Di Balik Ucapan Hari Ayah: Fakta Mengejutkan Indonesia Negara dengan Tingkat Fatherless Tinggi

M. Reza Sulaiman | e. kusuma .n
Di Balik Ucapan Hari Ayah: Fakta Mengejutkan Indonesia Negara dengan Tingkat Fatherless Tinggi
ilustrasi interaksi ayah dan anak (Pexels/Flo Maderebner)

Setiap tahun, dunia merayakan Father’s Day atau Hari Ayah untuk menghormati peran ayah dalam keluarga. Di Indonesia sendiri Hari Ayah Nasional diperingati setiap 12 November dan disambut dengan ‘ceremony’ yang penuh cinta di media sosial.

Momen ini biasanya diwarnai dengan unggahan foto bersama ayah, pesan ucapan, hingga video haru tentang perjuangan sosok ayah yang tak banyak bicara tapi bekerja keras demi keluarganya. Namun di balik kehangatan itu, ada fakta menohok fenomena fatherless di Indonesia.

Makna Father’s Day di Tengah Perubahan Peran Keluarga

Father’s Day bukan sekadar seremonial ucapan “Selamat Hari Ayah”, tapi kesempatan untuk mengapresiasi sosok ayah sebagai fondasi emosional dan moral keluarga.

Selama ini, ayah sering digambarkan sebagai sosok kuat, rasional, dan tangguh, tapi jarang menunjukkan peran parenting sebanyak ibu. Padahal, peran ayah dalam tumbuh kembang anak sama pentingnya dengan ibu.

Pahitnya lagi, kehadiran ayah yang secara emosional meningkatkan stabilitas psikologis anak justru terabaikan. Indonesia bahkan menjadi negara dengan tingkat fatherless tinggi di mana banyak anak tumbuh tanpa merasakan figur ayah.

Fakta Menohok: Indonesia Termasuk Negara dengan Fatherless Tinggi

Diakui atau tidak, fakta menohok bahwa Indonesia termasuk negara dengan fatherless tinggi sudah menjadi rahasia umum. Fenomena ini muncul karena banyaknya anak melalui tumbuh kembang hidupnya tanpa merasakan kehadiran ayah.

Kondisi ini bukan sekadar ketiadaan secara fisik, tapi juga minimnya kehadiran emosional, perhatian, dan bahkan teladan dari sosok ayah yang dipicu keterlibatan pasif dalam keseharian.

Banyak ayah di perkotaan terlalu sibuk bekerja hingga waktu dengan anak sangat terbatas. Dalam beberapa kasus, ayah bahkan tidak terlibat dalam keputusan penting seperti pendidikan, nilai moral, dan komunikasi keluarga.

Fenomena ini sering tidak disadari karena budaya patriarki di Indonesia masih menganggap tugas utama ayah hanya mencari nafkah. Akibatnya, aspek emosional dan pengasuhan sering diserahkan sepenuhnya pada ibu.

Dampak Fatherless bagi Anak dan Masyarakat

Dampak dari fatherless sangat nyata, baik secara psikologis maupun sosial. Anak-anak yang tumbuh tanpa figur ayah yang hadir dan terlibat cenderung menghadapi krisis identitas dan kepercayaan diri rendah.

Tanpa teladan ayah, anak sulit memahami peran tanggung jawab dan kepemimpinan dalam dirinya. Pada akhirnya, anak juga berpotensi mengalami kesulitan mengelola emosi saat dewasa dan menunjukkan kecenderungan agresif atau malah menarik diri secara sosial.

Kondisi ini pada akhirnya akan memicu kerentanan pada pergaulan negatif dan masalah relasi di mana seseorang cenderung sulit membangun hubungan yang sehat dengan pasangan. bahkan pola berulang ini juga bisa terjadi di masa depan.

Menjadi Ayah di Zaman Modern: Tantangan dan Kesempatan

Di era digital, peran ayah mengalami transformasi besar. Ayah bukan lagi hanya “pencari nafkah”,  tapi juga teman bermain, mentor, sekaligus pelindung emosional bagi anak.

Perubahan pola pikir ini penting mengingat kehadiran ayah bukan diukur dari seberapa banyak uang yang dibawa pulang, melainkan seberapa dalam keterlibatannya dalam kehidupan anak.

Tidak perlu kemewahan, cukup dengan meluangkan waktu berkualitas setiap hari dengan anak, menunjukkan kasih sayang verbal dan fisik, terlibat aktif dalam pola pengasuhan, dan menjadi teladan di masa tumbuh kembang anak.

Father’s Day: Momen Refleksi, Bukan Sekadar Ucapan

Peringatan Father’s Day di Indonesia seharusnya menjadi momen refleksi, bukan sekadar unggahan di media sosial. Ucapan hangat sebagai bentuk penghormatan dan perayaan spesial tentu boleh saja dilakukan, tapi bukan itu inti peringatan hari ini.

Justru momen peringatan Father’s Day adalah waktu untuk bertanya apakah ayah sudah benar-benar hadir untuk anak. Bagi masyarakat luas, Hari Ayah juga menjadi pengingat bahwa peran ayah tidak kalah penting dengan peran ibu.

Keduanya harus seimbang agar anak tumbuh dalam keluarga yang utuh, baik secara fisik, emosional, dan moral. Kembalikan esensi Father’s Day pada pemenuhan peran, bukan sekadar ucapan manis.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak