Kontroversi Gelar Doctor Honoris Causa, Siapa sih yang Layak Menyandangnya?

Hayuning Ratri Hapsari | Christina Natalia Setyawati
Kontroversi Gelar Doctor Honoris Causa, Siapa sih yang Layak Menyandangnya?
Ilustrasi wisuda (Pexels/RDNE Stock project)

Belakangan, media massa digemparkan oleh sebuah gelar bergengsi yang diberikan kepada salah satu publik figur, yaitu gelar doctor honoris causa (Dr.h.c.). Gelar doctor honoris causa telah menjadi simbol prestise dan pengakuan atas kontribusi luar biasa seseorang di bidang tertentu.

Namun, pemberian gelar ini sering kali memicu perdebatan. Siapa yang berhak memberikan gelar ini? Atas dasar apa seseorang dianggap layak menerimanya dan apa sebenarnya manfaat yang diperoleh si penerima gelar?

Secara umum, gelar HC diberikan oleh suatu perguruan tinggi kepada individu yang dianggap memiliki prestasi luar biasa di bidang ilmu pengetahuan, seni, atau kemanusiaan.

Gelar ini diberikan sebagai pengakuan atas prestasi dan jasa-jasa yang telah dicapai, bukan sebagai hasil dari mengikuti studi formal.

Namun, kriteria dan prosedur pemberian gelar ini sering kali berbeda-beda antarperguruan tinggi. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai objektivitas dan transparansi dalam proses pemberian gelar.

Seseorang yang dianggap layak menerima gelar HC biasanya dipertimbangkan berdasarkan kontribusi yang signifikan terhadap suatu bidang ilmu atau masyarakat. Kontribusi ini bisa berupa karya ilmiah, inovasi, atau kepemimpinan yang inspiratif.

Namun, tak jarang muncul kontroversi terkait kriteria kelayakan ini. Beberapa pihak berpendapat bahwa pemberian gelar HC sering kali didasarkan pada pertimbangan nonakademik, seperti hubungan personal atau kepentingan institusi.

Pemberian gelar doctor honoris causa (HC) kepada publik figur, seperti Raffi Ahmad, kini menuai banyak perdebatan di masyarakat.

Seperti yang banyak disimak dalam berita dan postingan di media sosial, bahwa Raffi Ahmad menerima gelar HC dari Universal Institute of Professional Management (UIPM) Thailand dalam bidang event management and global digital development.

Keputusan ini akhirnya menuai berbagai reaksi, mulai dari ucapan selamat hingga pertanyaan mengenai kredibilitas institusi yang memberikan gelar tersebut.

Pihak yang mendukung pemberian gelar HC kepada Raffi Ahmad umumnya berargumen bahwa kontribusinya di dunia hiburan sangat besar. Raffi Ahmad dianggap telah berhasil membangun sebuah kerajaan bisnis hiburan yang sangat luas dan menginspirasi banyak orang.

Namun, pihak yang skeptis mempertanyakan apakah kontribusi di bidang hiburan saja sudah cukup untuk mendapatkan gelar akademik setinggi doktor.

Mereka berpendapat bahwa gelar HC seharusnya diberikan kepada individu yang memiliki prestasi akademik yang luar biasa atau kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan.

Tentu, banyak tokoh terkenal di dunia yang telah menerima gelar doctor honoris causa (HC). Misalnya, Nelson Mandela sebagai pemimpin anti-apartheid Afrika Selatan yang mendapatkan banyak gelar HC dari berbagai universitas di dunia sebagai pengakuan atas perjuangannya melawan ketidakadilan dan perannya dalam membangun demokrasi di negaranya.

Bill Gates, pendiri Microsoft, mendapat gelar HC karena kontribusinya yang signifikan dalam dunia teknologi dan filantropi. Susilo Bambang Yudhoyono, Mantan Presiden Indonesia, menerima beberapa gelar HC dari berbagai universitas di dalam dan luar negeri atas kepemimpinannya dan kontribusinya dalam bidang politik dan pembangunan.

Selain itu, tokoh populer seperti Ir. Soekarno, Megawati Soekarnoputri, B.J. Habibie, Gus Dur, dan Prof. Miriam Budiarjo juga memperoleh gelar HC sebagai pemimpin, intelektual, dan aktivis yang diakui, menginspirasi, dan bereputasi di masyarakat.

Dari tokoh-tokoh tersebut, dapat dilihat beberapa pertimbangan yang nyata, seperti pemberian kontribusi yang luar biasa dan berdampak besar pada bidang tertentu, penciptaan inovasi atau ide-ide yang mengubah dunia, kepemimpinan yang inspiratif dan mampu memotivasi orang lain, memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sesama dan telah melakukan tindakan kemanusiaan yang luar biasa, serta memiliki integritas yang tinggi dan menjadi panutan bagi banyak orang.

Perlu digarisbawahi mengenai perbedaan penghargaan doktor HC dengan gelar doktor akademik yang belakangan sering disamakan tingkatannya.

Gelar doktor akademik merupakan hasil dari perjalanan akademik yang panjang dan melelahkan. Seorang individu harus menyelesaikan studi S3, melakukan penelitian mendalam, dan menghasilkan disertasi yang original untuk mendapatkan gelar ini.

Gelar tersebut mencerminkan kemampuan akademik yang tinggi dan penguasaan mendalam dalam suatu bidang ilmu pengetahuan.

Adapun gelar doktor HC merupakan sebuah penghargaan yang diberikan sebagai sebuah apresiasi atas kontribusi atau jasa seseorang tanpa melalui studi formal.

Jika kita membandingkan dengan dunia olahraga, gelar doktor akademik seperti medali emas yang diperoleh setelah berlatih keras dan berkompetisi dalam ajang olahraga yang bergengsi.

Sementara gelar HC seperti penghargaan lifetime achievement yang diberikan kepada seorang atlet atas seluruh kontribusinya terhadap olahraga tersebut.

Gelar doctor honoris causa seharusnya menjadi mahkota bagi mereka yang telah memberikan kontribusi nyata dan signifikan bagi kemanusiaan.

Bukan sekadar popularitas semata, melainkan karya-karya monumental yang menginspirasi, inovasi yang mengubah dunia, atau dedikasi yang tak kenal lelah dalam memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan.

Dengan demikian, gelar HC akan tetap terjaga martabatnya sebagai penghargaan tertinggi yang diberikan oleh dunia akademik.

Penyandangnya selayaknya adalah mereka yang memiliki integritas yang tinggi, menjunjung tinggi nilai-nilai akademik, dan telah memberikan kontribusi yang luar biasa bagi bidang ilmu pengetahuan, seni, atau kemanusiaan.

Gelar HC bukan sekadar label, melainkan cerminan dari karakter dan prestasi seseorang. Kita perlu melampaui sebatas popularitas dan melihat lebih dalam pada karya, dedikasi, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh seorang individu.

Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa gelar HC diberikan kepada orang yang tepat dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak