Pada tanggal 9 April tahun 2023 TNI-AU melaksanakan peringatan hari jadinya yang ke-77 tahun. Sepanjang sejarah berdirinya kekuatan militer udara Indonesia ini memang kerap kali memasuki fase naik turun sejak pertama kali dibentuk pada tahun 1946 silam. Pada saat itu kekuatan udara Indonesia hanya berbekalkan kekuatan seadanya layaknya matra militer lainnya saat negara ini memproklamasikan kemerdekaannya. Sempat menjadi sebuah kekuatan udara yang cukup diperhitungkan pada dekade 60-an, kekuatan Indonesia kemudian mengalami pasang surut sejak dekade 1970-an hingga saat ini.
Pada perayaan yang ke-77 tahun ini tentunya seyogyanya menjadi momentum kebangkitan kekuatan udara kita guna menghadapi beragam kemungkinan konflik di masa depan sekaligus memberikan efek deteren kepada pihak luar. Tidak dapat dipungkiri memang dalam skema pertempuran modern seperti sekarang ini kekuatan udara sebuah negara dapat menjadi pengubah jalannya konflik apabila terjadi perang terbuka maupun dapat menjadi sebuah nilai tawar dalam percaturan geopolitik internasional.
Program Modernisasi Kekuatan Udara Indonesia
Sejak beberapa tahun yang lalu, pihak kementerian pertahanan telah menyetujui beberapa pembelian alutsista udara baru guna mengisi kekosongan atau modernisasi beberapa alutsista pertahanan udara. Salah satu alutsista pertahanan udara baru yang akan dimiliki oleh pihak TNI-AU adalah pesawat AEW&C (Airborne Early Warning and Control) yang direncanakan akan dibeli sebanyak 2 unit. Melansir dari artikel berita yang dirilis oleh janes.com, Indonesia direncakanakan akan melakukan pinjaman luar negeri sebesar 800 jutas USD guna membeli 2 unit pesawat AEW&C beserta kelengkapan pendukungnya. Meskipun belum diketahui jenis pesawat apa yang akan dibeli nantinya, namun hal ini tentunya merupakan sebuah langkah positif dalam modernisasi kekuatan udara Indonesia.
Tentunya pembelian pesawat peringatan dini atau AEW&C tersebut dilakukan setelah kementrian pertahanan membeli sekitar 36 unit pesawat jet tempur Dassault Rafale dari Prancis. Pesawat jet tempur tersebut tentunya akan menjadi salah satu proyek pembelian alutsista strategis yang dilakukan oleh Indonesia di matra udara. Melansir dari situs Indomiliter, pembelian tersebut rencananya akan dilakukan dalam beberapa batch atau gelombang dan direncanakan akan mulai dikirim pada akhir tahun 2025 nanti. Pembelian jet tempur baru ini tentunya dipastikan akan memperkuat kekuatan udara Indonesia yang telah dihuni oleh jet-jet tempur seperti F-16 Fighting Falcon, Sukhoi Su-27 dan Su-30 serta beberapa jet tempur ringan seperti BAE Hawk 200.
Tentunya pembelian beragam alutsista baru di matra udara ini memang perlu dilakukan guna mendongkrak kekuatan militer Indonesia dan guna memenuhi target MEF (Minimun Essential Force) yang ditargetkan pada tahun 2024 nanti. Meskipun kemungkinan besar target MEF di tahun 2024 nanti akan kurang terpenuhi, akan tetapi dengan pengadaan jet tempur baru tersebut tentunya dapat memberikan gambaran rancangan kekuatan udara Indonesia di masa mendatang.
Kekuatan Militer Yang Tangguh Dapat Memberikan Nilai Tawar yang Tinggi
Di era modern seperti saat ini, kekuatan militer sebuah negara juga dapat memberikan daya tawar yang cukup tinggi dalam percaturan geopolitik Internasional. Sejauh ini meskipun Indonesia merupakan negara yang besar dan luas, akan tetapi kekuatan militer Indonesia masih jauh dari kata ideal, khususnya untuk matra udara. Program modernisasi alutsista yang dicanangkan oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bersama pihak-pihak terkait tentunya diharapkan dapat memenuhi target kekuatan militer minimun di matra udara TNI.
Pembelian jet tempur Dassault Rafale, pengadaan pesawat angkut berat C-130 J Super Hercules dan Airbus A400 M, pembelian pesawat peringatan dini tentunya diharapkan dapat mendongkrak kekuatan militer Indonesia di masa depan. Belum lagi proyek strategis lainnya seperti pengembangan jet tempur bersama korea selatan yakni KF-21 Boromae juga diharapkan dapat memperkuat kekuatan matra udara TNI. Tentunya beberapa kalangan berharap TNI juga tidak hanya gencar melakukan pembelian namun juga memerhatikan segala macam kesiapan alutsista tersebut setelah datang ke Indonesia termasuk dalam proses perawatan dan kesiapan tempurnya.
Tidak dapat dipungkiri, sejak lama bahwa Indonesia sedikit mengalami kesusahan dalam perawatan alutsista yang membuat kesiapan tempur TNI sedikit terganggu. Tentunya hal tersebut sangat diharapkan tidak menjadi sebuah permasalahan kembali di masa depan. Negara yang memiliki kesiapan tempur yang mumpuni tentunya dapat menjadi sebuah “kartu As” bagi percaturan geopolitik Internasional sekaligus memberikan efek deteren yang besar bagi pihak lain sebelum melakukan konflik terbuka dengan Indonesia.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.