Saat ini dunia semakin cepat berkembang. Belum selesai beradaptasi dengan revolusi industri 4.0 yang dikenalkan oleh negara Eropa, kini masyarakat dunia kembali dikenalkan oleh Jepang dengan gagasan Society 5.0. Gagasan Society 5.0 dimunculkan sebagai respons atas segala disrupsi yang diakibatkan oleh era revolusi industri 4.0.
Society 5.0 atau masyarakat 5.0 diartikan sebagai konsep masyarakat yang berpusat kepada manusia dan berkolaborasi dengan teknologi. Maksudnya adalah pada era Society 5.0 ini masyarakat diharapkan untuk mampu menyelesaikan berbagai permasalahan dan tantangan yang muncul dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era revolusi industri 4.0.
Society 5.0 juga dianggap sebagai konsep perwujudan peradaban manusia yang lebih maju. Namun, untuk mencapai kemajuan tersebut dibutuhkan berbagai faktor untuk menunjangnya. Pendidikan yang menjadi salah satu faktor utama dalam menunjang kemajuan ini, perlu merekonstruksi nilai-nilai keislaman yang selama ini hilang.
Di sisi lain, stabilitas keamanan menjadi modal awal dari kemajuan suatu bangsa. Jika pendidikan dihadapkan dengan konflik dalam sebuah negara, maka akan mengalami sebuah kemunduran. Dapat dilihat di beberapa negara mayoritas muslim yang mengalami kemunduran akibat belum tercapainya stabilitas keamanannya. Meskipun di Indonesia tidak mengalami hal tersebut, tetapi di era ini masyarakat muslim Indonesia perlu membentengi diri agar tidak mengganggu stabilitas keamanan. Dengan demikian, hal tersebut menjadi tantangan bagi pendidikan Islam untuk mampu berperan penting dalam menghadirkan sebuah edukasi mengenai wajah Islam yang membawa kedamaian bukan perpecahan.
BACA JUGA: Perceraian Syahrini Dispill Ibu Mertua, Reiko Barack Ungkap Permintaannya
Selain itu, Pristian juga mengungkapkan bahwa jika gagasan Society 5.0 diterapkan, maka hal yang harus diupayakan dan diubah dari pendidikan Islam yaitu:
- Pendidikan Islam di Indonesia harus lebih menitikberatkan kepada dimensi kognitif, sehingga dapat melahirkan pesatnya kehidupan beragama secara fisik ritual.
- Pendidikan yang masih bersifat sentralistik.
- Kurangnya sumber daya manusia yang kompeten.
Di era Society 5.0 atau era super smart society ini, yang paling menonjol adalah teknologi dan pemanfaatannya. Oleh karena itu, teknologi dan pemanfaatannya menjadi tantangan terbesar bagi dunia pendidikan. Pendidikan Islam dituntut untuk mampu melahirkan generasi yang mampu berinovasi dalam teknologi untuk kemaslahatan masyarakat. Maksudnya adalah pendidikan Islam tidak hanya berfungsi sebagai pengontrol moral dalam penggunaan teknologi, tetapi juga sebagai subjek pembaharu dalam teknologi.
BACA JUGA: Perceraian Syahrini Dispill Ibu Mertua, Reiko Barack Ungkap Permintaannya
Dengan adanya problematika di era Society 5.0, dapat membangkitkan rekonstruksi pendidikan Islam untuk mampu membangun relevansi dengan kemajuan teknologi saat ini serta mampu menjaga hal-hal baru agar tidak keluar dari jalur keislaman. Karena rekonstruksi ini diperlukan guna memberikan motivasi bagi umat Islam untuk ikut berpartisipasi dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Jadi, tantangan yang dihadapi oleh pendidikan Islam di era Society 5.0 adalah perlu membentuk pendidikan yang mampu menghasilkan generasi yang memiliki paham Islam universal, kemudian pendidikan Islam juga perlu mengikis dikotomi ilmu, serta pendidikan Islam perlu membentengi kemajuan teknologi dengan nilai-nilai keislaman agar tidak keluar dari jalur kemanfaatan.
Video yang mungkin kamu lewatkan.