“Induk Gajah Season 2” kembali hadir di Prime Video, masih ditulis dan disutradarai oleh Aco, yang juga tampil sebagai karakter lucu dalam serial ini. Musim kedua ini membawa cerita yang lebih dewasa dan emosional dengan tetap mempertahankan elemen komedi yang menghibur. Dibintangi oleh pemain lama seperti Marshanda, Dimas Anggara, dan Tika Panggabean, serta dua pendatang baru, Gita Bebita dan Yusril Fahriza, serial ini tetap memikat dengan karakter-karakternya yang berkembang dengan baik.
Ceritanya berlanjut dengan kehidupan Ira dan Marsel setelah menikah selama satu setengah tahun, menghadapi tekanan dari keluarga yang terus bertanya kapan mereka akan memiliki anak. Pertanyaan "Kapan hamil?" menjadi isu utama musim ini, menggantikan tema "Kapan nikah?" dari musim pertama. Isu ini dirasakan sangat dekat dan relevan, terutama bagi pasangan yang baru menikah.
Salah satu aspek yang menarik dari “Induk Gajah Season 2” adalah penggabungan isu kesehatan mental dalam konteks rumah tangga. Serial ini secara cerdas mengemas edukasi mengenai pentingnya kesehatan mental melalui humor yang mengena. Penonton diajak memahami pentingnya kemandirian dalam berumah tangga serta bagaimana sebaiknya orang tua atau mertua tidak terlalu mencampuri urusan pribadi anak-anak mereka yang sudah menikah.
Budaya Batak juga ditonjolkan dalam serial ini, menambahkan lapisan keunikan dan kekayaan budaya yang jarang diangkat dalam serial Indonesia. Tradisi seperti "Mandok Hata" dan pentingnya memiliki anak laki-laki dalam budaya Batak diperkenalkan, memberi penonton wawasan baru tentang kehidupan dan nilai-nilai yang dipegang oleh komunitas Batak. Serial ini tidak hanya menghibur, tetapi juga edukatif.
Penulisan dan pengembangan karakter di “Induk Gajah Season 2” patut diacungi jempol. Karakter-karakternya terasa nyata dan berkembang seiring berjalannya cerita. Awalnya, penonton mungkin merasa Ira terlalu egois karena menunda kehamilan, namun pada episode-episode akhir, alasan di balik keputusan tersebut terungkap dan memberikan dimensi baru yang membuat penonton lebih simpati pada karakternya. Karakter-karakter lain, seperti ibu mertua yang awalnya tampak menyebalkan, juga menunjukkan sisi lain yang lebih manusiawi dan membuat penonton merasa lebih empati.
Namun, ada beberapa kekurangan yang dirasakan di musim kedua ini, seperti tempo cerita yang terasa sedikit terburu-buru di episode-episode akhir. Meskipun demikian, perubahan pada karakter Ira dari menolak kehamilan menjadi akhirnya bersedia untuk memiliki anak terasa logis dan menyentuh, menunjukkan pertumbuhan emosional yang signifikan.
Selain itu, chemistry antara Marshanda dan Dimas Anggara sebagai pasangan suami-istri sedikit kurang terasa di beberapa episode awal, meskipun hal ini membaik setelah mereka menghadapi konflik yang mendalam. Transformasi hubungan mereka dari sekadar teman menjadi pasangan yang penuh kasih sayang setelah melewati badai kehidupan digambarkan dengan sangat baik.
Secara keseluruhan, “Induk Gajah Season 2” mendapatkan skor 8,5 dari 10. Serial ini berhasil mempertahankan kualitas dari musim pertamanya dengan cerita yang lebih matang dan menyentuh. Untuk penonton yang baru, meskipun belum menonton musim pertama, mereka tetap dapat menikmati musim kedua ini karena alur ceritanya yang mandiri.
Bagi penggemar yang telah menonton, serial ini menawarkan momen-momen emosional dan lucu yang tak terlupakan, seperti saat Ira akhirnya mengakui kepada ibunya alasan menunda kehamilan dan momen di meja makan ketika Marsel membela istrinya di hadapan keluarga. Kedua momen ini adalah puncak emosi yang memperlihatkan kekuatan akting para pemainnya.
“Induk Gajah Season 2” layak ditonton bagi siapa saja yang mencari hiburan yang mengocok perut, sekaligus menawarkan pelajaran tentang kehidupan dan hubungan yang relevan dengan masyarakat Indonesia.