Beberapa hari terakhir cukup viral di media sosial X atau twitter mengenai segelintir orang yang membuka jasa untuk men-joki aplikasi Strava milik orang lain. Hal ini tentunya menarik perhatian banyak orang mengenai fenomena yang mulai populer sejak beberapa hari terakhir tersebut. Bahkan, beberapa orang juga turut membuka jasa joki untuk aplikasi Strava orang lain, baik yang hanya sekedar lelucon ataupun yang benar sungguh-sungguh melakukannya.
Hal ini tentunya cukup menarik mengingat sejatinya fenomena joki aplikasi Strava tersebut sejatinya sudah cukup lama terjadi. Awalnya ialah saat masa-masa pandemi covid-19 dimana banyak orang mulai menggeluti olahraga lari yang memang cukup dianjurkan untuk menjaga kesehatan tubuh saat itu. Namun, kala itu jasa joki Strava tidak sepopuler sekarang.
Strava sendiri merupakan aplikasi di smartphone yang bisa mengukur jarak lari, kecepatan berlari hingga kalori yang dibakar saat berlari. Aplikasi ini sejatinya cukup berguna bagi orang-orang, khususnya bagi para atlet yang ingin meningkatkan daya tahan tubuh saat berlari. Bahkan, bagi orang umum aplikasi ini juga tergolong bermanfaat karena dapat mengukur sejauh apa progress kita saat melakukan olahraga lari.
Jasa Joki Strava Membuktikan Masyarakat Indonesia Haus Validasi
Uniknya, fenomena dalam masyarakat Indonesia ketika menggunakan aplikasi Strava akan diselingi dengan mengunggah pencapaian dari progress lari tersebut di beberapa social media lainnya semacam story Whatsapp, story instagram atau beberapa platform media sosial lainnya. Hal inilah yang disinyalir banyak orang mulai ikut-ikutan menggunakan aplikasi tersebut baik sekadar memang ingin melihat progress berlari, maupun hanya sekedar mengikuti trend atau yang lazim dikenal denan singakatan FOMO.
Namun, hal inilah yang bisa menjadi munculnya rasa ingin memperoleh validasi dari orang lain perihal pencapaian akun Strava milik sendiri. Bahkan, beberapa orang yang dianggap haus validasi tersebut akan meminta orang lain yang memang memiliki waktu dan gemar untuk berlari agar mau menggunakan akun Strava miliknya.
Inilah yang disinyalir menjadi awal munculnya fenomena joki Strava yang cukup booming dalam beberapa hari terakhir. Sejatinya hal tersebut tidaklah masalah selama tidak ada pihak yang dirugikan. Namun, yang cukup ironis adalah hal ini menjadi bukti bahwa masyarakat kita memang haus akan validasi atau pengakuan dari orang lain.
Lebih lanjut lagi, hal ini tentunya juga dianggap ‘mencederai’ esensi dari kegiatan olahraga yang seharusnya memiliki manfaat baik dari fisik maupun mental terhadap orang-orang yang melakukannya. Setiap orang memang memiliki porsi dan progress olahraganya masing-masing. Kita memang sebaiknya tidak boleh iri dengan pencapaian olahraga dari orang lain karena tidak akan memberikan dampak apa-apa bagi diri kita sendiri.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.