Mengulik tapak tilas sang mega bintang, Cristiano Ronaldo memang menjadi suatu hal yang sangat menarik. Mulai dari awal ia berkarir, manggung pertama kali di klub sepak bola ternama, mentas di Liga Champions pertama kalinya, hingga kegagalannya di Liga Champions di klub ternama untuk pertama kalinya juga.
Ronaldo menemukan momentum manisnya. Keinginannya untuk menjadi pemain sepak bola, akhirnya tercapai.
Andorinha adalah klub pertama yang ia bela sekaligus klub pertama untuk mengasah kemampuannya sebelum akhirnya ia bergabung dengan Sporting Lisbon tahun 2002, lalu mekar bersinar di Manchester United menggantikan nomor punggung sakral dan ikonik sang legenda David Beckham, Eric Cantona dan George Best (7).
Lalu berkembang pasca hengkang ke Real Madrid menjadi pewaris nomor punggung Sang Pangeran El Real, Raul Gonzalez (7).
Pindahnya Ronaldo ke MU, salah satunya, adalah berangkat dari ketertarikan Sir Alex Ferguson selaku nahkoda utama Setan Merah tatkala MU melakoni laga persahabatan kontra Sporting Lisbon. MU dipaksa tumbang 3:1. Dua gol di antaranya, dikemas oleh Ronaldo.
Kecemerlangan, pesona dan penampilan impresifnya, membuat hati dan mata Ferguson terkagum-kagum. Atas hal ini, tahun 2003, di rekrutlah Ronaldo dari Sporting ke MU dengan mahar 12,24 juta poundsterling.
Di klub inilah Ronaldo pertama kali merasakan sensasi yang cukup mengesankan. Bersama Setan Merah, di bawah naungan yang mulia Alex Ferguson, Ronaldo berhasil merengkuh trofi Liga Champions untuk kali pertama pada musim 2007/2008.
Pada musim itu, Ronaldo tak hanya mampu mengantarkan The Reds Devils juara Liga Champions. Akan tetapi, di musim itu, Ronaldo juga mampu membawa MU juara Premier League.
Di musim itu pula, ia menciptakan gol jauh lebih subur semenjak kedatangannya ke Old Trafford. Memang, penampilan terbanyak Ronaldo semenjak berseragam MU, itu terjadi di musim 2006/2007 dan 2008/2009 yakni 53 penampilan.
Namun, golnya tidak sampai 40 gol. Akan tetapi di tahun 2007/2008, dari 49 penampilan saja, 42 gol berhasil Ronaldo ciptakan. Termasuk gol nya di final liga Champions tatkala membobol gawang Chelsea, Petr Cech pada 8 Mei 2008 lewat gol heading cantiknya itu. Sebelum akhirnya ia juga meraih Ballon d'Or untuk pertama kalinya bersama MU sebelum berlabuh ke Santiago Bernabeu.
Kesuksesan Ronaldo di MU, tidak lepas dari tangan dan ide mulia orang yang jatuh hati padanya, Sir Alex Ferguson. Bahkan, bersama pria asal Skotlandia itu, Ronaldo bersama Manchester United, selama 2003-2009 selain sukses membawa MU juara Champions, juga sukses mengantarkan The Red Devils menjadi Juara Dunia Antarklub dan tiga trofi Liga Inggris.
Ronaldo. Sesuai dengan keinginannya: ingin menjadi pemain sepak bola hebat, maka ia melanjutkan perjalannya ke Spanyol. Mungkin, bagi Ronaldo, bermain terlalu lama di MU itu kurang memuaskan dan akan lambat mendapat ilmu baru untuk menjadikannya pemain superstar.
Dan benar saja, musim 2009/2010 ia berkelana ke Real Madrid dengan nilai transfer yang cukup fantastis, 80 juta poundsterling.
Bersama Los Blancos, ia kian menjadi nyata hebatnya. Cita-citanya ingin membanggakan kedua orang tuanya dari kalangan menengah ke bawah, untuk jadi pemain hebat, itu tercapai.
Berbagai ajang, bersama Los Galacticos, ia berhasil menjadi kampiun. Termasuk juara Liga Champions tiga kali beruntun, juara La Liga, Copa del Rey, Ballon d'Or, Best Player La Liga dan kado manis lainnya.
Ya, bersama Manchester United dan Real Madrid, Ronaldo berhasil membawanya ke jalur Liga Champions. Bahkan berhasil menjuarai kompetisi elit di Benua Biru itu di dua klub tersebut.
Belum puas melanglang buana, Ronaldo pindah haluan, hengkang ke Italia, Juventus. Transfer 117 juta euro mengiringi langkahnya ke klub yang bertajuk Bianconeri itu. Bersama Si Nyonya Tua, Ronaldo berhasil mempersembahkan juara Liga Italia, Copa Italia dan membawa Juventus ke Liga Champions.
Hanya saja, di Juventus, Ronaldo gagal mempersembahkan gelar Liga Champions. Tak sanggup juara Champions.
Ronaldo sadar, bahwa Manchester United adalah klub yang pertama kali membuat namanya kian terkenal. Maka, di usianya yang sudah uzur, ia harus kembali pulang. Layaknya orang merantau: jangan lupa pulang ke tanah asal di mana kau dibesarkan!
Jagat sepak bola menjadi runyam dan gempar setelah mendengar Ronaldo ingin kembali ke rumahnya, Old Trafford. Negosiasi panjang dan drama tinggi, mewarnai pulangnya Ronaldo. Hingga pada akhirnya, jelang pintu gerbang penutupan transfer, Ronaldo resmi diangkut kembali oleh Setan Merah dengan klausul 15 juta euro.
Bersama tim yang membesarkan namanya ke sudut kota hingga perkampungan, Ronaldo tampak terhalang rintangan dan jalan yang sedikit buntu, mandul. Di MU, kini ia puasa gelar.
Tak semanjur dulu saat pertama kali ia merumput di Old Trafford: mempersembahkan gelar Piala FA Cup. Tak semuncer di Real Madrid: mendapat predikat puskas Award. Dan tak menguntungkan seperti di Juventus: membawa Juventus, juara Serie-A
Entah apa penyebab itu, apa karena umurnya yang sudah menginjak usia senja sehingga performanya menurun, atau taktik pelatih yang tak akur, itu belakangan. Yang jelas, di MU kini, Ronaldo tak mampu membawa Setan Merah merangkak ke posisi empat besar di liga domestik Premier League sekalipun.
Datang bertandang ke markas Si Burung Camar, Brighton guna memenuhi jornada ke-36 Premier League musim 2021/2022, anak asuh Ralf Rangnick, Manchester United, dibabat dan dibombardir dengan skor yang cukup tragis, 4:0. Bahkan, Ronaldo pun, tak mampu mencetak gol untuk memperkecil ketertinggalan di Amex Stadium itu.
Kekalahan ini kian menambah catatan buruk MU di laga tandang Liga Inggris musim ini. Yakni lima kali takluk secara beruntun di markas lawan. Kalah atas Arsenal, Liverpool, Everton, City dan atas Brighton itu sendiri.
Dan dengan kekalahan ini pula, menjadikan Ronaldo gagal berpartisipasi di ajang Liga Champions musim depan, karena MU gagal menembus empat besar klasemen Premier League musim ini. Dan hal ini, adalah pengalaman pahit pertama kalinya bagi Ronaldo sejak menjadi pemain sepak bola.
Berangkat dari MU merasakan manisnya merengkuh berbagai trofi dan Liga Champions, berakhir di MU merasakan pahitnya puasa gelar dan sedihnya tak berlaga di Liga Champions.