Terhubung Secara Online, Tapi Mengapa Orang Masih Merasa Kesepian?

Hernawan | Abdillah Qomaru Zaman
Terhubung Secara Online, Tapi Mengapa Orang Masih Merasa Kesepian?
Ilustrasi seseorang yang kesepian (pexels/mikoto.raw Photographer)

Kesepian adalah sebuah kondisi yang kerap dirasakan oleh banyak orang di seluruh dunia. Dalam era digital seperti saat ini, teknologi telah memberikan kita kemudahan untuk terhubung dengan orang lain secara online melalui media sosial, aplikasi chatting, dan lain sebagainya. Namun, paradoksnya adalah bahwa semakin banyak orang merasa kesepian meskipun hidup dalam dunia yang semakin terhubung. Mengapa hal ini terjadi?

Pertama-tama, perlu dipahami bahwa meskipun kita terhubung dengan banyak orang melalui internet, komunikasi yang terjadi dalam dunia maya seringkali kurang memuaskan atau jauh dari pengalaman yang sebenarnya. Interaksi tatap muka dan komunikasi langsung dengan orang lain masih jauh lebih bermakna dan memuaskan daripada komunikasi online yang seringkali hanya terbatas pada teks atau gambar.

Selain itu, media sosial juga dapat memperburuk kesepian dengan membuat orang merasa cemburu atau tidak cukup baik dibandingkan dengan kehidupan orang lain yang terlihat sempurna di media sosial. Kita seringkali melihat orang lain membagikan momen-momen kebahagiaan mereka di media sosial, tetapi kita tidak melihat sisi lain dari kehidupan mereka yang mungkin kurang sempurna. Hal ini dapat memicu perasaan tidak puas dengan diri sendiri dan merasa tidak mampu mencapai standar kebahagiaan yang terlihat di media sosial.

Selain itu, meskipun teknologi telah membuat kita lebih mudah terhubung dengan orang lain, kita seringkali kekurangan waktu untuk berinteraksi secara langsung dengan orang lain karena kesibukan yang kita alami sehari-hari. Banyak orang sibuk dengan pekerjaan, sekolah, atau kegiatan lainnya sehingga waktu untuk bertemu dengan orang lain menjadi sangat terbatas. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya hubungan yang bermakna dan dapat memperburuk perasaan kesepian.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi kesepian di era digital ini? Pertama-tama, kita harus menyadari bahwa kebahagiaan yang terlihat di media sosial tidak selalu mencerminkan kehidupan yang sebenarnya. Kita harus menghargai kehidupan yang kita miliki dan fokus pada hal-hal positif yang kita alami. Selain itu, kita harus berusaha untuk lebih menghargai waktu yang kita miliki dan menghabiskan waktu bersama orang-orang yang kita sayangi. Bukan hanya berkomunikasi secara online, tetapi juga dengan cara bertemu dan berbicara secara langsung.

Kita juga dapat mencari kegiatan yang kita sukai dan bergabung dengan komunitas yang memiliki minat yang sama. Dengan bergabung dalam komunitas atau klub, kita akan bertemu dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama dan dapat memperluas jaringan sosial kita. Kita juga dapat mempertimbangkan untuk melakukan kegiatan sukarela atau mengikuti kelas atau seminar untuk memperluas pengetahuan dan mengenal orang-orang baru.

Tidak kalah pentingnya, kita juga perlu memperhatikan kesehatan mental kita. Jika perasaan kesepian terus berlanjut dan memengaruhi kesehatan mental, maka sebaiknya mencari bantuan dari profesional. Terapis atau psikolog dapat membantu menemukan solusi untuk mengatasi perasaan kesepian, serta membantu mengembangkan keterampilan sosial untuk membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.

Selain itu, mencari kesibukan atau hobi yang menyenangkan juga bisa membantu mengalihkan perasaan kesepian. Misalnya, bergabung dengan klub atau komunitas yang sesuai dengan minat dan hobimu. Hal ini dapat memperluas jaringan sosial, serta menambah keterampilan dan pengetahuan baru.

Di samping itu, penting juga untuk membangun koneksi yang sehat dan mendalam dengan orang yang sudah ada di sekitarmu. Keluarga, teman, atau rekan kerja yang bisa menjadi tempat berbagi cerita dan pengalaman. Sebuah studi yang dilakukan oleh menurut Umberson dan Montez (2010) dalam jurnal Journal of Health and Social Behavior, terdapat keterkaitan antara hubungan sosial yang kuat dengan kesehatan fisik dan mental yang lebih baik pada individu.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Holt-Lunstad et al. (2010) menunjukkan bahwa orang yang memiliki hubungan sosial yang kuat memiliki risiko kematian yang lebih rendah daripada orang yang kurang memiliki hubungan sosial. Dalam meta-analisis yang melibatkan lebih dari 300 ribu partisipan, peneliti menemukan bahwa individu dengan koneksi sosial yang lemah memiliki risiko kematian yang lebih tinggi sebesar 50% dibandingkan dengan mereka yang memiliki hubungan sosial yang kuat.

Penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan sosial yang kuat dapat berdampak positif pada kesehatan dan umur panjang seseorang. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memperhatikan dan membangun hubungan sosial yang sehat dan bermakna dalam kehidupan kita.

Dalam era digital yang semakin maju, kita memang lebih mudah terhubung dengan orang lain. Namun, perlu diingat bahwa hubungan yang sehat tidak hanya ditentukan oleh jumlah teman atau pengikut di media sosial. Penting untuk membangun hubungan yang mendalam, penuh makna, dan saling mendukung di dunia nyata.

Kesimpulan, Untuk mengatasi kesepian, kita perlu membangun koneksi yang sehat dan mendalam dengan orang di sekitar kita, baik itu keluarga, teman, atau rekan kerja. Selain itu, bergabung dengan klub atau komunitas yang sesuai dengan minat dan hobimu juga bisa membantu mengalihkan perasaan kesepian. Jika perasaan kesepian terus berlanjut dan memengaruhi kesehatan mental, maka sebaiknya mencari bantuan dari profesional seperti terapis atau psikolog.

Kita juga harus memahami bahwa hubungan yang sehat tidak hanya ditentukan oleh jumlah teman atau pengikut di media sosial, namun penting untuk membangun hubungan yang mendalam, penuh makna, dan saling mendukung di dunia nyata. Dengan demikian, kita bisa menjaga kesehatan mental dan membangun hubungan yang seimbang dengan orang lain di era digital.

Sumber :

Holt-Lunstad, Julianne, Timothy B. Smith, and J. Bradley Layton. "Social relationships and mortality risk: a meta-analytic review." PLoS medicine 7.7 (2010): e1000316.

Umberson, Debra, and Jennifer Karas Montez. "Social relationships and health: A flashpoint for health policy." Journal of health and social behavior 51.1_suppl (2010): S54-S66.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak