Musim Gugur Mempersatukan Dua Jiwa

Munirah | Taufan Rizka Purnawan
Musim Gugur Mempersatukan Dua Jiwa
Ilustrasi Musim Gugur. (pixabay.com)

Suasana musim gugur yang terasa merangkul hati sangat bertautan dengan dua jiwa. Musim gugur yang telah tiba menunggu kehadiranmu. Hanya berharap sebuah pertemuan di taman yang begitu megah nuansa pagi hari. Yang sudah bertahun-tahun menanti kehadiranmu bersamamu. Yang kuinginkan adalah kepastian kita untuk bersatu kembali dalam ikatan persaudaraan.

Ikatan persaudaraan yang telah dikodratkan sejak kita lahir. Kita adalah dua bersaudara kembar yang telah lama berpisah. Walau dipisahkan dengan karakter yang berbeda, namun kita adalah satu jiwa dalam persaudaraan.

Dengan duduk menatap sekeliling taman kala daun-daun berguguran dengan elok abadi. Yang kunanti dan kuharap akan pertemuan kita berdua. Setiap hari kita selalu saling mendukung di antara kita berdua. Kita adalah dua saudara yang takkan terpisahkan sangat jauh sekalipun.

Yang kini hanya membayangkan kedatanganmu di sini. Di sebuah taman yang berguguran daun-daun sangat syahdu. Dan akhirnya aku pun melihat wajahmu lagi. Dari kejauhan aku menyapa dirimu kembali. Dan kamu berbalas sapa dariku. Kau berlari menghampiriku dan memeluk badanku sangat rapat. Musim gugur yang mempersatukan jiwa kita dalam dua saudara perempuan kembar. 

Tangis pecah sangat mengharukan rasanya setelah bertahun-tahun lamanya kita berpisah. Musim gugur menjadi saksi bisu pertemuan kita yang sangat bahagia. Aku pun berbincang-bincang dengan saudara kembar perempuanku. Aku pun tak bisa melepaskan rasa rindu tuk bertemu dengannya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak