Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) telah membawa dampak yang signifikan pada berbagai sektor industri, termasuk bidang psikologi. Rohmah, Noer (2012) menjelaskan bahwa psikologi bukan sekadar ilmu yang mempelajari hal-hal abstrak, tetapi merupakan ilmu yang berfokus pada manusia sebagai satu kesatuan jasmani dan rohani. Jadi intinya tujuan psikologi adalah untuk menyelidiki apa sebenarnya manusia, mengapa ia berperilaku seperti itu, dan apa tujuannya dalam berperilaku.
Dengan demikian, psikologi membahas berbagai aspek tingkah laku manusia, termasuk yang kelihatan atau tidak, yang disadari atau tidak, seperti cara berbicara, berpikir, berjalan, mengambil keputusan, dan bereaksi. Secara sederhana, psikologi mempelajari bagaimana manusia atau seseorang berinteraksi dengan dunia luar Namun, apakah AI akan menggantikan peran psikolog sepenuhnya? Pertanyaan ini menimbulkan berbagai perdebatan baik di tongkrongan warung dan para ahli.
BACA JUGA: Program Merdeka Belajar dan Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan
Pada dasarnya, AI dapat membantu mempercepat dan memudahkan proses diagnosa, penanganan, serta tindakan preventif pada berbagai masalah psikologis. Contohnya, AI dapat digunakan untuk mengidentifikasi pola perilaku yang berkaitan dengan gangguan mental, menyediakan konseling atau terapi online, atau memperkuat intervensi psikologis.
Garnham, Alan (2017) menjelaskan bahwa Artificial Intelligence (AI) adalah pendekatan untuk memahami perilaku berdasarkan asumsi bahwa kecerdasan dapat dianalisis dengan mencoba mereproduksinya. Dalam praktiknya, reproduksi berarti simulasi oleh komputer. AI, oleh karena itu, adalah bagian dari ilmu komputer. AI berbeda dengan metode lama dalam mempelajari kognisi, yaitu psikologi eksperimental.
Psikologi telah lama memiliki kecerdasan sebagai fokus utamanya, kecerdasan tidak hanya diukur dalam tes IQ, tetapi juga dalam pengertian yang lebih luas yang diperlukan untuk berpikir, menalar, belajar, dan dalam prasyaratnya keterampilan perseptual tingkat tinggi, representasi mental informasi, dan kemampuan untuk menggunakan bahasa.
Namun, meskipun AI memiliki kemampuan analitik yang hebat, teknologi ini tidak dapat menggantikan keterampilan interpersonal dan empati yang dimiliki oleh psikolog manusia. Kedekatan dan keterlibatan antara psikolog dan pasien merupakan hal yang sangat penting dalam proses psikoterapi. Psikolog yang menguasai teknologi dan keterampilan interpersonal dapat mencapai hasil yang lebih baik daripada AI yang hanya mengandalkan data atau teknologi semata.
BACA JUGA: E-Government dalam Menciptakan Good Governance Pemerintahan Indonesia
Selain itu, masalah psikologis sangat beragam dan kompleks. Setiap individu memiliki latar belakang dan karakteristik yang unik, dan memerlukan pendekatan dan perawatan yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, peran psikolog manusia sangat diperlukan untuk memberikan perawatan psikologis yang lebih terpersonalisasi.
Namun, AI dapat membantu mempercepat dan memudahkan proses psikologis dengan memperkuat kemampuan psikolog manusia. Misalnya, AI dapat membantu psikolog dalam analisis data dan memberikan informasi terkait terapi atau pengobatan yang lebih efektif. Selain itu, teknologi AI juga dapat digunakan untuk memantau dan mengevaluasi efektivitas terapi yang diberikan, sehingga memungkinkan psikolog untuk mengubah pendekatan yang digunakan jika diperlukan.
Namun, di sisi lain, penggunaan AI dalam praktik psikologis juga menimbulkan berbagai masalah dan tantangan. Salah satu tantangan utama adalah keamanan dan privasi data pasien. Data psikologis sangat sensitif dan rahasia, sehingga perlindungan data menjadi sangat penting.
AI dan psikologi merupakan dua bidang yang seringkali dianggap bertentangan oleh banyak orang. Namun, kenyataannya, kedua bidang tersebut dapat bekerja sama untuk meningkatkan kualitas perawatan psikologis bagi masyarakat.
Penggunaan AI dalam praktik psikologis memiliki keuntungan dan tantangan yang perlu diperhatikan. Keuntungan utama adalah kemampuan AI dalam analisis data yang dapat membantu psikolog dalam melakukan diagnosa dan pengobatan. Selain itu, AI juga dapat membantu meningkatkan efisiensi perawatan dan memberikan solusi alternatif bagi pasien yang kesulitan mengakses perawatan psikologis.
Namun, tantangan terbesar dalam penggunaan AI dalam praktik psikologis adalah privasi dan keamanan data pasien. Data psikologis yang sangat sensitif dan rahasia harus dijaga dan dilindungi dengan baik agar tidak disalahgunakan oleh pihak yang tidak berwenang.
Dalam praktik psikologis, keberhasilan terapi tidak hanya tergantung pada teknologi AI, namun juga tergantung pada keterampilan interpersonal dan empati yang dimiliki oleh psikolog manusia. Kedekatan dan keterlibatan antara psikolog dan pasien sangat penting dalam proses terapi, sehingga teknologi AI tidak dapat menggantikan peran psikolog manusia secara keseluruhan.
BACA JUGA: Etika Pemerintahan dan Pemilu 2024
Wampold, Bruce (2017) menjelaskan bahwa pendekatan humanistik dalam psikoterapi menekankan pentingnya hubungan antara terapis dan klien, serta memperhatikan kebutuhan dan pengalaman klien secara holistik. Dalam buku tersebut juga membahas tentang pentingnya memahami bahwa setiap klien unik dan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.
Selain itu, Wampold juga membahas hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pendekatan humanistik dalam psikoterapi efektif dalam membantu klien mengatasi masalah psikologis mereka. Buku tersebut juga menekankan bahwa keefektifan terapi tidak hanya bergantung pada jenis terapi yang digunakan, tetapi juga faktor-faktor seperti hubungan terapis-klien, harapan klien, dan faktor-faktor lingkungan.
Oleh karena itu, penggunaan AI dalam praktik psikologis sebaiknya digunakan sebagai alat bantu bagi psikolog manusia. Psikolog manusia masih tetap diperlukan dalam memberikan perawatan yang lebih terpersonalisasi dan berkualitas. Namun, penggunaan AI dapat membantu mempercepat dan memudahkan proses psikologis, serta memberikan solusi alternatif bagi pasien yang kesulitan mengakses perawatan psikologis.
Kesimpulannya, penggunaan AI dalam praktik psikologis dapat membantu meningkatkan kualitas perawatan psikologis bagi masyarakat. Namun, penggunaan AI harus dilakukan dengan bijak dan diawasi oleh para ahli terkait, serta tetap memperhatikan privasi dan keamanan data pasien. Psikolog manusia tetap dibutuhkan dalam memberikan perawatan yang lebih terpersonalisasi dan berkualitas, sehingga teknologi AI sebaiknya digunakan sebagai alat bantu dan bukan sebagai pengganti peran psikolog manusia.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS