Gen Z Wajib Tahu, FOMO vs JOMO: Antara Hidup Gaul dan Sederhana

Ayu Nabila | Angelia Cipta RN
Gen Z Wajib Tahu, FOMO vs JOMO: Antara Hidup Gaul dan Sederhana
Ilustrasi Gaya Hidup Gen Z (Pexels/Kampus Production)

Di era digital yang serba cepat saat ini, kita sering dihadapkan dengan dua fenomena yang berlawanan seperti Takut Ketinggalan (FOMO) dan Senang Ketinggalan (JOMO).

Meskipun keduanya mencerminkan bagaimana seseorang menanggapi tekanan sosial dan menikmati hidup di masa sekarang, keduanya memiliki sikap yang sangat bertolak belakang.

Seperti yang diketahui sebelumnya bahwa anak muda zaman sekarang lebih memiliki sifat copycat atau meniru dan mengikuti apapun yang terjadi di masa sekarang.

Selain itu, sikap ini dikenal sebagai FOMO (Fear of Missing Out) yang mana menggambarkan sebuah keadaan cemas dan takut ketinggalan trend, pengalaman ataupun acara yang sedang hype saat ini.

Berbeda dengan FOMO, JOMO (Joy of Missing Out) ini bertolak belakang dan menyiratkan bahwa semakin sedikit yang kamu miliki dalam hidup, semakin bahagia, dan begitu juga sebaliknya.

Bahkan dari sikap ini mereka cenderung bersikap semestinya dalam hidup dan tidak mengikuti trend apapun. Jadi, menikmati setiap menit kehidupan dan bahagia tanpa harus mengikuti orang lain.

Dampak dan Faktor FOMO Gen Z

Salah satu faktor terbesar yang berkontribusi terhadap pembentukan FOMO dan JOMO ini adalah penggunaan media sosial.

Melihat teman-teman di acara-acara yang mewah, bepergian ke tempat-tempat eksotis, mengenakan pakaian dan perhiasan yang modis atau mencapai tonggak pribadi membuat individu merasa tertinggal dan menarik perbandingan antara hidup Anda dan hidup mereka. Inilah yang dinamakan FOMO.

FOMO atau takut ketinggalan zaman ini berdampak negatif pada kesejahteraan mental seseorang. Kekhawatiran berlebihan akan tertinggal memicu stress, depresi dan mengurangi kepercayaan diri.

Akibatnya, seseorang dapat memiliki gaya hidup yang dibuat-buat hanya untuk memenuhi harapan sosial ini. Bahkan mereka juga akan berpura-pura menjadi orang lain demi mendapatkan pengakuan diri. Ini merupakan cara yang salah

FOMO atau JOMO Untuk Hidup yang Lebih Baik?

Berbalik dengan FOMO yang bisa menyebabkan kesehatan mental, JOMO ini memberikan seseorang untuk menikmati hidup tanpa harus merasakan gangguan dan tekanan sosial.

Sebab, mereka yang punya sikap tersebut cenderung acuh dan tak ingin mengikuti apapun yang menjadi trend dan hidup dengan sederhana.

Di sisi lain, JOMO (Joy of Missing out) ini memang dapat menumbuhkan kedamaian batin tetapi, jika dibawa ke arah ekstrem, mengakibatkan keterasingan sosial dan acuh dengan lingkungan. Di sisi lain ini juga akan mengarah pada menurunnya self-esteem.

Oleh karena itu, keseimbangan antara keduanya sangat penting. Salah satu cara untuk memerangi FOMO dan mengadopsi JOMO adalah dengan melihat nilai dalam setiap pengalaman ini.

Kemudian, membatasi jumlah waktu yang dihabiskan di media sosial, menginvestasikan lebih banyak upaya untuk memperdalam hubungan yang bermakna, melakukan hobi serta mempraktikkan kesadaran diri untuk lebih menikmati dan memaknai hidup.

Pada akhirnya, hidup bukan tentang jumlah pengalaman dan trend yang kita kumpulkan tetapi seberapa bahagianya dalam menjalani hidup.

Jadi, apakah kamu masih memiliki Fear of Missing Out atau apakah Anda menikmati hidup dengan caramu sendiri?

BACA BERITA ATAU ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak