Menjadi diri sendiri di tempat kerja mungkin terdengar seperti saran yang sederhana, namun kenyataannya, tidak selalu mudah dilakukan. Di satu sisi, menjadi terlalu konservatif dan tidak menunjukkan sisi kreatif Anda dapat mengurangi kebahagiaan dan produktivitas. Di sisi lain, terlalu ekspresif dan terbuka juga dapat membawa risiko dan konsekuensi yang tidak diinginkan. Lalu, bagaimana menemukan keseimbangan yang tepat untuk menjadi diri sendiri di tempat kerja?
Sebuah studi yang dilakukan oleh Strobel, Tumasjan, dan Spörrle (2011) menemukan bahwa keyakinan diri (self-efficacy) adalah mediator yang kuat antara faktor kepribadian dan kesejahteraan subjektif. Artinya, memiliki keyakinan diri yang kuat dapat membantu seseorang merasa lebih bahagia dan produktif di tempat kerja. Namun, bagaimana seseorang membangun keyakinan diri tersebut?
BACA JUGA: Salah Kaprah Kalau Pekerja Gajian Selamanya akan Enak
Menurut Fleming dan Sturdy (2009), organisasi dan pemimpin dapat memainkan peran penting dalam membangun keyakinan diri karyawan mereka. Mereka menekankan pentingnya pendekatan neo-normatif dalam organisasi, yang mempromosikan pengembangan karyawan melalui pemberian umpan balik yang konstruktif dan dukungan, bukan hanya membatasi mereka dalam norma-norma organisasi yang kaku. Dalam pendekatan ini, organisasi mempromosikan keseimbangan antara menjaga norma-norma yang ada dan memberikan ruang bagi karyawan untuk berkembang dan menunjukkan sisi kreatif mereka.
Namun, seperti yang dijelaskan oleh Rosh dan Offermann (2013), menjadi terlalu terbuka juga dapat membawa risiko. Mereka menyoroti bahwa seseorang harus mempertimbangkan konteks dan situasi ketika memutuskan sejauh mana mereka akan mengekspresikan diri mereka di tempat kerja. Menunjukkan sisi yang berbeda dan kreatif bisa menjadi hal yang baik, tetapi seseorang juga harus memahami bahwa tindakan mereka dapat mempengaruhi persepsi rekan kerja dan atasan mereka.
Maka, bagaimana menemukan keseimbangan yang tepat? Pertama, sangat penting bagi seseorang untuk memiliki keyakinan diri yang kuat. Ini bisa didukung oleh pemimpin dan organisasi melalui pendekatan neo-normatif, di mana mereka memberikan ruang bagi karyawan untuk berkembang dan menunjukkan sisi kreatif mereka, tetapi juga menjaga norma-norma organisasi yang ada.
Kedua, seseorang harus mempertimbangkan konteks dan situasi ketika memutuskan sejauh mana mereka akan mengekspresikan diri mereka di tempat kerja. Menunjukkan sisi yang berbeda dan kreatif bisa menjadi hal yang baik, tetapi seseorang juga harus memahami bahwa tindakan mereka dapat mempengaruhi persepsi rekan kerja dan atasan mereka. Oleh karena itu, mengekspresikan diri secara terbuka harus diimbangi dengan pemikiran kritis dan perencanaan strategis untuk mencapai tujuan mereka di tempat kerja.
Ketiga, untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara menjadi diri sendiri dan mempertimbangkan konteks, seseorang perlu belajar bagaimana berkomunikasi secara efektif dengan rekan kerja dan atasan mereka. Komunikasi yang baik dapat membantu membangun hubungan yang kuat di tempat kerja dan memungkinkan seseorang untuk mengekspresikan diri mereka dengan cara yang tepat dan memperoleh dukungan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan mereka.
Keempat, seseorang perlu berpikir kritis tentang peran dan tanggung jawab mereka di tempat kerja. Meskipun menjadi diri sendiri penting, seseorang juga harus memahami tugas dan tanggung jawab mereka di tempat kerja dan bekerja dengan keras untuk mencapai tujuan mereka. Ini juga berarti menerima umpan balik konstruktif dari rekan kerja dan atasan mereka dan memperbaiki kelemahan mereka untuk terus tumbuh dan berkembang.
BACA JUGA: Bukan Lagi Khayalan! 5 Perubahan Nyata dengan AI di Kehidupan Kita
Namun, menjadi diri sendiri di tempat kerja bukanlah sesuatu yang mudah. Terkadang, kita terjebak dalam budaya organisasi yang memaksa kita untuk berperilaku atau berbicara seperti orang lain, terutama jika atasan atau rekan kerja kita memiliki keinginan yang berbeda dengan kita. Namun, memilih untuk tidak menjadi diri sendiri dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental dan keseimbangan kerja kita.
Oleh karena itu, penting untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara mengekspresikan diri dan mempertimbangkan konteks dan situasi di tempat kerja. Ini dapat dilakukan dengan membangun hubungan yang kuat dan saling percaya dengan atasan dan rekan kerja kita, sehingga kita merasa nyaman untuk menjadi diri sendiri.
Selain itu, penting juga untuk terus meningkatkan kemampuan kita dan memperkuat kepercayaan diri kita. Ini dapat dilakukan dengan mengambil peluang-peluang pengembangan diri dan belajar dari pengalaman kita di tempat kerja.
Kesimpulannya, menjadi diri sendiri di tempat kerja bisa menjadi suatu tantangan yang kompleks dan memerlukan keseimbangan yang tepat. Seseorang harus memiliki keberanian untuk menunjukkan sisi-sisi yang berbeda dan kreatif dari diri mereka sendiri, namun juga harus mempertimbangkan konteks dan situasi di tempat kerja serta bagaimana tindakan mereka dapat mempengaruhi persepsi orang lain.
Penting bagi seseorang untuk memiliki kesadaran diri dan pemikiran kritis dalam mengekspresikan diri mereka, serta mencari umpan balik dari rekan kerja dan atasan untuk memperbaiki kinerja mereka di tempat kerja. Dengan demikian, mereka dapat menemukan keseimbangan yang tepat antara menunjukkan sisi kreatif dan unik dari diri mereka sendiri serta tetap menghormati norma dan ekspektasi di tempat kerja.
Pada akhirnya, menjadi diri sendiri di tempat kerja tidak selalu mudah, namun dapat menjadi kunci untuk mencapai keberhasilan dan kebahagiaan di karier. Dengan mempertimbangkan sisi-sisi ini dan mengambil tindakan yang tepat, seseorang dapat menemukan keseimbangan yang tepat antara mengekspresikan diri mereka sendiri dan membangun hubungan kerja yang sehat dan produktif.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS