Pintar saat Sekolah Belum Tentu Pandai Ketika Kuliah

Hernawan | Budi
Pintar saat Sekolah Belum Tentu Pandai Ketika Kuliah
Ilustrasi Anak Sekolah (Pixabay)

Orang pintar menjadi sebutan bagi mereka yang sering diistimewakan dan memiliki nilai keunggulan tersendiri dibanding dengan orang lain. Dengan adanya kepintaran pada diri seseorang, jelas dapat memberikan pengaruh besar pada perkembangan hidupnya. Pasalnya, ketika kita pintar, maka pengetahuan akan lebih mudah kita cernah dan dapat tersimpan di dalam memori otak.

Saat kita pintar, tentu banyak orang-orang yang bisa saja mendekat. Pasalnya berkat kepintaran, seseorang dapat membantu orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Selain teman-teman akan mendekat, guru-guru pun akan memudahkan untuk akrab padanya dan juga bisa dibanggakan nantinya yang ujung-ujungnya dapat diistimewakan dibandingkan yang lain.

Dalam siklus kehidupan kita ini, kepintaran semestinya adalah hak untuk semua manusia. Setiap manusia berhak untuk pintar tanpa memandang dari mana dan seperti apa asal-usulnya. Ibaratnya kepintaran juga dapat berputar dan akan menerangi bagi mereka yang serius mau menjadi pintar.

Hidup tidak selamanya berjalan dengan mulus, kadang kala berada di bawah dan kadang kala pula di atas. Begitu pun dengan masalah kepintaran. Biasanya mereka yang dulunya dianggap sangat brutal atau kepintaran sangat jauh dengannya, tidak menutut kemungkinan rasa kepintaran akan mendekatinya suatu saat nanti. Ibarat benci jadi cinta. Begitulah kiranya.

Dalam analisis pribadi saya, kepintaran itu tidak mampu kita prediksi kepada siapa ia dapat bersahabat. Berangkat dari pengalaman saya ketika berada di bangku sekolah, saya banyak memperhatikan bagaimana perilaku dan perbuatan teman-teman saya. Dari berbagai karakter saya pun temui, mulai dari yang sering bolos sampai mereka yang sangat rajin masuk sekolah. Bahkan dalam catatan keterlambatan tidak akan ditemukan namanya, juga ada yang terjadi.

Sehingga memungkinkan terjadi pembagian kelompok dalam hal teman bergaul dan teman kerja tugas. Seperti tidak jarang dijumpai kumpulan orang-orang pintar dan kumpulan orang-orang yang sering bolos. Kondisi ini pulalah terkadang ada sikap guru menilai mereka yang jarang datang ke sekolah dianggap murid bodoh, yang ujung-ujungnya dapat berakibat fatal karena bisa saja tidak lulus dalam ujiannya nanti.

Dan hebatnya mereka-mereka yang malas datang sekolah kadang pula dijumpai biasa mabuk-mabukan dan tindakannya dapat membantah sang guru. Intinya label yang ia sandang hanyalah murid yang tidak mengetahui sesuatu pun termasuk pelajaran-pelajaran yang ada di sekolah. Sedangkan, untuk mereka yang memang pintar maka akan mematuhi segala perintah guru, aktif mengerjakan tugas-tugas dan rajin untuk terus datang ke sekolah dalam keadaan apapun.  

Tetapi, kondisi seperti itu tidaklah selamanya akan begitu terus. Pada saat saya masuk di Perguruan Tinggi atau istilah lainnya sudah menyandang status sebagai mahasiswa, justru perubahan secara drastis banyak saya jumpai. Banyak kejadian, mereka yang dulunya sangat brutal waktu di sekolah namun setelah ia kuliah justru dapat menjadi mahasiswa yang sangat dikagumi, disenangi teman-temannya dan dapat meraih prestasi-prestasi yang gemilang.

Orang yang tidak disangka sebelumnya, justru dapat membuat keajabain yang luar biasa. Hal ini banyak terjadi pada teman-teman saya, mereka yang dulunya sangat brutal ketika waktu masih sekolah, namun setelah menjadi mahasiswa justru sudah menjadi pimpinan organisasi hebat, baik di dalam kampus maupun di luar kampus.

Ada juga yang dulu sangat pintar ketika sekolah, namun setelah ia menjadi mahasiswa, justru hanya menjadi mahasiswa yang biasa-biasa saja. Menjadi mahasiswa tidak ubahnya seperti kebiasaan sebelumnya ketika waktu masih di sekolah. Banyak juga dari mereka sangat tidak ingin ikut berorganisasi apalagi kalau sampai diajak turun demo, mustahil rasanya. Walaupun tidak semuanya juga begitu ya. Heheheh.

Artinya perubahan itu dapat terjadi secara 180 hingga 360 derajat. Karakter pendiam ketika waktu sekolah dapat berubah secara drastis pada saat kuliah menjadi komunikatif dan publik speaker. Saya secara pribadi juga mengalami banyak perubahan, sehingga klaim teman-teman semasa sekolah bahwa saya tidak seperti dulu lagi. Dulu pendiam, namun sekarang sudah banyak omong. Dulu sangat doyan pelajaran matematika, namun setelah kuliah justru masuk dalam daftar kategori pelajaran yang sangat saya benci.

Sehingga tidak banyak dari teman-teman saya, sering mengatakan bahwa saya sangat jauh berbeda ketika masih sekolah dulu. Tapi saya hanya mengatakan bahwa masa itu berjalan terus, dan setiap orang pasti mempunyai masanya masing-masing.

Orang yang nakal pada saat kuliah, justru mampu menjawab atas persepsi-persepsi sempit. Bahkan kebanyakan mereka-mereka yang nakal pada saat di sekolah, malah menjadi pimpinan organisasi hebat pada saat di kampus. Lebih baik nakal di awal-awal, daripada nakal setalah tua nanti, karena jangan sampai nakal di masa tua justru itu sangatlah memalukan. Iya kan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak