YG Entertainment turut angkat suara terkait kasus kejahatan seksual menggunakan teknologi deepfake yang menyeret banyak idol Kpop, termasuk BLACKPINK.
Agensi dari BLACKPINK hingga BABYMONSTER itu menyatakan siap mengambil langkah hukum terhadap video deepfake menggunakan wajah artis mereka. Agensi juga memastikan tindakan hukum akan dilakukan tegas dan berkelanjutan.
"Kami akan mengambil tindakan terus menerus dan tegas terkait semua pelanggaran hukum yang terjadi pada hak artis kami," ungkap YG Entertainment, seperti dikutip dari Korea JoongAng Daily pada Selasa (3/9/2024).
Tak hanya YG Entertainment, Cube Entertainment selaku agensi dari (G)I-DLE turut merilis pernyataan serupa. Agensi tersebut menjelaskan pihaknya tengah mengumpulkan bukti terkait penggunaan wajah para anggota girl group tersebut di video deepfake.
Cube Entertainment juga berjanji siap mengambil langkah hukum tegas karena video yang beredar disebut merusak citra serta mental para idol.
"Video deepfake jahat yang tersebar secara online sangat mengganggu reputasi artis kami dan berdampak kepada mental yang parah," tutur Cube Entertainment.
"Kami mengumpulkan semua bukti terkait dan akan mengambil tindakan hukum yang tegas tanpa keringanan," sambungnya.
Pernyataan ini datang setelah banyak agensi menyatakan siap memerangi kasus kejahatan seksual menggunakan deepfake ini. Sikap tersebut hadir setelah para idol menjadi korban dari kasus itu.
Beberapa agensi di antaranya JYP Entertainment sebagai agensi dari TWICE, ITZY, dan NMIXX; selanjutnya ADOR sebagai agensi NewJeans, serta Woollim Entertainment selaku agensi Kwon Eun-bi.
Kasus kejahatan seksual deepfake ini menjadi ramai di Korea Selatan setelah pertama kali ditemukan sejumlah ruang obrolan di Telegram yang diduga digunakan untuk menciptakan serta menyebarkan materi pornografi deepfake tersebut.
Nama ruang obrolan tersebut terdiri dari 100 nama universitas di Korea Selatan. Salah satu ruang obrolannya bahkan memiliki lebih dari 133 ribu anggota.
Media lokal setempat melaporkan bahwa banyak korban deepfake ini berasal dari berbagai umur dan kalangan, seperti pelajar SMP, SMA, guru, hingga anggota militer. Beberapa korban kejahatan seksual deepfake ini juga disebut tidak memandang gender.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.