Kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi, dulu jadi pegangan hidup banyak orang. Tapi sekarang, kearifan lokal rasanya mulai tenggelam.
Tak usah jauh-jauh, coba tanya anak-anak kecil di sekitar kamu, siapa yang masih paham permainan tradisional seperti congklak atau gasing? Mungkin malah mereka lebih tahu game online terbaru atau tren media sosial.
Masalah ini tidak bisa kita abaikan begitu saja. Sekarang, yang jadi pertanyaannya adalah lunturnya kearifan lokal ini sebenarnya salah siapa? Tergerus oleh teknologi yang makin canggihkah? Atau justru kita sendiri yang kurang peduli?
Teknologi: Pengikis Kearifan Lokal
Tak bisa dipungkiri, teknologi membawa banyak manfaat. Tapi sayangnya, teknologi ini juga jadi salah satu alasan kenapa kearifan lokal makin terpinggirkan.
Kemunculan teknologi, perlahan tapi pasti, mulai menggerus nilai-nilai kearifan lokal yang dulu jadi pedoman hidup kita.
Misalnya, zaman sekarang game online lebih banyak diminati ketimbang permainan tradisional seperti congklak atau gobak sodor. Bahkan, bahasa daerah yang dulu dipakai sehari-hari mulai tergantikan sama bahasa gaul yang sering muncul di media sosial.
Ini jadi tanda kalau teknologi, meskipun membawa kemajuan, juga bikin jarak antara generasi muda dan kearifan lokal.
Lunturnya Kearifan Lokal: Kita Pelaku Utamanya
Tapi tunggu dulu, apa ini semua salah teknologi? Tentu saja tidak. Teknologi itu alat, dan cara kita menggunakannya, yang menentukan dampaknya. Justru, kita sendiri yang seringkali abai menjaga warisan budaya.
Kita juga perlu intropeksi diri. Apakah dari kita masih banyak yang peduli sama budaya daerah sendiri?
Faktanya, banyak dari kita yang lebih tahu lagu viral di media sosial daripada lagu daerah seperti Gundul-Gundul Pacul atau Apuse.
Sekarang coba jujur deh, kapan terakhir kali kamu ikut acara adat di daerahmu? Atau, kapan kamu belajar tentang sejarah lokal di kotamu? Banyak dari kita yang lebih sibuk mengejar hal-hal modern sampai lupa untuk melestarikan tradisi.
Kalau nggak bijak dalam menyikapi, era disruptif ini bisa jadi perangkap yang bikin kita kehilangan arah. Semua orang perlu melek teknologi, tapi jangan sampai lupa bahwa kita yang kaya akan kearifan lokal yang perlu dijaga kelestariannya.
Jadi, teknologi atau kita yang salah? Jawabannya, dua-duanya punya peran. Teknologi memang memudahkan kita mengakses budaya global, tapi kita juga punya tanggung jawab untuk melestarikan budaya lokal. Jangan sampai kearifan lokal kita benar-benar hilang cuma karena kita sibuk ngejar tren.
Mulai sekarang, yuk jadi generasi yang bangga dengan budaya sendiri. Pada akhirnya, kearifan lokal bukan cuma soal tradisi, tapi juga identitas kita sebagai bangsa. Kalau bukan kita yang jaga, siapa lagi?
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS