Cara Belajar Baru Pendukung Pendidikan di Masa Pandemi

Hernawan | fathiyah zahra
Cara Belajar Baru Pendukung Pendidikan di Masa Pandemi
Ilustrasi orang tua dan anak (unsplash).

Seperti yang kita tahu bersama, pada awal tahun 2020, terdapat wabah penyakit baru diduga berasal dari Wuhan. Tahukah kamu? Sumber wabah ini baru diketahui disebabkan oleh virus RNA yang utamanya menginfeksi hewan, termasuk kelelawar dan unta. Severe Acute-nya yaitu Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Namun, saat ini Coronavirus menjadi etiologi infeksi Coronavirus Desease 2019 (COVID-19) pada manusia.  

Kemudian, pemerintah Indonesia mengimbau masyarakat tetap di rumah saat melakukan aktivitas sehari-hari, sebagai upaya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Atas arahan dari pemerintah yang menganjurkan untuk seluruh pelaksanaan kegiatan dikerjakan di rumah, sektor pendidikan pun berubah dan hanya dilaksanakan secara daring dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Pembelajaran Jarak Jauh membuat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tidak diselenggarakan secara langsung atau tatap muka. Namun, pelaksanaanya memanfaatkan teknologi khususnya internet sebagai media bertemu antara siswa dengan guru, maupun dosen dengan mahasiswa. Pembelajaran juga diselenggarakan dengan berbagai macam media. Bisa dengan media cetak seperti modul, juga media non cetak seperti audio dan video, radio, serta televisi. 

Akibat perubahan sistem belajar mengajar ini, mau tidak mau, siswa, mahasiswa, guru, maupun dosen harus mampu beradaptasi dan merubah cara belajar atau mengajarnya. Guru atau dosen diharapkan mampu mengubah strategi mengajar, sehingga dapat tetap menyampaikan ilmu dalam segala keterbatasan sistem ini.

Siswa dan mahasiswa pun harus mampu mengontrol diri dan mencari gaya belajar baru di rumah. Namun, secara menyeluruh memang belum matang kesiapan semua pelaksana pendidikan untuk melakukan perubahan besar ini. Beragamnya media pembelajaran yang tersedia secara daring senantiasa mengikuti perkembangan dunia di masa pandemi ini.  Setiap penyelenggara Pendidikan mengupayakan agar pembelajaran tetap berjalan seperti biasa melalui penggunaan media sosial seperti aplikasi WhatsApp, Google Classroom, Zoom Video Conference, Microsoft Teams, hingga aplikasi kuis seperti Kahoot, Quizizz, dan semacamnya. 

Pembelajaran online memiliki beberapa dampak positif bagi siswa, antara lain hemat biaya transportasi, lebih santai di rumah, dan terjauhkan dari bising yang mengganggu. Pelaksanaan kuliah daring membuat mahasiswa belajar dengan lebih tenang karena bisa dilakukan di berbagai titik di rumah, seperti kamar, ruang tamu, ruang keluarga, bahkan di mana pun asalkan internet dan perangkat pribadi untuk belajar memadai. Akan tetapi, sistem baru ini juga membawa beberapa dampak negatif, seperti salah satunya kendala internet. 

Untuk mendukung kuliah daring, dibutuhkan akses internet, dengan berbagai perangkat yang ada seperti laptop, smartphone, tablet, dan sebagainya. Sedangkan persebaran kecepatan internet di Indonesia belum merata. Kegiatan belajar mengajar juga cenderung sulit dimengerti oleh mahasiswa.

Terlebih jika dilakukan secara daring, tingkat kefokusan mahasiswa, penerimaan, dan pemahaman materi yang disampaikan oleh narasumber dinilai tidak lebih baik dari ada luring. Untuk mengatasi dampak positif dan negatif dari sistem pembelajaran daring ini, tentunya mahasiswa maupun dosen harus cepat beradaptasi, memosisikan diri, dan mencari cara belajarnya seefektif mungkin. Mahasiswa pun bisa memaksimalkan penggunaan waktu karena tidak pergi ke mana pun dan lebih fleksibel untuk belajar sendiri. 

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praningsih N dengan belajar mandiri secara kelompok, mahasiswa lebih berpartisipasi dan memiliki peran aktif dalam kegiatan. Keaktifan mahasiswa dapat dilihat dari meningkatnya banyak mahasiswa yang bertanya saat sesi pertanyaan, menanggapi dengan jawaban maupun hanya tanggapan, saling bekerjasama dengan baik dalam kelompok, dan berani menyampaikan pendapatnya.

Selain membantu mahasiswa dalam belajar dan memperbaiki akademiknya, belajar kelompok juga membantu meningkatkan keterampilan dan melatih kemampuan bersosialisasi mahasiswa. Menurut Shudur (2019), belajar kelompok membuat dampak baik yang besar dalam meningkatkan prestasi akademik mahasiswa. Jika belajar kelompok sudah direncanakan dan dilakukan dengan baik, fokus, dan benar, lantas siswa akan merasa lebih mudah memahami, menerima, serta mengamalkan suatu pelajaran untuk mencapai prestasi akademik maupun keterampilan non akademik.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak