Mungkin kamu sudah tidak asing lagi dengan serangkaian tolok ukur kecantikan, yaitu Bauty, brain, dan bihaviour. Ketiganya sering kali menjadi penentu untuk melihat kecantikan seorang wanita. Brain merupakan penilaian berdasarkan kemampuan intelektual, sedangkan bihaviour adalah penilaian yang diambil dari perilaku. Kedua komponen ini harusnya menjadi lengkap jika ditambah dengan beauty atau penilaian secara fisik.
Sayangnya, definisi cantik berdasarkan penilain fisik justru mempunyai perananan yang paling besar dalam menentukan standar kecantikan. Inilah mengapa definisi kecantikan akan memberikan jawaban berbeda bagi setiap orang yang memiliknya. Begitu pun dengan standar kecantikan pada setiap negara.
Sepertinya, standar kecantikan memang selalu berubah dari waktu ke waktu seiring dengan perubahan perilaku dan sifat individu itu sendiri dalam mendefinisikannya. Salah satu bukti bahwa penilaian kecantikan untuk setiap orang bisa berubah, dapat dilihat ketika organisasi TC Candler mulai merilis daftar 100 wajah tercantik sedunia. Dalam acara ini, beberapa urutan posisi kandidatnya pun berubah setiap tahun.
Itulah mengapa jawaban mengenai standar kecantikan sangat relatif. Di Indonesia sendiri, kebanyakan orang masih beranggapan bahwa seseorang dapat dianggap cantik bila terdapat beberapa komponen penunjang seperti berwajah mulus, tidak berjerawat, kulit putih dan bersih, rambu tebal dan berkilau, hidung mancung, tidak berkomedo, dan masih banyak lagi. Pada intinya, semua persyaratan tersebut merujuk pada sebuah kesempurnaan fisik.
Kemungkinan besar pandangan seperti ini juga dipengaruhi oleh kecanggihan. Hal ini memungkinkan setiap orang dapat melihat promosi produk-produk kecantikan, di mana secara tak langsung mengajak setiap wanita untuk mendapatkan kulit yang halus, putih, dan terawat agar terlihat cantik. Dari hal itulah, secara tak sadar setiap orang menjadikan hal tersebut sebagai standar utama.
Pada akhirnya, para wanita yang tidak banyak mempunyai beberapa ciri tersebut merasa insecure, cemas akan lingkungan sosialnya, hingga merasa rendah diri.
Mereka cenderung menutup diri dari banyak orang karena merasa tak layak bersanding dengan wanita berkulit putih atau berhidung mancung, misalnya. Padahal, semestinya hal semacam ini tak perlu lagi dipikirkan hingga menjadi beban emosional. Sebab, seperti apa pun warna kulit dan penampilan fisiknya, setiap perempuan itu sama. Mereka semua adalah makhluk yang cantik.
Jika hanya ingin tampil cantik secara fisik, sepertinya setiap wanita mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkannya. Mereka bisa melakukan perawatan kulit secara rutin, seperti menggunakan skincare.
Tak masalah jika setiap wanita ingin tampil cantik, bukan? Namun, perlu diingat bahwa cantik bukan hanya untuk memikat lawan jenis saja, tetapi tampil cantik merupakan salah satu bentuk rasa syukur atas anugerah yang telah Tuhan berikan. Oleh karena itu, setiap wanita harus merawat dirinya dengan sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dengan demikian, kepercayaan diri juga akan lebih mudah tumbuh dan mengalahkan perasaan insecure.
Pada dasarnya, rasa cantik bisa dimulai dari dan untuk diri sendiri, maka akan lebih baik bila setiap wanita mau menerima dan mengapresiasi dirinya sendiri. Misalnya, dengan merawat diri dan tidak melukainya dalam bentuk apa pun. Akan tetapi, kesadaran akan hal tersebut juga tak serta-merta muncul begitu saja. Pada kenyataannya, keyakinan hati pun turut berperan penting untuk mengontrol pemikiran dan pola hidup setiap orang.
Sebab itulah, inner beauty diperlukan dalam diri setiap wanita. Kecantikan yang berasal dari dalam diri seorang wanita akan menjadikannya sebagai sosok yang lebih anggun dan berbudi luhur. Jika seorang wanita berhasil menunjukkan kepeduliannya pada sesama dan memancarkan gairah positif yang dimiliki, maka dia dapat dikatakan sebagai orang yang cantik. Sebab, kecantikan sejati seorang wanita itu tercermin dalam jiwanya.
Sayangnya, karena terlalu fokus menginginkan pengakuan ‘cantik’ dari penilaian fisik, banyak orang yang melupakan inner beauty dalam dirinya. Bahkan, tidak sedikit orang yang nyaris menganggapnya tak penting selagi mendapatkan pujian atas penampilan fisiknya. Salah satu fenomena yang menunjukkan bahwa inner beauty telah tersamarkan oleh kecanggihan adalah membludaknya pengguna media sosial dan maraknya trend ‘viral’.
Tanpa disadari, hal semacam ini justru menutupi inner beauty yang semestinya dipancarkan oleh setiap wanita. Juga semakin mendukung pemikiran keliru tentang kecantikan, bahwa cantik yang sesungguhnya adalah saat mempunyai penampilan fisik good looking. Oleh karenanya, kini predikat "good looking” seakan-akan tengah diperlombakan. Bagi yang merasa tidak mempunyai kriteria untuk disebut cantik secara fisik tersebut, pada akhirnya mereka merasa insecure alias tidak percaya diri dan terus mengkritik dirinya sendiri.
Apakah kamu adalah salah satu di antara mereka yang merasa tak menyukai dan tidak menerima diri sendiri? Percayalah bahwa kamu juga adalah wanita cantik. Jika tidak mempunyai nilai bauty yang tinggi, setidaknya kamu mempunyai inner beauty. Ini sudah cukup untuk menjadi bekal agar kamu terlihat cantik di mata banyak orang, sehingga tak perlu lagi merasa insecure walaupun kamu memiliki kekurangan.
Kamu akan tetap cantik jika mempunyai kebaikan hati serta bisa memberikan rasa nyaman dan suasana positif pada banyak orang. Saat tersenyum tulus dan bersikap ramah, kamu akan menularkan semangat positif pada orang-orang di sekitar. Bahkan, tak perlu berusaha mengikuti gaya hidup dan gaya berpakaian orang lain. Kamu hanya perlu tampil apa adanya dan tetap bersahaja dengan kesederhanaan yang kamu punya. Terlebih jika kamu berhasil menerima perbedaan dan memiliki empati yang tinggi untuk orang lain.
Oleh karena itu, kali ini kamu harus lebih mengerti bahwa cantik tak harus dengan penampilan fisik yang sempurna. Apabila kamu mempunyai kemampuan berpikir, attitude yang baik, dan mau memanfaatkan inner beauty yang kamu miliki, maka kamu sudah bisa disebut sebagai wanita cantik.
Jika kamu merasa tak mempunyai inner beauty, cobalah untuk merenung dan mengevaluasi diri. Sebab sebenarnya, setiap wanita bukan tidak memilikinya, tapi karena adanya perasaan ‘tidak berharga’ atau insecure. Hal itulah yang membuat mereka sulit menyadari bahwa semua komponen kecantikan sudah ada dalam diri setiap wanita, termasuk dirimu. Hanya saja, mungkin kamu ataupun para wanita di luar sana belum seratus persen mampu memancarkan kecantikan dari dalam dirinya. Ya, semuanya berproses dan kamu bisa melakukan itu semua.
Biarkan saja orang lain memberikan penilaiannya masing-masing terhadap kecantikan, karena kodratnya setiap wanita itu memang cantik. Lagi pula, setiap orang mempunyai hak untuk memberikan pendapat yang berbeda dan kamu tidak bisa memaksanya untuk memberikan pengakuan seperti yang kamu harapkan. Jadi, sekarang kamu hanya perlu fokus untuk menjadi diri sendiri, memperbaiki kekurangan, memanfaatkan kelebihan, dan terus berusaha untuk menjadi lebih baik dalam setiap sisi kehidupan.