradja).

2. Reuni Z (2018)

Cuplikan film Reuni Z (youtube.com/Rapi Films)
Cuplikan film Reuni Z (youtube.com/Rapi Films)

Reuni Z jadi kolaborasi selanjutnya dengan Monty Tiwa. Bersama Tora Sudiro, Soleh Solihun kembali menjadi pemeran utama dalam film horor komedi ini.

Film ini berkisah tentang Juhana (Soleh Solihun), seorang bintang iklan dan aktor kembali bertemu dengan Jeffri (Tora Sudiro), sahabatnya, serta para temannya di acara reuni akbar angkatan 1997 di SMA Zenist.

Pertemuan mereka awalnya dipenuhi dengan canda tawa, berbagi cerita, dan semuanya menari. Namun, suasana berubah mencekam ketika salah satu anak yang sedang berpentas mengigit salah satu peserta reuni hingga menjadi zombie.

Satu per satu tamu di reuni tersebut langsung menjadi zombie dan menyerang orang-orang yang belum terinfeksi. Akankah Juhana, Jeffri dan teman-teman mereka bisa selamat dari serbuan zombie?

3. Star Syndrome (2023)

Cuplikan film Star Syndrome (youtube.com/Prime Video Indonesia)
Cuplikan film Star Syndrome (youtube.com/Prime Video Indonesia)

Masih genre komedi, ada Star Syndrome. Di film ini, Soleh Solihun bertindak penuh sebagai sutradara. Adapun Star Syndrome tayang di layanan streaming Prime Video.

Film ini berkisah tentang perjuangan Jay (Gilang Dirga), seorang mantan vokalis band Jay Adi and the Others untuk kembali berkarier di dunia musik. Namun, Jay menghadapi tantangan berat dari perkembangan musik yang sudah sangat berbeda.

Jay lantas bertemu dengan Nur (Kezia Aletheia) dan mengakanya berkolaborasi. Bersama-sama, mereka berusaha meraih impian untuk agar bisa terkenal seperti dulu lagi.

Meski menperoleh performa buruk di bioskop, Star Syndrome mendapat ulasan positif dari penonton, lho.

4. Harta Tahta Raisa (2024)

Cuplikan film Harta Tahta Raisa (youtube.com/raisa6690)
Cuplikan film Harta Tahta Raisa (youtube.com/raisa6690)

Sedang tayang di bioskop, Harta Tahta Raisa adalah film dokumenter garapan Soleh di bawah rumah produksi Imajinari. Film ini menyorot perjalanan karier Raisa mulai dari kecil hingga menjadi penyanyi wanita Indonesia pertama yang menggelar konser tunggal di GBK.

Lewat dokumenter ini juga, penonton dibawa bernostalgia mengenai sepak terjang sang diva dalam industri yang membesarkan namanya.

Harta Tahta Raisa turut menampilkan fakta-fakta menarik tentang Raisa yang belum pernah terungkap.

Bersama Imajinari, Soleh Solihun patut mendapat apresiasi berkat keberanian mereka dalam menggarap film dokumenter dan menayangkannya di bioskop. Pasalnya, genre film seperti ini kurang diminari oleh penonton film Indonesia.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak