5 Penyebab Mertua dan Menantu Tidak Akur, Waspada Rumah Tangga Bisa Hancur

Hernawan | Mutami Matul Istiqomah
5 Penyebab Mertua dan Menantu Tidak Akur, Waspada Rumah Tangga Bisa Hancur
Ilustrasi menantu dan ibu mertua (pixabay)

Meskipun tidak semua, tapi juga tidak jarang keretakan rumah tangga terjadi antara menantu perempuan dan ibu mertua. Bagaimanapun, perempuan-perempuan inilah yang andil dalam kehidupan suami atau anak lelakinya. Tidak bisa diadu, seorang menantu dan ibu mertua sama-sama berarti dalam kehidupan suami atau anak laki-laki.

Di bawah ini adalah 5 hal yang membuat keretakan antara menantu perempuan dan ibu mertuanya.

1. Ibu Mertua Sering Menanyakan Gaji Suami atau Keuangan Anak

Wajar bagi orang tua untuk mengkhawatirkan tercukupinya kebutuhan anak. Tapi seringkali ketika anak tersebut sudah berumah tangga, akan menjadi keengganan tersendiri bagi menantu mendengar percakapan suami dengan ibunya perihal urusan uang yang ditanya tidak sekedar sekali dalam sebulan.

Rasanya risih saja mendengar suami menjelaskan kepada ibunya sedang punya uang sekian atau masih memiliki uang sekian. Padahal berapapun uang yang dimiliki, adalah urusan suami dan istri. Sekalipun kurang, itupun menjadi urusan suami dan istri untuk mencari.

2. Ibu Mertua terlalu Ikut Campur dalam Permasalahan Rumah Tangga

Rumah tangga yang bukan sekedar satu atau dua hari pasti akan mendapati masalah. Dari masalah-masalah kecil, sampai masalah yang bisa membuat saling diam satu hari. Masalah yang seringkali masih dianggap kecil ketika dibicarakan berdua, terkadang menjadi lebih besar ketika melibatkan orangtua. Meskipun mendapat banyak nasihat, tapi rasanya masalah kecil ini malah merambah ke mana-mana. Bukannya menjadi selesai, malah tak kunjung usai. 

3. Ibu Mertua Ikut Campur Cara Asuh Anak

Bagi seorang menantu, menjadi ibu baru adalah petualangan baru yang seru. Tidak sekedar petualangan, tapi menjadi ibu adalah proses belajar yang hanya bisa didapati dengan menjalani peran. Saking antusiasnya, jauh sebelum anak lahir, seorang ibu sudah belajar sana-sini perihal ilmu parenting, sharing sana-sini bertukar pandang dengan sesama ibu baru ataupun mereka yang sudah berpengalaman.

Sebetulnya, ketika anak lahir seorang ibu sudah menyiapkan banyak pembelajaran yang didapatinya di parenting dan gemas untuk segera menerapkan kepada buah hatinya. Tapi seringkali, pandangan ibu baru yang didasari oleh ilmu baru dianggap tabu oleh orangtua yang memang didasari dengan pengalaman dari masa ke masa.

Susah sekali menyatukan dua pemikiran, dan seringkali banyak menantu yang kalah beradu peran dengan ibu mertua. Padahal membesarkan anak tidak sekedar satu atau dua tahun. Semakin bertumbuh seorang anak, kian banyak hal yang diperbandingkan. 

4. Ibu Mertua Menekan agar Terus Berhemat

Berhemat adalah hal positif. Tapi, berhemat bukan berarti tidak bisa menikmati hidup. Ketika seorang suami sudah bersusah payah bekerja setiap hari, seorang istri juga sudah bersusah payah mengatur uang bulanan agar cukup sampai gajian berikutnya.

Tidak heran ketika baru gajian, suami ingin membeli beberapa benda sebagai bentuk menikmati kerja kerasnya. Tidak jarang juga suami akan membelikan pemberian untuk istri dan anaknya. Tapi terkadang, hal tersebut digambarkan bentuk foya-foya oleh ibu mertua. Ketimbang dibelanjakan, mending ditabung untuk masa depan.

Tidak sekeadar ketika gajian saja, dalam urusan dapur sehari-hari juga seringkali menjadi kritik ibu mertua. Misalnya ketika menu yang dipilih menantu dianggap pemborosan, dan dibandingkan dengan menu yang lain. Begitu juga dalam urusan jajan anak, dan lain-lain.

5. Selalu Ada Celah untuk Terlihat Salah

Hakikatnya, seorang ibu mertua juga adalah seorang ibu untuk menantunya. Sejak berpacaran, tentu banyak perempuan yang berusaha mengambil hati calon ibu mertuanya, bukan? Tapi seringkali dalam kehidupan sehari-hari, ibu mertua akan sering menegur menantunya ketika melakukan hal yang dianggap salah.

Sayangnya, sebagai menantu masih banyak hal baru yang harus dikuasai. Sebenarnya banyak perempuan akan bisa melakukan ini itu seiring waktu. Tapi, banyak ibu mertua yang tidak sabaran melihat menantunya handal dalam banyak hal. Dalam hal ini, kebanyakan menantu perempuan sering bersedih karna terus disalahkan tanpa diberi kesempatan untuk belajar dan membenahi kesalahannya.

Ibu dari suami juga ibu dari menantu perempuannya. Sejatinya, ketika seseorang hendak menikah dan bersedia menerima si calon pengantin, ia juga menerima kekurangannya, keluarganya, dan masa lalunya.

Rumah tangga adalah wadah bagi dua manusia belajar kehidupan dan beribadah terpanjang dalam hidup. Tidak ada manusia yang sempurna, baik itu menantu maupun ibu mertua.

Semoga yang saat ini hubungan dengan ibu mertuanya tidak begitu baik, bisa berangsur baik seperti hubungan antara ibu dan anak. Tidak ada lagi cemooh hinaan, melainkan nasihat penuh kasih sayang.

Bagaimanapun, selalu mungkin memiliki ibu mertua yang menganggap menantunya seperti anak sendiri, membersamai dan menuntun menantunya mengurus rumah tangga dengan penuh kelembutan, membersamai cucu-cucunya tumbuh dengan penuh kasih sayang yang tidak ternilai.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak