5 Hal yang Kudu Dipertimbangkan Jika Kamu Mau Jadi Ibu Pekerja

Rendy Adrikni Sadikin | Mutami Matul Istiqomah
5 Hal yang Kudu Dipertimbangkan Jika Kamu Mau Jadi Ibu Pekerja
Ilustrasi ibu pekerja.(Pexels.com)

Menjadi ibu pekerja atau wanita karier setelah berumah tangga adalah keputusan yang mulia. Mengingat tujuannya adalah untuk membantu perekonomian keluarga dan membuat diri tetap produktif. Namun, ketika seorang wanita sudah berada pada masa kehamilan, biasanya mulai mempertimbangkan untuk tetap bekerja atau hanya mengurus rumah tangga saja ketika nanti anaknya sudah lahir.

Beberapa dari kita, ingin tetap bekerja. Karena sudah merasa nyaman bahkan sudah terbiasa mengatur uang yang sekian, sudah mencintai pekerjaan yang biasa di jalani. Namun, keputusan tersebut harus dipikirkan matang-matang dan mendapat persetujuan dari beberapa pihak. Makanya, kamu tidak boleh terburu-buru mengambil keputusan karena memang ada beberapa hal yang patut di pertimbangkan.

1. Persetujuan suami

Yang pertama, kamu harus mempertimbangkan persetujuan suami. Apakah suami menyetujuimu untuk tetap bekerja atau justru ingin kamu fokus dengan rumah tangga dan anakmu nanti. Bagaimanapun, izin suami adalah yang terpenting. 

Sebab, jika kamu tetap memaksa bekerja namun suami tidak mengizinkan, bisa jadi rumah tanggamu berantakan karena suami merasa tidak di hargai. Hal tersebut bisa berbuntut panjang karena memicu perdebatan.

Niatmu yang mulia jangan sampai malah menjadi faktor yang meretakkan rumah tangga. Kamu harus memahami bahwa setiap hal selalu membutuhkan proses. Jika suami kamu belum memberi persetujuan saat ini, maka kamu bisa sering-sering mengajaknya berdiskusi. Siapa tahu, esok atau lusa suami kamu bisa berubah pikiran. Tapi, kamu juga harus memperhatikan dan menimbang segala hal yang mendasari suami kamu tidak memberi persetujuan, ya. Karena bisa jadi pendapatnya benar. Kamu tidak boleh menutup mata.

2. Izin orangtua dan mertua

Yang kedua, kamu juga harus mendapatkan izin dari orangtua dan mertua. Karena bagaimanapun, semua itu menyangkut nasib cucu mereka. Jika kamu bekerja, siapa yang akan menjaga anakmu? Apakah orangtuamu, mertuamu, atau kamu membutuhkan bantuan tenaga pengasuh? Semua itu harus di bicarakan, di pertimbangkan dan harus mendapatkan persetujuan bersama agar tidak menjadi masalah atau kesalah pahaman di kemudian hari. 

3. Mempertimbangkan anak

Yang ketiga, kamu harus mempertimbangkan anakmu. Maksudnya, kamu harus mempertimbangkan apakah kamu rela menyerahkan masa-masa emasnya di tangan orang lain? Bukannya meremehkan orangtua, namun saat ini banyak ilmu parenting baru yang bisa kita terapkan untuk tumbuh kembang si kecil agar lebih baik. Namun jika orang lain yang mengurus anak kita, belum tentu bisa menerapkan apa yang kita harapkan.

Jadi, jika kamu tetap memilih menjadi wanita karir, kamu harus memastikan bahwa anakmu berada di tangan yang tepat, dan kamu tetap bisa memberikan kuasa penuh atas cara mendidik dan pola asuhnya. 

Misalnya, jika keputusan yang di ambil adalah anakmu dirawat oleh mertuamu, maka kamu harus mendiskusikan dengan baik bagaimana pandanganmu dalam membesarkan si anak dan memastikan bahwa mertuamupun setuju serta memahami pola asuh yang kamu mau. Mengingat kamu tidak bisa membersamainya sepanjang hari, jadi segala sesuatunya harus dibicarakan dengan teliti.

Selanjutnya, kamu harus memastikan bahwa anakmu tidak merasa kurang kasih sayang dari kamu, ibunya. Kamu harus mempertimbangkan bagaimana mengatur waktu agar kehadiranmu juga dinantikan oleh anakmu sendiri. Karena bagi anak bayi, yang paling utama adalah kasih sayang ibu dan ayah. Kasih sayang ibu dan ayah sejak kecil akan mempengaruhi bagaimana cara anak menyayangi orangtua bahkan menyayangi orang lain.

4. Dirimu sendiri

Yang ke empat, kamu juga harus mempertimbangkan dirimu sendiri. Bagaimanapun, semua itu adalah kamu yang menjalani. Kamu harus mempertimbangkan apakah sekiranya kamu mampu menjalani hidup sebagai ibu pekerja, lalu pulang ke rumah berganti menjadi ibu rumah tangga. Dengan segala beban yang ada di kantor, di tambah pula dengan pekerjaan rumah. Ingat, sekuat apapun kamu tetap butuh istirahat. Jangan sampai aktivitas mu yang banyak malah membuat kamu stress atau sakit. 

Kalau sekiranya kamu merasa tidak sanggup dengan semua itu, tidak ada salahnya kamu mendiskusikan dengan suami untuk meminta bantuan pengasuh maupun asisten rumah tangga. Dengan demikian, semua pekerjaan berada di tangannya masing-masing, tidak terbengkalai.

Meskipun tujuanmu baik, sekali lagi untuk membantu perekonomian keluarga, bukan berarti kamu bisa melupakan tanggung jawab lain selain bekerja. Hakikatnya, kamu tetaplah seorang istri dan ibu. Jadi, kamu harus memastikan menjadi pekerja yang baik, ibu yang penuh kasih sayang kepada anak, dan istri yang mencukupi kebutuhan suami secara tidak kurang.

5. Waktu bersama keluarga

Yang terakhir, kamu harus mempertimbangkan waktu bersama keluarga. Maksudnya, berapa hari liburmu dalam seminggu atau sebulan. Bagaimanapun, kamu tetap harus mengutamakan keharmonisan keluarga. Akan lebih baik jika kamu memiliki waktu bersama yang cukup dengan anak maupun suami, karena dengan begitu kehidupan rumah tangga tidak akan berangsur dingin. 

Itu dia 5 hal yang wajib dipertimbangkan sebelum kamu memilih menjadi ibu pekerja. Jadi, meskipun menjadi ibu pekerja bisa menjamin keuangan akan lebih baik, tapi harus diiringi dengan persetujuan dan dukungan orang lain. Bahkan yang utama, harus mampu menyikapi segala hal dengan bijaksana.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak