Balapan MotoGP Jerman 2025 akhir pekan lalu berjalan di luar dugaan. Perlombaan yang digelar di Sirkuit Sachsenring itu benar-benar diwarnai kekacauan.
Dari total 18 pembalap yang memulai balapan, hanya 10 di antaranya yang berhasil menyelesaikan lomba. Sisanya terpaksa mengakhiri perjuangan mereka lebih awal akibat insiden, terutama di Tikungan 1 yang menjadi momok menakutkan pada balapan tersebut, enam pembalap diketahui terjatuh di tikungan pertama ini.
Sachsenring memang memiliki karakteristik yang unik. Kebanyakan tikungannya mengarah ke kiri, sementara Tikungan 1 justru belok ke kanan. Hal inilah yang kerap memicu masalah bagi para pembalap, karena ban bagian kanan menjadi lebih dingin dibanding sisi kiri.
Jika menilik beberapa musim ke belakang, Tikungan 1 ternyata sudah memakan banyak korban. Tiga tahun lalu, Pecco Bagnaia harus merelakan podium kedua setelah tergelincir di sana.
Musim lalu, giliran Jorge Martin yang menjadi korbannya. Martin saat itu berada di posisi terdepan dengan jarak aman dari lawan-lawannya, namun hanya kurang dari dua putaran sebelum finis, ia kehilangan kendali di tikungan tersebut dan gagal melanjutkan balapan.
Kondisi cuaca pada Minggu lalu juga tidak membantu. Suhu udara yang cukup dingin menyulitkan pembalap untuk menjaga temperatur ban tetap stabil, terutama sisi kanan. Akibatnya, risiko terpeleset semakin tinggi.
Beberapa nama besar pun ikut merasakan kerasnya tikungan pertama Sachsenring tahun ini. Marco Bezzecchi dan Fabio Di Giannantonio adalah yang paling merugi. Keduanya sedang berada di posisi kedua sebelum akhirnya tergelincir dan kehilangan kesempatan meraih podium.
Raut kecewa tampak jelas di wajah para pembalap ini ketika berjalan meninggalkan lintasan. Tidak ada yang menyangka bahwa tikungan pertama akan menjadi penentu utama jalannya balapan MotoGP Jerman kali ini.
Melihat banyaknya pembalap yang gagal finis, para pembalap yang berhasil membawa motornya melintasi garis finis patut merasa lega. Menyelesaikan balapan dengan kondisi lintasan sedemikian sulit dan suhu ban yang tidak ideal sudah merupakan sebuah prestasi tersendiri.
Sachsenring kembali membuktikan bahwa selain membutuhkan kecepatan, sirkuit ini juga menuntut kehati-hatian dan teknik yang matang dari setiap pembalap yang ingin menaklukkannya.
Luca Marini, yang berhasil finis di P6 GP Jerman lalu membagikan pengalamannya saat membalap di Sirkuit Sachsenring kemarin.
"Saya merasakan ban depan saya turun di Tikungan 1. Mungkin tekanan ban depan naik atau suhunya atau semacamnya. Saya bilang 'Oke, sekarang ini batasnya. Kita perlu mengerem lebih dalam dan lebih lurus, lalu masuk sedikit lebih lambat'," ujar Marini, dilansir dari laman Autosport.
Kemudian, saat ditanyai apa yang membuatnya bisa mempertahankan diri untuk tetap finis, adik Valentino Rossi tersebut mengatakan bahwa memahami motor dan selalu mengatur suhu ban adalah kuncinya.
"Sering kali kami (pembalap MotoGP), mengalami kecelakaan karena ban yang tidak berada dalam kondisi optimal. Sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh hal ini. Sejauh ini, saya rasa saya cukup memahami hal ini dan selalu berusaha menyesuaikan suhu ban. Lalu, selama balapan, saya mendengarkan motor dan mendengarkan umpan balik dari ban. Saya terus memacu hingga batas maksimal, tapi berusaha untuk tidak melampaui batas," tambahnya.
Di sisi lain, MotoGP baru saja mengonfirmasi bahwa Sachsenring akan menjadi tuan rumah MotoGP sampai tahun 2031 setelah menandatangani perpanjangan kontrak.
Kabar ini menjadi sesuatu yang menarik bagi penonton karena akan ada balapan yang seru dan menegangkan di setiap tahun, tapi juga menjadi tantangan untuk seluruh pembalap MotoGP, kecuali Marc Marquez, yang sudah sangat akrab dengan sirkuit kebanggaan orang Jerman ini.