Mobil, Motor, dan Potensi Segregasi Pejalan Kaki

Hayuning Ratri Hapsari | wahyu prihartanto
Mobil, Motor, dan Potensi Segregasi Pejalan Kaki
Ilustrasi pejalan kaki (pixabay)

Di seluruh dunia, ratusan ribu pejalan kaki meninggal di jalan setiap tahun. Banyak diantaranya saat berangkat sehat dan ketika kembali meninggal atau justru tidak pernah pulang sama sekali. Beberapa negara mencatat, pejalan kaki menyumbang seperempat persen dari total kematian di jalan, bahkan negara berkembang proporsi tersebut melampaui enam puluh persen lebih. Jutaan orang mengalami cedera dalam kecelakaan lalu lintas ketika sedang berjalan kaki, dan beberapa lainnya mengalami cacat permanen. 

Kepedulian terhadap keselamatan pejalan kaki adalah modal penting dalam upaya pencegahan kecelakaan lalu lintas jalan. Kecelakaan pejalan kaki seperti halnya kecelakaan lalu lintas jalan lainnya, tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang tidak bisa dihindari karena kecelakaan pejalan kaki bisa diprediksi dan dicegah. Pada umumnya pelanggaran bagi pejalan kaki disebabkan faktor perilaku pengendara, infrastruktur, dan rancangan bagian depan kendaraan yang keras dan membahayakan pejalan kaki ketika tertabrak.

Dampak langsung dari kondisi diatas adalah perekonomian keluarga akan terganggu terutama jika korban sebagai penopang keluarga harus kehilangan pekerjaan karena meninggal atau cacat tetap. Sedangkan keluarga korban masih memerlukan waktu untuk adaptasi, sementara bantuan pendanaan dari para kerabat tidak dapat dijagakan secara permanen. Layanan perawatan cedera yang buruk juga menghambat upaya-upaya untuk memberikan penanganan segera yang dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa pejalan kaki dalam peristiwa tabrakan.

Paparan di atas, menjelaskan bahwa dampak kecelakaan yang dialami pejalan kaki menyebabkan perekonomian keluarga terganggu. Sekarang, seandainya tidak terjadi kecelakaan, semestinya kita juga sepakat bahwa aktivitas jalan kaki merupakan aktivitas ekonomi. Dengan berjalan kaki ke sekolah, rumah sakit, pasar, mall, dan seterusnya, adalah satuan kegiatan untuk memperoleh pendidikan, kesehatan, logistik keluarga yang bermuara pada perwujudan keluarga bahagia dan sejahtera.

Berjalan kaki juga dapat melancarkan seluruh sistem peredaran darah tubuh manusia. Sebelum adanya kendaraan bermesin, orang-orang tua dulu setiap pergi kemanapun hanya mengandalkan kaki bahkan tanpa alas kaki, entah berkorelasi atau tidak nyatanya orang dulu relatif sehat-sehat dan umurnya panjang-panjang. Namun, adakah efek jalan kaki bagi umur manusia? Saya tidak akan membahasnya, dan sebaiknya diserahkan kepada ahlinya saja. 

Balik pada narasi sebelumnya. Kalau jalan kaki memiliki manfaat ekonomi, pertanyaannya apakah status kaki sama dengan alat transportasi yang dapat memindahkan sesuatu barang dari satu lokasi ke lokasi lainnya yang bermanfaat ekonomi. Sekilas tampak benar, karena menurut KBBI jalan kaki didefinisikan sebagai aktivitas bergerak maju atau perpindahan dari satu tempat ke tempat lainnya dengan melangkahkan kaki.

Muncul keraguan setelah jalan kaki dianggap sebagai aktivitas perpindahan tidak berkendaraan. Padahal pengangkutan barang menggunakan kendaraan merupakan fungsi transportasi, sedangkan kaki juga mampu menopang tubuh manusia untuk bergerak, maka jalan kaki sebenarnya juga berfungsi sebagai alat transportasi.

Dalam bekerja, berbisnis, bernegosiasi membutuhkan strategi dan pemikiran manusia. Laptop, buku, tas, pulpen, dan seterusnya dapat dibawa oleh tubuh manusia menuju ke suatu lokasi. Keseluruhan alat bantu tersebut dapat dimobilisasi secara bersamaan bersama pemikiran manusia. Sampai disini, semakin clear bahwa kaki dapat digunakan untuk dikendarai atau dinaiki (seperti kuda, kereta, mobil) untuk mencapai tujuan tertentu.

Dukungan pembangunan infrastruktur jalan berbasis kepentingan pejalan kaki seperti trotoar, penyeberangan, dan peninggian median jalan menjadi penting keberadaannya. Pembatasan kecepatan kendaraan perlu dilakukan mengingat posisi pejalan kaki sangat rentan terhadap kecelakaan yang diakibatkan oleh laju kendaran. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa keselamatan pejalan kaki saat terjadi crash tinggal 10 persen ketika laju kendaraan yang melebihi batas kecepatan 30 km per jam.

Kenyamanan pejalan kaki, kedisiplinan pengendara, serta kesehatan moda transportasi dapat menciptakan kelestarian lingkungan. Operasional kendaraan bermotor yang sehat dapat mengurangi emisi gas buang di udara. Udara bersih menciptakan siklus ekosistem berjalan normal, pertukaran oksigen dan karbondioksida yang baik memunculkan tingginya harapan hidup makhluk hidup.

Budaya di desa-desa sedikit banyak masih mempertahankan tradisi berjalan kaki. Sepanjang dan selebar jalan desa masih dapat dinikmati para pejalan kaki. Selain sehat jasmani, dengan berjalan kaki mereka memperoleh hiburan rohani alias travel time. Meskipun jarak tempuh pendek, dengan jalan kaki secara keekonomian dapat menghemat pengeluaran ongkos angkutan atau pembelian BBM dan perawatan kendaraan.

Euforia pertumbuhan komunitas pejalan kaki dan pesepeda di perkotaan pasca Pemerintah mengumumkan endemi patut mendapatkan apresiasi. Berbagai fasilitas infrastruktur yang tersedia diharapkan dapat menumbuhkembangkan kebiasaan bermobilisasi tanpa perlu mengotori udara oleh jelaga kendaraan. Sebuah kegiatan positif ditengah kebutuhan kesehatan oleh tingginya kesibukan warga kota.

Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor tidak dapat dinafikan dari kemajuan pembangunan sebuah kawasan. Keterbatasan anggaran untuk alokasi perluasan infrastruktur jalan menjadi kendala tersendiri dalam mengimbangi pertumbuhan kendaraan. Dalam kondisi seperti itu, rasanya melakukan pembatasan kendaraan dengan memprioritaskan pembangunan fasilitas pejalan kaki dan pesepeda dapat menjadi alternatif yang layak dipertimbangkan.

Wahyu Agung Prihartanto, Penulis dan Pemerhati Sosial 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak