Salah satu klub besar dari Malang, Arema FC dikabarkan akan bisa berkandang kembali di Malang setelah hukuman yang diterima pasca tragedi kericuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan dan memakan ratusan korban jiwa.
Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB) Ferry Paulus berbicara mengenai hukuman yang diberikan kepada Arema FC imbas Tragedi Kanjuruhan yang telah berakhir. Ferry menyebut bahwa Arema FC bisa kembali bermarkas di Malang.
“Sudah habis, hukumannya sudah selesai,” ungkap Ferry saat dilontarkan pertanyaan mengenai hukuman Singo Edan di Hotel Shalva, Jakarta Pusat, Jumat (7/7/2023).
Rencananya Arema akan berkandang di Stadion Gajayana selama bergulirnya Liga 1. Walaupun sudah lepas dari hukuman, Arema FC belum bisa langsung berkandang di Malang dalam waktu dekat. Mereka masih akan menjadi tim yang meminjam stadion dari Bali United, yaitu Stadion Kaptem I Wayan Dipta, Bali.
“Sekarang ini Arema belum bermarkas di seputar malang karena masih menunggu renovasi Stadion Gajayana,” tutur lanjut Ferry pada awak media.
Arema FC diperkirakan dapat menggunakan Stadion Gajayana sebagai markas utama mereka pada saat putaran kedua liga nanti. Pasalnya, manajemen dari tim yang berjulukan Singo Edan tersebut belum melakukan perjanjian dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Malang selaku pemilik resmi stadion.
Kericuhan yang sering dikenal tragedi Kanjuruhan ini terjadi pada tanggal 1 Oktober 2022 lalu. Hal tersebut terjadi pasca pertandingan antar Arema FC VS Persebaya yang berakhir untuk kemenangan tipis untuk tim tamu.
Kericuhan mulai terjadi pada akhir pertandingan, banyak pendukung dari Arema yang turun dari tribun dan merangak ke lapangan. Untuk mengatasi hal tersebut, pihak kepolisian bergerak cepat untuk meredam kerusuhan. Namun bukannya tensi menurun, pihak pendukung dan kepolisian malah saling bentrok.
Pada akhirnya gas air mata pun ditembakkan guna membubarkan aksi kerusuhan besar tersebut. Supporter Arema FC pada saat itu langsung terbirit-birit menuju pintu keluar untuk menyelamatkan diri. Namun apalah daya, pintu keluar terjadi kepadatan sehingga menyebabkan penumpukan jumlah orang yang berlebihan dan memakan korban jiwa.
Tercatat pada tanggal 24 Oktober 2022, tragedi Kanjuruhan tersebut memakan korban sebanyak 135 orang tewas dan 583 orang lainnya mengalami cedera.