Di era modern sekarang, peran seorang ibu tidak hanya sebatas di rumah dan dapur. Banyak ibu yang memilih atau terpaksa menjadi pekerja. Banyak ibu masa kini menghadapi masalah antara menggapai karier atau fokus mendidik anak. Namun, ini sebenarnya bukan soal memilih salah satu dan melewatkan yang lain; melainkan tentang menemukan keseimbangan yang ideal. Dalam zaman yang serba cepat seperti sekarang ini, sangat penting untuk diingat bahwa setiap ibu memiliki tantangan serta cara yang berbeda dalam menjalani perannya.
Ibu yang berkarier mungkin sering merasakan rasa bersalah karena tidak dapat hadir di setiap momen penting anaknya. Namun, di sisi lain, dia memberi contoh nyata kepada anak tentang kerja keras, kemandirian, dan peran perempuan dalam dunia kerja. Di sisi lain, ibu rumah tangga yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah memberikan stabilitas dan kehadiran yang mungkin tidak tergantikan, tetapi terkadang bisa merasa kehilangan identitas di luar perannya sebagai anggota keluarga.
Kendati demikian, seringkali muncul pertanyaan: apakah ada perbedaan dalam perkembangan anak antara wanita karier dan ibu rumah tangga? Mari kita diskusikan dengan cara yang lebih santai namun tetap ilmiah!
Apa Itu Wanita Karier dan Ibu Rumah Tangga?
Wanita Karier adalah seorang ibu yang menjalani pekerjaan di luar rumah, seperti pegawai kantor, pengusaha, dosen, guru, dan berbagai profesi lainnya. Sementara itu, ibu rumah tangga fokus pada mengurus rumah dan anak, tanpa memiliki pekerjaan formal di luar. Keduanya memiliki peranan yang sangat penting. Namun, mereka mungkin memberikan dampak yang berbeda terhadap anak.
Apakah Anak dari Ibu Karier Kurang Mendapat Perhatian?
Salah satu kekhawatiran utama tentang ibu yang bekerja adalah kemungkinan kurangnya waktu untuk dihabiskan bersama anak. Namun, menurut Dr. Laura Markham, seorang psikolog anak dari Aha! Parenting, kualitas waktu lebih bernilai daripada kuantitas. Dengan kata lain, bahkan jika waktu yang dihabiskan terbatas, jika digunakan secara efektif untuk membangun ikatan, dampaknya tetap dapat positif. Ia menyatakan:
“Anak-anak tidak memerlukan kehadiran fisik ibu yang terus-menerus, tetapi mereka membutuhkan kehadiran emosional dari ibu. ”
Bagaimana dengan Anak dari Ibu Rumah Tangga?
Anak yang diasuh oleh ibu rumah tangga biasanya memiliki lebih banyak waktu untuk bersama ibunya dan mungkin lebih stabil secara emosional, terutama dalam fase awal perkembangan. Penelitian yang dipublikasikan di Journal of Marriage and Family (Brooks-Gunn et al., 2010) menunjukkan bahwa anak yang tinggal di rumah bersama ibu pada tahun pertama kehidupannya memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik. Namun, ini tidak berarti bahwa ibu karier kurang berhasil. Karena, yang terpenting kualitas pengasuhan. Apakah ibu bekerja atau tidak, yang terpenting adalah bagaimana mereka mendidik dan merawat anak-anak.
Penelitian dari Harvard Business School (2015) menyatakan bahwa perempuan yang berupa anak dari ibu pekerja cenderung menjadi wanita yang lebih mandiri dan sukses dalam karier, sementara anak laki-lakinya biasanya lebih suportif dan terbuka terhadap peran gender di dalam keluarga. Dengan demikian, perkembangan anak bukan hanya tergantung pada apakah ibunya bekerja atau di rumah, tetapi juga lebih berfokus pada pola asuh, kehangatan, konsistensi, dan komunikasi.
Pendapat dari Para Ahli Dr. Diane Ehrensaft, seorang psikolog perkembangan, mengatakan, “Selama anak merasa dicintai dan mendapatkan struktur yang stabil, mereka bisa tumbuh baik apakah ibunya bekerja atau tidak. ”
Penelitian dari UNICEF (2020): "Tidak terdapat bukti yang konsisten bahwa anak dari ibu rumah tangga selalu lebih unggul dibandingkan anak dari ibu pekerja, ataupun sebaliknya. "
Kesimpulan: Tidak Ada Jawaban Pasti
Setiap keluarga memiliki situasi yang beragam. Hal terpenting adalah agar anak tumbuh dalam suasana penuh kasih, aman, dan dengan komunikasi yang baik. Baik sang ibu bekerja maupun di rumah, selama perhatian dan pola asuh yang baik ada, anak tetap dapat berkembang dengan maksimal!