Warisan Politik Bapak Pendidikan Indonesia dalam Menjawab Tantangan Zaman

Hayuning Ratri Hapsari | Sherly Azizah
Warisan Politik Bapak Pendidikan Indonesia dalam Menjawab Tantangan Zaman
Ki Hajar Dewantara (X/GLAM_Indonesia)

Ki Hadjar Dewantara adalah bapak pendidikan kita, salah satu pahlawan yang pemikirannya masih relevan dalam membentuk arah pendidikan Indonesia hingga saat ini.

Sebagai pendiri Taman Siswa, Dewantara tidak hanya mendirikan lembaga pendidikan, tetapi juga merancang sebuah gerakan pendidikan yang mendalam, penuh makna, dan sarat dengan nilai kebangsaan.

Dewantara meyakini bahwa pendidikan bukan hanya alat untuk transfer pengetahuan, tetapi juga sebagai sarana politik untuk merdeka dari penjajahan mental dan fisik.

Dalam pandangannya, pendidikan adalah medan perjuangan yang mampu membentuk karakter bangsa, merawat kebudayaan, dan mengukuhkan cita-cita kemerdekaan.

Lantas, dalam konteks Indonesia saat ini, bagaimana kita menafsirkan perjuangan politik Ki Hadjar Dewantara dalam dunia pendidikan?

Seiring dengan berjalannya waktu, banyak tantangan yang masih dihadapi oleh sistem pendidikan Indonesia. Salah satu isu utama yang terus mengemuka adalah ketimpangan kualitas pendidikan di berbagai daerah.

Walaupun Indonesia telah merdeka, berbagai permasalahan seperti kualitas pengajaran yang belum merata, kurikulum yang ketinggalan zaman, serta masih lemahnya pembentukan karakter di kalangan pelajar menjadi isu yang menuntut perhatian serius.

Dalam konteks ini, Ki Hadjar Dewantara akan menilai bahwa perjuangan politiknya dalam pendidikan tidak hanya berhenti pada proses pembelajaran formal, tetapi juga pada bagaimana menciptakan keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan pemahaman budaya lokal.

Dewantara percaya bahwa pendidikan yang baik harus mampu memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan bangsa yang menjadi akar dari identitas bangsa itu sendiri (Thaariq & Karima, 2023).

Tidak hanya pada pengembangan intelektual, Dewantara juga menginginkan pendidikan yang mendidik anak-anak bangsa untuk mengenal dan mencintai kebudayaannya sendiri.

Di tengah derasnya arus globalisasi yang hampir menyentuh setiap aspek kehidupan, Dewantara akan melihat bahwa pendidikan di Indonesia harus memperkuat karakter kebangsaan.

Saat ini, banyak kurikulum yang terlalu mengedepankan standar global yang bisa mengancam kelestarian budaya lokal. Dalam pandangannya, jika Indonesia terus-menerus mengikuti pola pendidikan yang didominasi oleh standar internasional, maka jati diri bangsa akan hilang.

Oleh karena itu, Ki Hadjar Dewantara akan menekankan pentingnya pendidikan yang berbasis pada kebudayaan lokal, yang tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai kebangsaan dalam kurikulum (Suparlan, 2016).

Di samping itu, Dewantara sangat menekankan prinsip demokrasi dalam pendidikan. Pendidikan menurutnya adalah alat yang harus mengedepankan kebebasan berpikir dan berkreasi tanpa ada batasan dari kekuatan eksternal.

Demokrasi, yang menurut Dewantara, tidak hanya terletak pada sistem politik negara, tetapi juga dalam sistem pendidikan. Ini menjadi relevansi yang sangat penting dalam konteks pendidikan Indonesia sekarang, yang masih banyak menghadapi tantangan dalam memberikan kebebasan berpikir kepada para siswa.

Demokrasi dalam pendidikan berarti memberi ruang bagi para pelajar untuk mengembangkan pemikiran kritis dan kreatif mereka tanpa takut dibatasi oleh berbagai ketentuan yang tidak relevan dengan perkembangan zaman (Suparlan, 2016).

Hal ini menjadi tantangan besar, karena masih banyak pembelajaran yang terlalu terpusat pada hafalan dan tidak memberikan kesempatan bagi pelajar untuk mengasah kemampuan berpikir kritis dan mandiri.

Pendidikan yang ditawarkan oleh Dewantara juga menekankan pada pemberdayaan masyarakat. Ia berpendapat bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab lembaga pendidikan formal atau pemerintah, tetapi juga tanggung jawab masyarakat.

Semangat gotong royong dan kolaborasi masyarakat dalam pendidikan adalah hal yang sangat penting. Di masa kini, kita bisa melihat bagaimana pendidikan yang tidak melibatkan masyarakat dalam prosesnya menjadi kurang efektif dalam membentuk karakter bangsa.

Pendidikan yang berakar pada partisipasi aktif dari masyarakat akan lebih mudah diterima dan membawa dampak langsung dalam kehidupan sosial. Dewantara meyakini bahwa pemberdayaan masyarakat adalah fondasi untuk membangun bangsa yang lebih kuat dan mandiri (Thaariq & Karima, 2023).

Refleksi terhadap perjuangan politik Ki Hadjar Dewantara juga mengingatkan kita akan pentingnya inklusivitas dalam sistem pendidikan.

Dewantara percaya bahwa pendidikan yang baik harus mampu mengakomodasi keberagaman, baik dari segi suku, agama, budaya, dan latar belakang sosial-ekonomi.

Di Indonesia saat ini, keberagaman sering kali menjadi sumber ketegangan, dan pendidikan yang tidak inklusif bisa memperburuk masalah tersebut.

Untuk itu, penting bagi pendidikan Indonesia untuk menjadi sarana yang merangkul semua perbedaan dan menciptakan kesetaraan bagi setiap individu dalam memperoleh hak pendidikan yang layak.

Dewantara akan menilai pendidikan yang tidak inklusif sebagai bentuk ketidakadilan yang harus segera diperbaiki, karena setiap individu berhak untuk mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang tanpa melihat latar belakangnya.

Namun, penting untuk dipahami bahwa perjuangan Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan tidak terlepas dari upaya untuk membangun karakter bangsa.

Pendidikan yang hanya berfokus pada pengajaran akademik tanpa memperhatikan pembentukan karakter akan mengarah pada pendidikan yang semu.

Dewantara berpendapat bahwa karakter bangsa adalah yang terpenting untuk menciptakan masyarakat yang adil dan beradab.

Pendidikan yang berorientasi pada karakter adalah pendidikan yang menanamkan rasa tanggung jawab, kepedulian sosial, serta semangat kebangsaan yang tinggi.

Di zaman modern ini, banyak sistem pendidikan yang lebih menekankan pada pencapaian akademis semata, tanpa memberikan perhatian cukup terhadap pembentukan karakter yang akan membentuk pola pikir dan perilaku peserta didik dalam kehidupan sosial.

Melihat kembali perjuangan politik Ki Hadjar Dewantara, kita menyadari bahwa meskipun kita telah mengalami kemajuan dalam sistem pendidikan Indonesia, perjuangannya masih sangat relevan.

Pendidikan yang merdeka dan demokratis, yang menghargai kebudayaan lokal, yang memperkuat partisipasi masyarakat, dan yang inklusif adalah visi yang harus kita perjuangkan bersama.

Pendidikan bukan hanya tentang mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga tentang membangun karakter bangsa dan menggerakkan perubahan sosial yang lebih besar.

Oleh karena itu, kita perlu terus meneruskan cita-cita pendidikan Ki Hadjar Dewantara, menjadikannya sebagai pondasi dalam menciptakan pendidikan Indonesia yang lebih baik, lebih adil, dan lebih merata untuk semua kalangan.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak