2 Tahun Jokowi-Maruf: Optimisme Bidang Pendidikan

Hernawan | al mahfud
2 Tahun Jokowi-Maruf: Optimisme Bidang Pendidikan
Suasana di depan KPU jelang Jokowi Ma'ruf Amin disahkan (Suara.com/Rinaldi Aban)

Bidang pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi menjadi fokus penting dalam pembangunan manusia untuk mewujudkan Indonesia maju. Capaian-capaian positif di bidang pendidikan tentu akan berdampak positif pula bagi kemajuan SDM dan kemajuan bangsa. 

Menarik untuk melihat capaian 2 tahun pemerintahan Jokowi-Ma’ruf di bidang pendidikan melalui program-program yang sudah dijalankan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).    

Kita tahu, Merdeka Belajar menjadi program andalan dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim. Mulai Desember 2019 sampai Juli 2020, lima episode Merdeka Belajar dijalankan. Kemudian, dilanjutkan dari Oktober 2020 hingga Oktober 2021 sebanyak lima kebijakan Merdeka Belajar.

Merdeka Belajar Episode 6 hingga 13, setahun terakhir rinciannya adalah: transformasi dana pemerintah untuk pendidikan tinggi, Episode 7: Sekolah Penggerak, Episode 8: SMK Pusat Keunggulan, Episode 9: Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah Merdeka, Episode 10: perluasan Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Episode 11: Kampus Merdeka Vokasi, Episode 12: Sekolah Aman Berbelanja bersama SipLah, dan Episode 13: Merdeka Berbudaya dengan Kanal Indonesiana. 

Jika dicermati, berbagai kebijakan tersebut merupakan upaya mewujudkan pendidikan yang bermutu dan maju, dengan mendorong kualitas kepemimpinan pendidikan, karakter, dan pedagogi, memastikan ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang memadai, hingga kebijakan pendanaan yang merata dan berkeadilan. 

Terkait Program Sekolah Penggerak misalnya, merupakan terobosan menarik. Program yang berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik (kompetensi literasi dan numerasi, dan juga karakter ini merupakan dasar untuk membangun ekosistem pendidikan yang berkualitas ke depan. 

Sekolah Penggerak mendorong perkembangan dan proses transformasi sekolah agar mampu menghasilkan siswa dengan Profil Pelajar Pancasila (sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id). Caranya, diawali dengan SDM pemimpin pembelajaran yang unggul (kepala sekolah dan guru).

Pada 2021-2020, Sekolah Penggerak menyasar 2.500 sekolah di 34 Provinsi dan 111 Kabupaten/Kota. Hal ini merupakan terobosan penting agar sekolah bisa berkembang dan tidak terbelenggu rutinitas yang stagnan. Kita harapkan ke depan Sekolah Penggerak terus melahirkan guru dan kepala sekolah bermutu sehingga bisa menghadirkan proses pembelajaran yang berkualitas pula. 

Kemudian, KIP Kuliah Merdeka juga merupakan program yang terbukti membantu terwujudnya asa para siswa untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi dan berprestasi meski di tengah keterbatasan ekonomi. Dana KIP Kuliah pun mengalami peningkatan dari Rp 1,3 triliun pada 2020 menjadi Rp2,5 triliun di tahun 2021. Perguruan Tinggi pun banyak merespon positif program KIP Kuliah. 

Seperti dikatakan Samsul Rizal, Rektor Unsyah, bahwa serapan kuota KIP Kuliah untuk Unsyiah mencapai 100 persen dan pembayaran biaya hidup dilakukan tepat waktu. Para penerima KIP Kuliah pun mampu menyelesaikan kuliahnya dalam waktu 8 hingga 9 semester dengan rata-rata IPK 3,2 (kemdikbud.go.id).

Selain itu, satu hal lagi pencapaian di bidang pendidikan yang tak bisa dilewatkan adalah perekrutan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja. Pada 8 Oktober 2021, sebanyak 173.329 guru honorer dinyatakan lulus seleksi PPPK Guru 2021 tahap 1 dan diangkat menjadi ASN PPPK. Bisa dikatakan, perekrutan 173.329 guru honorer menjadi PPPK tersebut merupakan sejarah baru di dunia pendidikan kita. 

Hal tersebut jelas menjadi hal positif dalam upaya peningkatkan kesejahteraan guru honorer yang selama ini menjadi persoalan yang seakan belum teratasi. Proses rekrutmen PPPK Guru juga masih terus berlanjut di tahap 2 dan tahap 3. Kita harap, dengan kesejahteraan guru honorer yang meningkat akan meningkat pula kualitas pembelajaran dan pendidikan kita ke depannya.

Di tengah situasi pandemi selama kurang lebih dua tahun terakhir, dunia pendidikan terus berbenah dan bergerak meningkatkan mutu dan kualitas. Beberapa kekurangan harus menjadi catatan dan bahan evaluasi berikutnya. Bagaimana pun, kita harus optimis, dengan komitmen, kerjasama, dan sinergi yang baik dari semua stakeholder, pendidikan di Indonesia akan semakin cerah ke depan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak