Penonton Lokal Haus Film Berkualitas, tapi Kenapa Horor yang Mendominasi?

Hayuning Ratri Hapsari | Sabit Dyuta
Penonton Lokal Haus Film Berkualitas, tapi Kenapa Horor yang Mendominasi?
Ilustrasi tontonan film horor lokal (Freepik/freepik)

Setiap kali melihat daftar film Indonesia yang tayang di bioskop, selalu ada satu pola yang berulang: sebagian besar adalah film horor. Bagi pencinta genre ini, tentu tidak masalah. Tapi bagi yang ingin variasi, rasanya mulai membosankan.

Kenapa film Indonesia seperti terjebak dalam lingkaran horor? Apakah ini benar-benar karena selera penonton, atau ada alasan lain di baliknya?

Film horor memang selalu punya daya tarik. Dibandingkan genre lain, produksinya relatif murah, tapi keuntungannya bisa sangat besar. Cerita-cerita seram juga lebih mudah menarik perhatian karena dekat dengan kehidupan masyarakat.

Mitos, urban legend, atau pengalaman mistis sehari-hari sering diangkat dalam film, membuat penonton merasa lebih relate. Tidak heran kalau rumah produksi terus membuat film horor—karena sudah terbukti laku.

Tapi apakah ini berarti penonton hanya mau menonton horor? Tidak juga. Banyak orang yang sebenarnya ingin melihat film Indonesia dengan cerita lebih beragam.

Thriller psikologis, fiksi ilmiah, drama mendalam, atau bahkan film aksi dengan kualitas sinematografi yang keren—semua ini punya pasar sendiri.

Sayangnya, film-film dengan genre berbeda sering kurang mendapat sorotan. Promosinya tidak sebesar film horor, dan slot tayangnya di bioskop juga terbatas. Akibatnya, meskipun ada film Indonesia yang bagus di luar horor, banyak yang tidak tahu atau tidak sempat menonton.

Masalahnya, industri film juga bermain aman. Selama horor masih laris, mereka tidak punya alasan untuk mengambil risiko dengan genre lain. Akhirnya, kita seperti hanya diberikan satu pilihan berulang kali.

Jika ada variasi yang lebih banyak dan dipromosikan dengan baik, mungkin penonton juga akan menyambutnya dengan antusias.

Penonton sebenarnya punya peran besar dalam mengubah tren ini. Kalau ingin melihat lebih banyak genre lain berkembang, maka harus ada dukungan nyata—menonton, merekomendasikan, dan membicarakan film-film non-horor yang berkualitas. Kalau tidak, industri film akan terus menganggap bahwa hanya horor yang bisa laku di pasaran.

Indonesia punya banyak sineas berbakat dan potensi besar di dunia perfilman. Film horor memang menarik dan tidak perlu ditinggalkan, tapi bukan berarti harus terus-terusan mendominasi.

Sepatutnya kini perfilman Indonesia lebih berani mengeksplorasi cerita baru dan memberikan pengalaman menonton yang lebih beragam bagi semua orang. Penonton pasti ingin lebih dari sekadar ketakutan di bioskop—mereka ingin cerita yang menyentuh hati, menginspirasi, dan membuka wawasan.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak