Sisi Lain Kota Metropolitan

Tri Apriyani | Nurita
Sisi Lain Kota Metropolitan
Ilustrasi Pengamen Cilik (dok.Nurita Komara)

Jakarta, selain menjadi Ibu kota dikenal pula dengan kota metropolitan, kota yang tak pernah tidur, kota dengan populasi penduduk terpadat di Indonesia.

Jakarta adalah tempat perputaran roda ekonomi, pusat bisnis dan pusat pemerintahan, tak salah jika banyak pendatang yang ingin mengadu nasib di Jakarta, sehingga Jakarta emiliki banyak cerita tentang kehidupan. 

Bahkan seorang penulis mahir takan pernah kehabisan cerita jika berkaitan dengan Jakarta, banyak hal yang dapat diceritakan tentang kehidupan yang memiliki banyak sisi ini.

Hingar bingar kota Metropolitan 

Berbicara tentang kehidupan kelas atas yang megah dan mewah, bagaimana dengan mudahnya para elite global dan kaum kapitalis mampu membeli apapun yang mereka inginkan dengan uang, tentang mereka yang memiliki gaya hidup yang tinggi. Seolah berpikir apapun bisa dibeli dengan uang. 

Kehidupan lain yang turut menjadi perhatian publik, para tikus berdasi yang memupuk materi melalui jalan kotor, haus kekuasaan, mengambil hak rakyat dengan cara yang keji. Segala cara dilakukan agar ambisinya terpenuhi, bahkan jika itu menentang hukum yang berlaku. 

Sisi baiknya adalah Jakarta menjadi salah satu kota yang memiliki gedung pencakar langit terbanyak di dunia dari 40 menduduki peringkat ke 17. Selain itu salah satu stadion terbesar di dunia juga berada di Jakarta yakni Stadion Gelora Bung Karno yang dapat menampung penonton sekitar 100rb orang, sarana transportasi yang maju, dan masih banyak keistimewaan lainnya. 

Namun, tahukah kawan di balik gemerlap megahnya kehidupan Jakarta, terdapat kehidupan yang berlawanan. 

Sebagian anak sedang belajar, sebagian mencari nafkah di jalanan 

Dibeberapa tempat di Jakarta kemiskinan telah menjadi hal yang lumrah, kelaparan, kesenjangan sosial, lingkungan yang kumuh, kriminalitas tinggi yang tercipta karena faktor ekonomi.

Dampak tersebut tak hanya terjadi pada orang dewasa, seorang anak kecil yang tugasnya hanya sekolah dan bermain, di beberapa tempat kita akan menemukan pemandangan yang berbeda. 

Ketika kebanyakan anak-anak sedang melaksanakan kegiatan belajar secara daring, namun di sini kita akan melihat penampakan anak kecil berlari dari satu kendaraan ke kendaraan lainnya, dari satu tempat ke tempat lainnya dengan membawa dagangan yang ia bawa, dengan menenteng gitar kecil yang ia genggam. 

Dengan rasa peluh yang dibanjiri keringat, namun mereka masih mampu tersenyum. Kehidupan kota yang keras memaksa mereka untuk mandiri dan berusaha sendiri, mencari makan sendiri atau untuk membantu meringankan beban orang tua mereka. 

Miris rasanya jika melihat pemandangan seperti itu, namun kita semua telah diberikan porsi kekuatan masing-masing oleh sang pencipta. Jika sebagian anak beruntung karena dilahirkan dan dibesarkan di keluarga yang cukup materi, sisanya lebih beruntung karena diberi hati dan tulang yang kuat untuk berusaha sendiri.

Lalu bagaimana dengan pendidikan mereka, jika mereka harus mencari nafkah setiap harinya ?

Sebetulnya banyak upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam menangani kasus ini, seperti membangun rumah singgah, dan bantuan pendidikan. 

Adanya pandemi yang melanda juga menjadi salah satu faktor mengapa tingkat putus sekolah pada anak menjadi tinggi. Tak hanya di Jakarta, juga di kota-kota besar lain. 

Sebagai warga negara yang baik, sudah sepantasnya kita bahu membahu untuk saling membantu, meringankam sedikit beban mereka dengan saling memberi.

Bantu mereka dengan cara yang paling sederhana, dan berdoa semoga pandemi cepat berlalu dan ekonomi bangkit kembali, sehingga nanti tidak ada lagi pemandangan anak-anak mencari nafkah di jalanan. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak