Di zaman yang serba cepat seperti saat ini, rasanya hidup kita seperti dikejar-kejar. Notifikasi ponsel tak pernah berhenti, pesan masuk terus-terusan, dan rasanya kita dituntut untuk harus selalu produktif setiap saat.
Nah, di tengah semua keramaian itu, ada satu kebiasaan sederhana yang bisa jadi rem untuk hidup kita agar lebih melambat dan menikmati setiap waktu yang kita punya, yaitu membaca buku.
Membaca buku tidak hanya untuk menambah wawasan saja, tapi juga cara paling ampuh untuk melambat dan kembali ke diri sendiri setelah sekian lama kita lupa bahwa diri kita perlu istirahat sejenak.
Pernah nggak sih, merasa pikiran kita kayak terfragmentasi? Seolah kita sedang mengerjakan satu hal, tapi otak memikirkan tiga hal lain dalam waktu yang bersamaan.
Nah, itulah efek dan pengaruh dari gaya hidup digital seperti sekarang ini. Membaca buku, apalagi buku fisik, memaksa kita untuk melakukan hal sebaliknya.
Kita harus menyingkirkan HP, mematikan notifikasi, dan hanya fokus dengan tulisan yang ada di depan mata. Proses ini tentu akan melatih kembali otak kita yang sudah terbiasa pindah-pindah fokus dalam hitungan detik.
Ketika kamu membuka buku, kamu sebenarnya sedang mengambil kendali penuh atas waktumu. Kamu tidak sedang mengikuti jadwal orang lain, algoritma, atau tren yang sedang viral.
Kamu memilih untuk duduk dan memberi perhatian penuh pada satu hal. Hal ini adalah bentuk self-care yang sering terlupakan dalam kehidupan kita yang serba cepat ini.
Kamu berhak untuk istirahat dari keharusan untuk selalu terhubung dan up to date. Di balik halaman-halaman buku, kamu menemukan ruang untuk bernapas, berpikir, dan meresapi kedalaman yang jarang kamu temukan di media sosial.
Buku-buku bisa menjadi teman terbaikmu, menemanimu dalam keheningan yang menenangkan, tanpa tuntutan untuk membalas pesan atau membuat konten.
Bagi seseorang yang belum terbiasa membaca buku hal ini mungkin akan terdengar sulit, namun ini adalah latihan kesabaran yang luar biasa, mesikupun memang akan terasa tidak mudah di awal.
Yang paling keren lagi adalah, membaca itu membuat kita hadir seutuhnya di momen ini. Saat kita tenggelam dalam cerita, kita seolah-olah teleportasi ke dunia lain.
Kita ikut merasakan sedihnya tokoh, membayangkan pemandangan yang dideskripsikan, dan merenungkan setiap alur cerita.
Hal ini semacam pelarian sehat dari daftar pekerjaan atau masalah sehari-hari yang terkadang membuat kita stres dan seringkali kehilangan minat dalam melakukan kegiatan.
Berbeda dengan aktivitas menonton film, di mana kita hanya nerima informasi saja, membaca itu menuntut kita untuk aktif berpartisipasi dengan pikiran dan imajinasi kita sendiri.
Membaca juga memberikan pelajaran bagi kita soal proses, bukan cuma hasil. Di dunia yang maunya serba instan, kita cenderung ingin cepat-cepat selesai.
Membaca ratusan halaman novel mengajarkan kita untuk menikmati setiap bab, setiap kalimat, bahkan setiap ide yang ada, tanpa terburu-buru.
Ini adalah kebalikan dari mentalitas ingin serba cepat yang justru sering kali membuat kita merasa kelelahan daripada lebih produktif dengan sebuah pekerjaan.
Jadi, kalau kamu lagi merasa hidupmu terlalu cepat, coba deh ambil satu buku. Beri dirimu waktu 15-30 menit, tanpa gangguan.
Nikmati setiap halaman. Kamu akan sadar, ternyata dengan melambat, kita justru bisa menemukan kembali ketenangan di tengah semua kegilaan hidup ini. Lebih dari sekadar hobi, membaca adalah sebuah investasi kecil yang dapat membuat jiwa kita lebih waras.