Sebagaimana diketahui bersama bahwa tema Presidensi G20 Indonesia 2022 adalah Recover Together, Recover Stronger. Indonesia sebagai presidensi G20 tahun 2022 ingin mengajak seluruh dunia untuk bahu-membahu, saling mendukung menuju pulih bersama serta tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan. Tugas berat akan dihadapi Indonesia di tengah belum stabilnya situasi politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan dalam negeri menjelang pelaksanaan G20 bulan November 2022.
Sebagai ketua giliran sekaligus tuan rumah konferensi tingkat tinggi, Indonesia diuntungkan dapat mengendalikan serta mempengaruhi seluruh anggota G20 untuk berkomitmen terhadap sasaran jangka pendek dan menengah menuju 2030. Di sisi lain, Indonesia sedang menghadapi ancaman stabilitas nasional yang sangat mungkin berdampak pada jalannya G20 nanti. Mengingat keterbatasan waktu yang tinggal beberapa bulan, maka perlu ditetapkan skala prioritas pembangunan yang dapat dicapai sebelum November 2022.
Dampak pandemi COVID-19 mempengaruhi perekonomian negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Menurunnya daya beli masyarakat disebabkan kondisi perekonomian yang tidak bertumbuh hampir dua tahun terakhir serta diperburuk dengan melambungnya harga minyak goreng karena kelangkaan di pasaran. Isu yang paling realistis yang dapat diambil Pemerintah dalam KTT G20 2022 adalah mendorong peran perempuan dalam pemulihan ekonomi global.
Dampak COVID-19
Berbagai literatur menyebutkan keterbatasan akses perempuan dalam keuangan berdampak negatif terhadap kesejahteraan sebuah keluarga. Berbagai isu kesetaraan gender menyebabkan perempuan “dianggap” belum mampu mengelola keuangan keluarga, keterbatasan akses dalam properti, serta norma sosial yang belum berpihak kepada perempuan. Dalam skala lebih besar, sekelompok negara yang merepresentasikan delapan puluh persen lebih ekonomi dunia belum menempatkan perhatian khusus terhadap isu perempuan.
Sepanjang sejarah G20 mencatat, hanya beberapa kali mereka menghasilkan komitmen keberpihakan pada perempuan, meskipun hingga saat ini tampak tindak lanjut pelaksanaannya. Dengan posisi tersebut, selagi Indonesia mendapat kesempatan memimpin, selain membahas isu-isu penanggulangan COVID-19, maka kita dapat mendorong negara-negara berkembang untuk mengangkat isu perempuan.
Indonesia telah mengisyaratkan niatnya untuk mengadvokasi pertumbuhan ekonomi inklusif dengan menempatkan perempuan sebagai target, bersama dengan pemuda dan usaha mikro. Secara khusus, Indonesia dapat menginisiasi penempatan perempuan sebagai jangkar dalam pertumbuhan ekonomi global. Kita dapat meyakinkan bahwa menempatkan perempuan sebagai target merupakan keputusan yang tepat.
Sebagaimana diketahui bersama, perempuan dan anak perempuan merupakan kelompok rentan terdampak COVID-19. Sebuah sumber menyebutkan sembilan puluh juta lebih penduduk dunia menderita kemiskinan akibat pandemi. Ironinya separuh dari jumlah tersebut dialami oleh kelompok rentan tersebut. Dan, kesenjangan gender ini semakin memperlebar kesenjangan partisipasi ekonomi mereka.
Usaha Mikro
Lantas, dari mana peran perempuan dapat diberdayakan? Bila kita merujuk laporan Bank Dunia, hampir dua puluh lima persen pengusahaan UMKM dimiliki perempuan. Laporan tersebut juga mencatat, tujuh dari sepuluh usaha di dunia merupakan usaha mikro, hampir seratus negara di dunia mengevaluasi usaha mikro dapat menyumbang tujuh puluh persen dari jumlah keseluruhan lapangan kerja yang tersedia.
Meskipun komposisi di atas menunjukkan trend positif dari tahun ke tahun, tetapi sayangnya masih ada anggapan bahwa usaha mikro tersebut lebih optimal kalau dikerjakan oleh laki-laki. Penilaian seperti itu yang menghambat pertumbuhan usaha mikro perempuan ke arah menengah maupun besar. Stigma negatif ini perlu dikikis dan disuarakan ke tingkat yang lebih tinggi untuk menjadi isu bersama.
Hampir di seratus negara perempuan mendominasi enam puluh persen lebih pekerjaan sektor informal. Bahkan, di kawasan Asia, Afrika dominasi perempuan di atas tujuh puluh persen. Sedangkan di Amerika Latin di atas lima puluh persen. Kontribusi besar perempuan dalam perekonomian ini, sudah seharusnya diperhatikan kelayakan hak pekerja yang menjadi agenda utama dalam pertemuan G20 nanti, seperti hak cuti, jaminan kesehatan, serta jaminan keselamatan kerja.
Perekonomian Global
Di Indonesia, lebih dari tiga perempat penduduk miskin tinggal di pedesaan. Keluarga-keluarga miskin yang terdiri dari anak perempuan dan perempuan usia produktif memilih tinggal di kampung karena dianggap melanggar hak anak laki-laki atau laki-laki dewasa terhadap kesempatan bekerja di kota. Keterbatasan perempuan mengakses lembaga keuangan desa turut menghambat kontribusi dalam perekonomian keluarga.
Ujian negara sebagai Presidensi KTT G20 kedepan untuk membawa isu perempuan sebagai target kebijakan global. Perjuangan kesetaraan gender menjadi ujian kita untuk dapat diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang diikuti dan disetujui oleh seluruh negara anggota. Ketika harapan pertumbuhan ekonomi mulai dirasakan oleh seluruh anggota, maka kebijakan global penerima manfaat utama harus mulai diarahkan ke kelompok perempuan yang paling terdampak COVID-19.
Usulan
Sebagai tuan rumah G20, Indonesia berkesempatan untuk mendorong langkah nyata keberpihakan para pemimpin dunia pada perempuan. Indonesia dapat memperkuat komitmen dengan mengajak seluruh kelompok kerja G20, baik di sektor keuangan maupun non-keuangan, untuk menempatkan perempuan sebagai penerima manfaat utama dalam rangkaian kebijakan untuk pulih dari dampak COVID-19. Targetnya, perempuan yang bekerja sebagai pengusaha mikro, bekerja di sektor informal, dan tinggal di pedesaan.
Wahyu Agung Prihartanto, Penulis dari Sidoarjo.