Dulu Indonesia dikenal selalu menjunjung moral. Budaya kita terkenal selalu menerapkan moral, tapi kini, moral semakin goyah.
Krisis moral merajalela, meresahkan masyarakat, bahkan menjadi ancaman.
Di Indonesia, khususnya di zaman milenial, generasi muda telah mengalami krisis yang berdampak langsung pada tingkah laku. Berbagai kalangan dan usia melakukan aksi-aksi yang bertentangan dengan aturan kesusilaan, seperti mencuri, korupsi, penipuan, pemerkosaan atau pelecehan seksual, tawuran, bullying dan bahkan pembunuhan.
Setiap manusia memiliki pola pikir dan pemahaman yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat menghasilkan hal positif dan hal negatif yang akan berdampak pada perilaku.
Jika pola pikir atau mindset sudah berubah, yang seharusnya salah akan dianggap benar, dan apa yang benar akan dianggap salah. Pernahkah kalian melihat para pelajar yang seharusnya sibuk belajar di sekolah tetapi malah terlihat di tempat yang tidak sepantasnya saat jam belajar-mengajar berlangsung?
Atau mungkin melihat tingkah pelajar yang tidak sopan saat berbicara dengan yang lebih tua? Ada juga yang merokok, mem-bully, tawuran, kebut-kebutan di jalan dan hal-hal buruk lainnya.
Nah, sikap seperti inilah yang menunjukkan bahwa milenial memang tengah terjerat krisis moral.
Jika sudah terjadi hal seperti ini, maka siapakah yang dapat disalahkan? Lingkungan masyarakat yang tidak memberi contoh dengan baik atau pelaku krisis moral itu sendiri?
Krisis moral tidak pandang bulu, tidak pandang kasta dan usia. Ia dapat menyerang siapa saja, dapat menyerang setiap individu yang tidak memiliki pendirian teguh pada dirinya sendiri.
Lingkungan Berperan Besar
Sadarkah kalian bahwa kita lebih sering menghabiskan waktu di luar bersama teman-teman? Tapi yakinkah kalian, kalau lingkungan pertemanan kalian tersebut sehat?
Lingkungan yang sehat akan menciptakan dampak yang positif dan dapat membawa perubahan dalam diri kita, sedangkan lingkungan yang buruk akan membawa diri kita ke arah yang salah.
Contohnya seperti mencoba segala hal, merokok dan mengkonsumsi narkoba agar terlihat keren, akibat tekanan teman dan keadaan agar mendapat pengkauan, gaya bicara yang kasar, dan pergaulan yang terlalu bebas.
Selain itu, faktor-faktor lainnya juga mampu mempengaruhi krisis moral, yaitu:
1. Lingkungan keluarga
Keadaan dalam rumah tangga yang tidak harmonis, adanya pilih kasih yang dilakukan oleh orangtua, tindak kekerasan, kurangnya pendidikan dan pengetahuan keluarga, ketidakperdulian anggota keluarga, anggota keluarga yang jarang berkomunikasi dan sibuk, merupakan hal-hal yang berpengaruh pada moral remaja.
2. Sekolah dan wawasan
Kurangnya perhatian dari guru, lemahnya peraturan sekolah, dan bimbingan konseling yang tidak berjalan semestinya, wawasan siswa yang terbatas dan tidak ditindak lanjuti.
3. Penyimpangan agama
Kurangnya rasa beriman, kurangnya kepercayaan dan tidak takut akan Tuhan.
4. Budaya dan masyarakat
Terlalu membuka diri pada budaya luar, memakai pakaian yang tidak layak, gaya hidup yang meniru negara asing, serta melupakan budaya dan ciri khas asli Indonesia.
5. Penyimpangan teknologi
Menyalahgunakan teknologi untuk membuka situs porno, hacking, melontarkan komentar yang tidak pantas di sosial media, dan sebagainya.
Munhkin Tak Paham sampai Sekadar Iseng
Era milenial yang semakin modern ini sangat memungkinkan seorang melakukan hal-hal terkait krisis moral, entah yang disengaja maupun tidak.
Berbagai fakta mengejutkan saya dapat saat melakukan survei terhadap 100 responden. Sebagian mengatakan, mereka melakukan salah satu tindakan krisis moral karena saat itu tidak memahami apa yang mereka lakukan.
Ada juga yang melakukannya karena iseng dan untuk seru-seruan, karena mengikuti pergaulan dan lingkungan. Hal ini menunjukan bahwa mental tiap individu tidak sama kuat, sehingga ada yang cenderung mengikuti arus tidak baik dan berdampak negatif bagi dirinya sendiri.
Ilustrasi di atas menggambarkan situasi yang terjadi saat ini. Masyarakat melihat perilaku menyimpang milenial dan mendengar berbagai macam kasus krisis moral, tetapi hanya memilih diam dan pura-pura tidak.
Terkesan egois bukan? Hal ini menyebabkan kaum milenial tersesat. Tidak ada contoh yang baik bagi mereka.
Yuk, Bentuk Karakter Demi Masa Depan Cerah
Tenang, generasi kita masih bisa diselamatkan, loh!
Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi krisis moral adalah pendidikan karakter. Pendidikan karakter membuat tiap individu akan lebih terbentuk dan menciptakan rasa empati yang tinggi, serta membentuk sikap bertanggung jawab dan disiplin diri.
Cara dan pendekatan yang dilakukan pun tidak sulit. Bisa melalui keluarga, dalam hal ini orangtua memberikan nasihat dan contoh yang sesuai dengan budaya bangsa, seperti sifat toleransi, religius, disiplin, cinta Tanah Air, dan perduli sesama, serta melakukan pengawasan terhadap pergaulan anak.
Pengawasan dapat dilakukan melalui sekolah yang melakukan interaksi dengan siswa agar memahami siswa, guru bimbingan konseling yang memberikan penyuluhan. Pendekatan juga bisa dilakukan melalui regulasi hukum, menegaskan hukum yang ada agar pelaku krisis moral jera) dan melalui nilai agama, dengan menanamkan nilai-nilai agama yang baik dan tidak )memprovokasi.
Sebagai masyarakat yang cerdas, kita harus bisa memilah mana yang patut dicontoh dan mana yang tidak. Pemahaman dan kesadaran moral harus dipupuk sejak dini.
Mulailah dengan pembentukan karakter dan beralih ke lingkungan yang lebih baik. Kita juga harus berani membenahi diri dan berani bersuara.
Ayo bangkit dan ciptakan perubahan bersama, karena milenial tidak hanya cerdas, tetapi berani beda! #GUEGAKBUTAMORAL!
Pengirim: Sherin Savera