Masa persiapan sebuah turnamen biasanya identik dengan serangkaian laga uji coba. Namun, Timnas Indonesia U-23 memilih jalan berbeda. Di bawah arahan pelatih Gerald Vanenburg, skuad Garuda Muda justru dipastikan tidak akan menjalani satu pun laga uji coba menjelang gelaran Piala AFF U-23 atau ASEAN U-23 Championship 2025.
Langkah tersebug tentu menjadi sorotan. Bukan karena sembarangan, melainkan karena ini adalah bagian dari strategi yang cukup berani. Vanenburg, mantan legenda sepak bola Belanda, punya pertimbangan matang di balik keputusan tersebut.
“Sejujurnya, saya pikir itu bagus. Karena sejujurnya, saya pikir kami tidak membutuhkannya. Karena saya pikir para pemain dalam kondisi yang baik,” ujarnya kepada awak media dalam sesi latihan di Stadion Madya Gelora Bung Karno sebagaimana dikutip dari Antara News, Kamis (10/7/2025).
Alih-alih menghadapi lawan dari luar, juru taktik asal Belanda itu lebih memilih menggelar internal game 11 lawan 11. Ia menilai, skuadnya sudah dalam kondisi cukup baik dan bisa saling menguji satu sama lain tanpa risiko tinggi.
“Mereka bisa bermain 11 lawan 11 dengan skuad kami sendiri. Jadi, kami bisa mengatasi masalah cedera,” tambah Vanenburg.
Dari 28 pemain yang semula dipanggil, kini tersisa 25 nama. Tiga pemain yang dicoret adalah Ahmad Wadil, Frengky Missa, dan Rahmat Syawal. Vanenburg mengaku sudah mengantongi skuad final, tapi belum ingin mengumumkannya secara resmi.
Tantangan Besar di Hadapan Timnas Indonesia U-23
Keputusan tidak melakukan uji coba tentu membawa tantangan tersendiri. Di satu sisi, pemain bisa lebih terjaga dari risiko cedera. Namun di sisi lain, ada kekhawatiran soal minimnya pengalaman pertandingan yang nyata sebelum turnamen.
Grup A yang ditempati Indonesia bukan grup yang bisa dianggap enteng. Garuda Muda akan berhadapan dengan Brunei Darussalam pada 15 Juli, dilanjut Filipina pada 18 Juli, dan ditutup dengan Malaysia pada 21 Juli. Semua laga akan dimainkan malam hari di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Tanpa uji coba, pertarungan sesungguhnya akan dimulai di laga pembuka. Konsistensi selama 90 menit menjadi taruhan utama, dan ini yang paling ditekankan oleh Vanenburg.
“Fokus saya bukan hanya pada hasil akhir, tapi bagaimana para pemain bisa menjaga intensitas, konsentrasi, dan mental di sepanjang pertandingan,” jelas sang pelatih.
Meski begitu, Vanenburg tidak ingin membebani para pemainnya dengan ambisi muluk. Fokus utama tetap pada pengembangan tim, memperkuat chemistry, dan menjadikan turnamen ini sebagai ajang pembelajaran menjelang kualifikasi Piala Asia U-23 2026.
PSSI memang memasang target juara. Namun bagi Vanenburg, target tersebut harus diiringi dengan pendekatan realistis dan proses bertahap.
Pemusatan latihan yang dimulai sejak akhir Juni dinilai sudah cukup untuk membentuk fondasi yang solid. Latihan fisik, teknik, hingga kedisiplinan dalam internal game dianggap mampu membentuk karakter dan kekompakan tim.
Meski tidak memiliki pengalaman internasional sebanyak tim-tim lain, Timnas Indonesia U-23 punya semangat besar dan dukungan publik. Bermain di kandang sendiri bisa menjadi energi tambahan jika dikelola dengan baik.
Di balik strategi ini, tersimpan harapan besar: bahwa sepak bola Indonesia bisa melangkah dengan gaya berbeda, dan bahwa keberhasilan tidak selalu bergantung pada banyaknya laga uji coba.
Kendati tanpa satu pun laga uji coba, pasukan Merah Putih masih memiliki peluang untuk memenuhi target di Piala AFF U-23 2025. Fokus pada internal game, latihan intensif, dan persiapan mental menjadi pndasi utama tim.
Namun, kunci keberhasilan tetap terletak pada konsistensi performa di lapangan serta adaptasi cepat terhadap dinamika pertandingan sesungguhnya. Turnamen ini akan jadi ujian nyata bagi para pemain muda maupun untuk strategi baru sepak bola Indonesia.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS