Galau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tentang pikiran yang kacau. Artinya ia risau dan tanpa diduga ia sedih. Tentu saja bukan hanya karena cinta. Biasanya galau ini sering menimpa anak-anak muda dan remaja yang kehidupannya sedang dilema. Entah itu karena terlalu fokus memikirkan masa depan, masalah di kebun yang tanamannya tak kunjung panen, atau karena harga cabai sedang turun. Pokoknya galau itu tak segalanya tentang percintaan.
Dari definisinya, galau adalah perasaan tidak sedap, manyun, dan pikiran tak karuan. Tentu ada beberapa faktor mengapa orang itu bisa dihinggapi kegalauan.
Tidak Punya Pulsa dan Paket Internet
Ini yang pertama. Sebab di zaman digital ini, tak ada kouta internet rasanya jauh lebih sengsara ketimbang jomblo tujuh tahun. Mengapa? Mau chat doi nggak bisa, mau lihat informasi terkini tidak bisa, mau telepon teman tidak bisa, pokonya mau apa pun yang melibatkan telepon atau hape tidak bisa. Padahal jaman sekarang hampir semuanya membutuhkan gadget untuk berbuat sesuatu.
Misalkan akan chat temannya, "Bro, ada di mana?" namun karena menyisakan hp saja, ia harus merelakan diri karena pulsa dan kouta sedang tidak ada. Galau akhirnya melanda.
Kalau seseorang diberi pertanyaan: "Mau jadi jomblo satu bulan atau mau kouta internet? Jelas mau kota internet. Apalagi dibelin. Ya kan? Maka risau akan datang ketika kamu hanya diberi pertanyaan berupa pilihan namun gagal dibelikan kouta internet.
Godaan Diskon
Aplikasi marketplace mampu menghipnotis masayarakat karena tak sedikit harga produk di dalamya murah meriah. Pun juga produk dan segala macam di dalamya tak jarang menawarkan diskon-diskon wah dan superwaw. Lihat sandal ini diskon 80%, lihat baju ini diskon 89%, lihat kerudung ini diskon 70%. Dari sekian banyak diskon yang ditawarkan di marketplace, kamu akan galau (risau) jika kamu nggak punya uang. Atau punya uang tapi isi dompet ber-alarm. Jelas kegundahan dan kegelisahan akan sedikit menjemputmu.
Mondok
Kata siapa mondok itu nggak dilanda kegalauan? Perlu kamu tau bahwa di pondok adalah mayoritas pemuda-pemudi. Sedangkan darah muda selain memiliki hasrat ingin tau segala hal, gampang egois dan semacamnya, darah muda juga adalah rawan didatangi kegelisahan, gundah, risau, gabut dan segala macem. Kok bisa?
Misalkan kiriman lambat, namun utang (minjam uang ke teman-temannya) sudah harus segera dilunasi karena temannya juga sedang punya hutang dan harus segera dibayar. Belum lagi ketika nasi kiriman sudah terlanjur jadi bubur namun ia sedang lapar, jelas tingkat kebimbangannya (galau) akan naik 30 persen.
Tugas Sekolah atau Kampus Lupa Dikerjakan
Orang mana dan anak siapa yang pikirannya nggak akan pusing tujuh keliling jika saat penyetoran tugas, tugasnya lupa dikerjakan? Ini bukan lagi tentang siapa yang pintar dan tidak cerdasnya seseorang. Melainkan tentang kepusingan atau kegalauan agar segera menemukan opsi atau jalan keluar agar tugasnya segera kelar. Dikasih contekan misalkan.
Ini bukan lagi tentang peluh keringat yang keluar bercucuran deras bertanda bekerja keras, namun karena kaget dan tidak sadarnya bahwa hari ini adalah hari terakhir penyerahan tugas.
Adanya Tekanan dari Lingkungan dan Keluarga
Jati diri nampaknya masih menjadi pertanyaan serius bagi seseorang. Bagaimana tidak, ia dituntut untuk terus sukses oleh keluarga dan lingkungannya. Misalkan ia adalah keturunan darah biru yang oleh orangtuanya dituntut untuk paham ilmu keagamaan, harus pintar dan harus menempuh pendidikan tinggi. Adanya tekanan seperti ini tak jarang mengakibatkan kegelisahan dan gundah gulana yang luar biasa.
Tekanan selanjutnya yang bisa disamperi kegalauan adalah karena dituntut untuk mengikuti jajak karier kakaknya atau pun familinya yang sukses di bidang tertentu. Namun ia sama sakali tak mempunyai skill dan keahlian di bidang tersebut. Ia punya kelihaian di bidang lain yang tidak ada pada kakaknya maupun familinya.