Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengajukan pernyataan di Gedung Bursa Efek Indonesia, kawasan Jakarta Selatan, pada Kamis, 2 Januari 2025 lalu, agar anak-anak sekolah dasar (SD) sudah mulai dikenalkan dengan konsep investasi, khususnya investasi saham. Tujuannya adalah untuk meningkatkan literasi keuangan sejak dini dan menumbuhkan minat generasi muda terhadap pasar modal.
Usulan ini menuai berbagai tanggapan. Ada yang setuju dengan alasan bahwa semakin dini anak-anak mengenal konsep keuangan, semakin baik persiapan mereka untuk masa depan. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa anak SD mungkin terlalu dini untuk memahami konsep yang kompleks seperti investasi saham.
Ide untuk mengenalkan anak-anak SD pada konsep investasi memang menarik. Namun, kita perlu mempertimbangkan dengan matang dampaknya. Anak-anak pada usia tersebut masih dalam tahap perkembangan kognitif yang pesat. Konsep abstrak seperti nilai waktu uang atau risiko investasi mungkin sulit bagi mereka untuk dipahami sepenuhnya.
Penting untuk diingat bahwa investasi mengandung risiko. Jika tidak dijelaskan dengan baik, anak-anak bisa merasa tertekan atau bahkan takut untuk mencoba hal baru. Sebaiknya, kita fokus pada pendidikan keuangan dasar terlebih dahulu, seperti pentingnya menabung dan membedakan kebutuhan dengan keinginan. Setelah itu, secara bertahap kita bisa memperkenalkan konsep investasi yang lebih kompleks.
Alih-alih langsung melompat ke investasi saham, lebih baik kita fokus pada pendidikan keuangan dasar. Ajarkan anak-anak tentang pentingnya menabung, membuat anggaran, dan membedakan antara aset dan liabilitas. Dengan pemahaman yang kuat tentang dasar-dasar keuangan, anak-anak akan lebih siap untuk menghadapi tantangan finansial di masa depan.
Investasi memang penting, tetapi bukan satu-satunya hal yang perlu diajarkan. Anak-anak juga perlu belajar tentang nilai uang, pentingnya bekerja keras, dan bagaimana mengatur keuangan dengan bijak. Dengan pondasi yang kuat, mereka akan tumbuh menjadi individu yang finansial mandiri dan bertanggung jawab.
"Bagus sih idenya kalo buat edukasi masa depan lebih cerah, tapi kalau masih sekolah kena pajak, bisa dipertimbangkan lagi. Soalnya, investasi high risk, takutnya salah paham. Apalagi kalau investasi pakai uang SPP," komentar pengguna sosial media Instagram yang menanggapi postingan yang menyorot masalah "Ide yang sangat bagus kalau benar terjadi. Yang jadi masalah, apakah guru sudah mengerti tentang yang seperti itu."
"Saham itu udah kayak gambling yang memang ada perhitungannya. Cuma, kalau salah langkah, tetap saja merugi. Mental anak SD udah mau diajari beginian."
"Bocah belum berpenghasilan disuruh main saham."
Dengan mengenal investasi sejak dini, anak-anak dapat mengembangkan kebiasaan menabung dan berinvestasi. Ini akan membantu mereka mencapai tujuan keuangan jangka panjang.
Memahami dasar-dasar investasi akan membekali anak-anak dengan pengetahuan yang berguna untuk mengelola keuangan pribadi mereka di masa depan.
Namun, konsep investasi saham dianggap terlalu kompleks untuk dipahami oleh anak-anak SD yang masih dalam tahap perkembangan kognitif.
Selain itu, investasi saham memiliki risiko yang tinggi. Memperkenalkan konsep ini terlalu dini dapat membuat anak-anak merasa tertekan atau khawatir.
Sebagian orang berpendapat bahwa anak-anak SD sebaiknya fokus pada dasar-dasar keuangan seperti menabung dan membedakan kebutuhan dengan keinginan.
"Anak-anak sekarang belum punya skill emphaty, morale, dan etiquette. Mungkin itu dulu, baru diajari saham dan bisnis. Orangnya bisa jujur dan bermoral."
"Anak SD itu cukup diajarin adab dan tata krama pergaulan dengan sesama tanpa memandang latar belakangnya suku, agama, dan ras. Selanjutnya, keahlian untuk hidup mandiri, yaitu pekerjaan sehari hari di rumah mulai nyapu, buat tempat tidurnya rapi, kerjaan di dapur, dll. Ilmu bagi anak-anak SD sejatinya dimulai setelah kelas 3 atau 4."
"Di level SMP dan SMA-lah baru pas. Kalau SD itu lebih ke pembentukan karakter dan budi pekerti, adab, attitude."
"Lebih tepatnya tentang bagaimana mengatur keuangan, sih, Bu. Pelajaran ekonomi cuma belajar tentang Adam Smith, Karl Marx, Moh. Hatta. Pelajaran akuntansi cuma belajar pemasukan di kolom debit, pengeluaran kolom kredit. Terus fungsinya buat kehidupan pribadi apa?"
"Hitung-hitungan aja banyak yang ga bisa. Ya kali main pasar modal."
"Ajari perkalian dan pembagian dulu yang bener, Bu. Baru pembelajaran budgeting. Kalau udah bener semua baru investasi. Jangan lompat-lompat, pada bingung entar."
"Sebelum ke pas modal, ada baiknya dimulai dengan literasi financial. Mengapa tak diajarkan? Ya, karena Gurunya masih banyak yang tak paham mengelola keuangan."
"Adab dan etika dulu diajarin sama anak SD kalo malasah finansial dan investasi baru di tingkat SMA. Apa sih yg mau dicari anak SD diajarin pasar modal."
"Gurunya aja gak ngerti tentang persahaman. Endingnya ada guru tambahan dan biaya pasti bertambah."
Banyak masyarakat berpendapat bahwa sebelum membahas investasi saham, lebih baik mengajarkan anak-anak tentang konsep dasar keuangan seperti menabung, anggaran, dan nilai uang.
Usulan agar anak SD belajar investasi merupakan langkah yang menarik untuk meningkatkan literasi keuangan di Indonesia. Namun, perlu pertimbangan matang dalam implementasinya. Penting untuk memilih metode yang tepat dan disesuaikan dengan usia dan tingkat pemahaman anak-anak.