Dua kekalahan beruntun harus dialami oleh Timnas Indonesia U-20 di Mandiri U-20 Challenges Series 2025. Setelah di laga pertama lalu mengalami kekalahan dari Yordania U-20 dengan skor tipis 0-1, kali ini Pasukan Muda Merah Putih yang diasuh oleh Indra Sjafri tersebut harus mengakui keunggulan Suriah U-20 dengan dua gol tanpa balas.
Secara permainan apa yang ditunjukkan oleh Timnas Indonesia U-20 di dua laga pertama mini turnamen yang digelar di Sidoarjo, Jawa Timur tersebut memang dapat dikatakan cukup mengecewakan. Seperti halnya tim-tim sebelumnya yang diasuh oleh Indra Sjafri, pakem permainan Timnas Indonesia U-20 di dua laga melawan Yordania dan Suriah tersebut juga menitikberatkan penyerangan dari sisi sayap.
Menyadur laman match report transfermarkt, di dua laga tersebut konsep penyerangan Indonesia mengandalkan Doni Tri Pamungkas yang berkolaborasi dengan Muhammad Ragil di kiri, dan Mufli Hidayat yang menopang Jehan Pahlevi di kanan.
Dua kekuatan sayap tersebut sejatinya bisa menjadi senjata utama yang bisa saja membuat pertahanan kubu lawan berantakan jika bisa dikelola dengan baik. Namun sayangnya, pengelolaan serangan di "dapur pacu" permainan, yakni di lini tengah, masih menjadi sebuah hal yang masih sangat kurang di dua laga yang telah dijalani.
Rotor serangan yang seharusnya diemban oleh para pemain yang ditempatkan di lini tengah, masih kurang berjalan. Tak adanya pemain yang visioner di lini ini membuat permainan Timnas Indonesia selalu saja mengalirkan bola ke sisi kiri dan kanan penyerangan, yang tentunya berimbas pada mudahnya tim lawan dalam mengantisipasi serangan yang mereka bangun.
Sejauh ini, dari dua laga yang telah dijalani, lini tengah Timnas Indonesia U-20 masih menyisakan PR besar untuk dibenahi. Tak adanya pemain yang memiliki karakter permainan seperti Evan Dimas yang bisa menjadi metronome permainan, membuat permainan Indonesia sangat monoton hampir di sepanjang laga berjalan.
Memang, dalam pertandingan tersebut Indra Sjafri masih mencari kolaborasi yang tepat di antara para pemain yang diturunkannya. Namun, dari rangkaian mix and match yang melibatkan Toni Firmansyah, Adriano Manuri, Fandi Pamungkas, Aditya Warman, Evandra Florasta, hingga Welber Jardim yang ditarik ke lapangan tengah, masih belum menemukan komposisi yang pas.
Secara permainan, pemain-pemain tersebut lebih bersifat sebagai petarung, atau gelandang murni di posisinya. Baik sebagai gelandang serang yang lebih menyerang, ataupun gelandang bertahan yang lebih memiliki sifat turun di kedalaman, dan belum ada satupun yang memiliki type permainan pengatur ataupun visioner.
Hal ini tentunya menjadi sebuah permasalahan tersendiri untuk bisa segera diselesaikan oleh Indra Sjafri. Pasalnya, jika lini tengah Timnas U-20 tak segera dibenahi dan diisi dengan pemain yang memiliki visi tinggi, permainan Pasukan Muda Merah Putih akan sangat mudah ditebak oleh lawan-lawan mereka imbas tak adanya variasi serangan yang diolah di dapur pacu penyerangan mereka.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.