Full Day School: Solusi Pendidikan atau Beban bagi Siswa?

Hayuning Ratri Hapsari | Dony Marsudi
Full Day School: Solusi Pendidikan atau Beban bagi Siswa?
Ilustrasi pendidikan (Unsplash/Syahrul Alamsyah Wahid)

Pernah nggak sih kepikiran, gimana rasanya menjadi siswa yang harus berangkat pagi-pagi ke sekolah dan pulangnya hampir maghrib? Sistem full day school, belakangan menjadi perbincangan hangat di dunia pendidikan.

Ada yang bilang ini solusi buat meningkatkan kualitas pendidikan siswa di sekolah, tapi ada juga yang mengeluh karena dianggap membuat lelah dan stres. Nah, sebenarnya sistem ini beneran solusi atau malah jadi beban? Yuk, kita bahas!

Kelebihan Sistem Full Day School: Belajar Lebih Intensif?

Di satu sisi, sistem ini punya sejumlah kelebihan. Pertama, siswa punya waktu lebih banyak buat praktik langsung. Misalnya, praktikum sains yang biasanya terburu-buru bisa lebih detail.

Kedua, ada ruang buat kegiatan non-akademik seperti olahraga, seni, atau klub robotik, yang penting buat pengembangan soft skills.

Selain itu, buat orang tua yang sibuk kerja, sekolah seharian bisa jadi solusi karena anak tetap dalam pengawasan guru sampai sore.

Jadi, pendidikan nggak cuma jadi tanggung jawab keluarga, tapi juga sekolah. Tapi, apakah semua siswa sanggup menjalani ini tanpa kehilangan waktu buat istirahat atau keluarga?

Dampak Negatif: Siswa Kelelahan atau Stres?

Nah, di sinilah masalahnya. Bayangin aja, dari pagi sampai sore siswa harus konsentrasi belajar, terus lanjut ekstrakurikuler, pulang ke rumah udah capek, dan masih ada PR menumpuk.

Nggak heran kalau banyak yang ngeluh stres atau burnout. Apalagi buat siswa SMP-SMA yang sedang masa puber, tekanan fisik dan emosional bisa menjadi double.

Belum lagi dampak sosial. Waktu buat keluarga atau main sama teman di luar sekolah jadi berkurang. Padahal, interaksi di luar lingkungan pendidikan juga penting buat perkembangan mental. Kalau dipaksa terus-terusan, bukan tidak mungkin siswa malah jadi benci sama konsep belajar.

Apakah Full Day School Efektif atau Perlu Dirubah?

Lalu, gimana dong? Apakah sistem ini harus dihapuskan? Nggak juga. Yang penting, sekolah harus punya strategi jelas. Pertama, kurikulum perlu dirancang fleksibel.

Misalnya, selingi jam belajar dengan istirahat panjang atau aktivitas santai. Kedua, fasilitas pendukung seperti perpustakaan, laboratorium, atau ruang istirahat harus memadai.

Orang tua juga perlu dilibatkan. Komunikasi antara guru dan wali murid harus intens biar beban siswa bisa dipantau. Selain itu, sistem ini mungkin cocok buat jenjang tertentu, misalnya SMA yang fokus persiapan kuliah, tapi belum tentu pas buat SD yang masih butuh banyak waktu bermain.

Kesimpulan: Pendidikan Idealnya Bukan Cuma soal Jam, Tapi Kualitas

Pada akhirnya, full day school nggak bisa dipukul rata sebagai solusi atau beban. Semua tergantung eksekusinya. Kalau cuma sekadar nambah jam tanpa program yang bermakna, ya percuma.

Tapi kalau diimbangi dengan metode kreatif dan dukungan fasilitas, sistem ini bisa jadi alat ampuh buat meningkatkan kualitas pendidikan.

Hal yang pasti, tujuan utama pendidikan adalah menciptakan siswa yang bukan hanya pintar, tapi juga bahagia dan siap menghadapi dunia.

Jadi, apapun sistemnya, prioritas utama tetaplah kesejahteraan siswa. Jangan sampai sekolah jadi “penjara” yang bikin mereka lupa arti menjadi anak-anak.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak