Ki Hadjar di Zaman Now: Membangun Politik Pendidikan yang Berbudaya

Hernawan | Lia Listianingrum
Ki Hadjar di Zaman Now: Membangun Politik Pendidikan yang Berbudaya
Pidato sambutan Ki Hadjar Dewantara dala reepsi Rapat Besar VIII Tamansiswa (2 Mei 1970). — (Koleksi istimewa Museum Dewantara Kirti Griya)

Di tengah perjalanan zaman yang terus mengalami perubahan, tentunya pendidikan pun mengikuti zamannya. Dahulu, pendidikan zaman Ki Hadjar Dewantara menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan untuk memerdekakan manusia itu sendiri melalui sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara bernama Taman Siswa.

Ibarat taman yang penuh tumbuhan berwarna, Taman Siswa bukan hanya sebagai tempat belajar tetapi sebagai tempat tumbuh dan berkembang potensi dari setiap peserta didik. Tibalah sekarang, di zaman yang serba modern dan digital, kenyamanan akses informasi serba tiada batasnya. Bagaimanakah mempertahankan pendidikan seperti era Ki Hadjar Dewantara?

Ki Hadjar Dewantara dan Gagasan Politik Pendidikan Berbudaya 

Seperti yang kita tahu, ketika seseorang mendengar nama Ki Hadjar Dewantara, semua pasti kompak menyebut "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani". Tepat seperti itulah landasan pendidikan memerdekakan yang diusung oleh beliau

Ki Hadjar Dewantara mengatakan pendidikan memerdekakan ialah pendidikan yang mengutamakan potensi dari peserta didik itu sendiri. Peserta didik atau siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang ada jauh dari tekanan supaya bisa tumbuh dan berkembang menurut kodrat batiniah dan lahiriah, tidak tergangu dari mana peserta didik berasal.

Tentunya dalam mewujudkan pendidikan memerdekakan yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara beliau juga mendirikan Taman Siswa, yang merupakan suatu perwujudan konkret untuk melakukan perlawanan terhadap kolonial lewat pendidikan pada zaman itu.

Pendidikan bukan hanya cukup memerdekakan, tetapi harus dikombinasikan dengan politik pendidikan budaya, artinya peserta didik dibekali dengan pendidikan dan pengajaran budaya lokal supaya memperkuat fondasi pendidikan dalam membentuk karakter dan menumbuhkan nasionalisme.

Realita Pendidikan Indonesia Saat Ini

Nyatanya pendidikan Indonesia di masa sekarang cukup memprihatinkan, peserta didik kerap merasa jenuh dan malas ketika bersekolah. Hal itu terbukti dengan beberapa permasalahan yang kerap ditemui di sekolah.

Permasalahan tersebut juga berpengaruh terhadap kelayakan keberlangsungan proses kegiatan belajar mengajar. Melansir dari lpmmissi, Ki Hadjar sendiri menyebutkan sekolah sebagai taman, di mana anak-anak dengan senang untuk datang bermain sambil belajar, tidak ada tekanan bahkan enggan untuk pulang.

Dengan begitu, sekolah zaman sekarang dengan zaman dahulu tentunya memiliki perbedaan yang signifikan karena di zaman sekarang peserta didik banyak yang merasa tertekan apalagi ditambah dengan konsep pendidikan itu sendiri.

Salah satu permasalahan pendidikan di zaman sekarang yaitu kurikulum yang bergonta-ganti, hal tersebut mengakibatkan peserta didik dan guru sulit untuk beradaptasi dan fokus pada tujuan yang sebenarnya. Bayangkan, jika Ki Hadjar hidup di zaman sekarang, kontribusi apa yang akan diberikan oleh beliau?

Gagasan Ki Hadjar Dewantara Untuk Kondisi Zaman Sekarang

Setelah kita tahu bahwa gagasan dari Ki Hadjar dalam pendidikan yaitu dengan memerdekakan peserta didik untuk bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi masing-masing. Alangkah baiknya kita sebagai generasi penerus bangsa juga bisa meniru gagasan dari Ki hadjar tersebut, salah satunya dengan cara mempelajari budaya lokal.

Hal itu juga sejalan dengan apa yang diusungkan oleh pemerintah mengenai internalisasi bahasa daerah ke dalam mata pelajaran dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah. Dikutip dari situs kemendikbud, Kepala Balai Bahasa Sumatera Utara, Maryanto mengungkapkan penguatan bahasa daerah merupakan cara untuk memperkuat rasa kebhinekaan supaya tetap utuh.

Maka dari itu langkah tersebut bisa menjadi alternatif untuk mengenalkan kepada peserta didik betapa pentingnya untuk melestarikan budaya sendiri khususnya bahasa daerah. Bahasa daerah yang dipelajari di sekolah juga bermanfaat untuk memahami serta menangkap isi dari pembelajaran di sekolah.

Oleh karena itu gagasan yang diberikan oleh Ki Hadjar dengan apa yang sedang diusahakan oleh pemerintah memiliki keterhubungan meskipun dalam pelaksanaanya masih banyak mengalami kendala. 

Menjadi "Ki Hadjar di Zaman Now"

Dengan melihat kondisi yang dipaparkan di atas, sudah sepatutnya kita bersama-sama untuk bersinergi membangun dan mendukung baik potensi maupun skill yang dimiliki oleh peserta didik. Upaya tersebut harus didukung oleh berbagai pihak baik siswa, guru, pembuat kebijakan maupun masyarakat.

Pada masa globalisasi seperti sekarang ini peran guru dan orang tua memiliki tantangan tersendiri untuk mengembangkan potensi siswa. Potensi yang dimaksud di sini bukan hanya pengetahuan akademisnya saja, tetapi aspek keterampilan dan bakat juga harus diperhatikan.

Fenomena ini menunjukkan pelaksanaan pendidikan tetap mengedepankan pelestarian budaya yang dibarengi dengan kebijakan peraturan yang ada. Sistem pendidikan Indonesia juga masih berusaha untuk kembali pada akar budayanya.

Upaya-paya yang dilakukan oleh berbagai pihak baik dari siswa, guru, pembuat kebijakan, dan masyarakat mulai digencarkankan. Harapannya dapat membangun masa depan pendidikan Indonesia yang memerdekakan, berakar, dan relevansi. Dengan begitu, kesadaran politik pendidikan dapat sesuai dengan fungsi budayanya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak