Manusia Berpakaian Hazmat

Tri Apriyani | Niken
Manusia Berpakaian Hazmat
Ilustrasi Covid-19 di Brazil. (Shutterstock)

Orang di lorong Rumah Sakit berlalu lalang menggunakan kostum yang agak aneh, tak pernah kulihat kostum seperti itu sebelumnya. Apa yang membuat mereka berpakaian begitu tertutup? Tak bisa kubayangkan deras keringat yang mengalir dibalik kostum yang baru kutahu bernama hazmat.

Mereka mondar-mandir entah mencari apa, dari gestur tubuhnya kutebak ada beberapa yang panik. Teriakan dari setiap bilik kadang terdengar mengerikan, tangis dan raungan seolah tak henti saling bersahut. Aku tau dibalik pakaian hazmat itu mereka lelah dan tak sedikit yang menangis, entah terbawa suasana atau bagaimana.

Awalnya kupikir mereka aneh,memakai kostum tebal dan tertutup layaknya astronaut. Namun Aku seolah ditampar keras saat mengetahui alasannya, alasan mengapa mereka rela demikian. Mereka menepati sumpah dan mengedepankan nurani, menjadi garda terdepan bagi negeri, merelakan jiwa dan raga yang bisa terenggut kapan saja. Sudut pandangku tiba- tiba saja berubah, rasa haru dan bangga menyelimutiku tatkala melihat dan mengingat mereka yang memakai hazmat, kala mendengar perjuangan yang luar biasa hebat.

Manusia berpakaian hazmat itu memerangi sesuatu yang kecil namun mengguncang Dunia, mereka terlalu setia pada pertiwi. Menyelamatkan ribuan nyawa, di mana kemanusiaan menjadi pijakan untuk tiap langkah yang ditempuh. Berusaha sekuat tenaga, meninggalkan keluarga dirumah, dan aku tau mereka penat, ingin beristirahat, namun mereka tak ingin terlambat atau menciptakan penyesalan yang teramat.

Mereka adalah manusia istimewa, ikhlas dengan kemungkinan terburuk yang sudah menanti, dengan lapang hati menerima konsekuensi atas apa yang dijalani. Manusia dengan hati seluas Samudra, meletakkan keselamatan orang lain di atas segalanya.

Manusia berpakaian hazmat itu tetaplah seorang Manusia, bukan malaikat apalagi dewa, sejatinya tetap memiliki batas dan ketika melampauinya, satu persatu harus gugur, beristirahat di tempat paling nyaman. Menjadi pahlawan tanpa perkenalan, sebab semasa bertugas tak pernah berhenti untuk sekadar menciptakan gurauan.

Entah apa kalimat yang tepat untuk mendeskripsikan kagumku pada mereka, bahkan aku tak tau bagaimana menuliskan rasa hormat dan terima kasihku pada mereka yang sudah gugur maupun yang masih bertahan.

Untuk manusia berpakaian Hazmat, Aku berterima kasih atas segala perjuangan dan usaha kalian. Aku bangga bisa melihat kalian sampai detik ini, semoga pandemi segera menemui halaman terakhir dan semoga kalian bisa bertahan hingga akhir.

Sebuah tulisan atas kekagumanku untuk para Nakes, Pahlawan masa kini.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak