Gelaran kualifikasi Piala Asia U-20 Grup F yang diselenggarakan di Indonesia tampaknya menjadi sebuah momen yang membahagiakan bagi pelatih Timnas Hong Kong U-20, Cheung Kin Fung. Pasalnya, pelatih kelahiran 1 Januari 1984 tersebut pada akhirnya bisa menginjakkan kaki di Indonesia, yang merupakan tanah kelahiran Rochy Putiray, mantan rekan setimnya kala masih tergabung di klub Kitchee FC, salah satu klub elite di Liga Hong Kong.
Disadur dari laman transfermarkt, baik Cheung Kin Fung dan Rochy Putiray, keduanya tercatat sama-sama tergabung di Kitchee FC pada tahun 2004 lalu. Meski tak lama berada dalam satu tim, namun pelatih Hong Kong U-20 ini menilai, Rochy Putiray adalah pemain yang profesional, gentleman dan "sangat Indonesia" karena memiliki kecepatan dalam permainan yang diperagakannya. Bahkan tak segan, pelatih berusia 38 tahun ini menyatakan bahwa dirinya sangat menikmati waktu berlatih dan bermain dengan legenda Timnas Indonesia tersebut.
Bagi para pecinta sepak bola nasional, nama seorang Rochy Putiray tentu bukanlah sebuah nama yang asing di blantika persepakbolaan Indonesia. Pemain yang selalu tampil nyentrik ini memang selain mudah dikenali, juga menjadi pemain Indonesia yang gemar untuk mencari tantangan baru dalam karier sepak bola profesionalnya. Bagaimana tidak, pemain yang berposisi sebagai penyerang tengah ini sudah mulai melanglang buana ketika masih berusia muda. Di usia 20 tahun, Rochy sudah merasakan kompetisi luar negeri pertamanya dengan bergabung bersama klub Dukla Prague, dengan status pinjaman dari Arseto Solo FC.
Dan selepas itu, deretan klub lokal maupun luar negeri pun mulai dijelajahinya. Mulai dari Persija Jakarta (2000), PSM Makassar (2002), Persijatim Solo FC (2003), PSPS Pekanbaru (2006) dan PSS Sleman (2007). Sementara untuk klub-klub luar negeri yang tercatat menggunakan jasanya antara lain Instan Dict (2000), Double Flower (2001), Happy Valley (2001-2002), South China (2002-2003), dan Kitcheen FC (2004-2005).
Dari daftar klub yang dibelanya tersebut, Rochy Putiray memang bisa dikatakan berjodoh dengan klub-klub yang berasal dari Hong Kong, sehingga tak mengherankan jika pada akhirnya, nama pemain nyentrik timnas Indonesia ini menjadi legenda di Liga Hong Kong.
Salah satu alasan mengapa nama seorang Rochy Putirai menjadi legenda di persepakbolaan negeri berjuluk Pearl of the Orient tersebut adalah adalah penampilan gemilangnya kala melawan raksasa Italia, Eropa dan dunia, AC Milan. Pada pertandingan persahabatan yang dilangsungkan pada bulan Mei 2004 antara Kitchee FC melawan AC Milan tersebut, Rochy Putiray mampu tampil trengginas dan menjadi aktor protagonist untuk kemenangan 2-1 Kitchee FC atas AC Milan. Dwigol yang dilesakkannya pada menit ke-67 dan 80 pada pertandingan itu, mampu membuat penyerang legendaris AC Milan, Andriy Shevchenko merana, karena gol yang dicetaknya di awal babak kedua tak mampu membawa kemenangan bagi timnya.
Hingga saat ini, catatan manis lesakan dua gol ke gawang raksasa Eropa yang ditorehkan oleh salah satu penyerang legendaris Indonesia tersebut masih belum mampu disamai oleh penyerang lain, baik yang berlaga bersama Kitchee FC ataupun yang bermain di Liga Hong Kong.
Setelah melanglang buana di sebagian besar karier sepak bolanya, Rochy Putiray pada akhirnya memutuskan untuk gantung sepatu di tahun 2007, selepas mengabdikan diri bermain bersama PSS Sleman sebagai klub terakhirnya di persepakbolaan profesional.