Belakangan ini, pengguna media sosial sering sekali menggunakan kata flexing untuk orang yang gemar memamerkan kekayaan mereka. Flexing memang umum terjadi di dunia nyata. Namun, dengan kehadiran media sosial, flexing menjadi hal yang wajar dan sering dilakukan oleh pengguna media sosial.
Pasti kita tahu bahwa pamer bukanlah perilaku yang baik untuk dilakukan. Akan tetapi, melalui media sosial, terlihat flexing ini tampak hal yang biasa saja dan lazim untuk dilakukan, lho. Sehingga, terkadang memberikan dampak negatif tertentu.
Nah, apakah kamu sendiri sudah paham apa itu flexing secara mendalam? Jika kamu belum terlalu memahami flexing, maka kamu perlu simak ulasan ini hingga selesai, yuk!
1. Apa itu flexing?
![ilustrasi orang menggunakan smartphone (pexels.com/Gustavo Fring)](https://media.arkadia.me/v2/articles/fajrinaannisaa/SjQr48BCvzW3Bst09g5NW8E2CPD4W4uq.png)
Seperti yang disebutkan sebelumnya, flexing adalah istilah yang digunakan untuk orang yang sering pamer kekayaan. Kekayaan yang dimaksud tidak selalu berkaitan dengan uang, tetapi bisa berkaitan dengan sesuatu yang dicapai oleh seseorang.
Cara seseorang pamer atau fllexing sering membuat orang lain tidak nyaman, sehingga membuat banyak orang yang melihatnya menjadi tidak senang.
Misalnya saja, seperti menunjukkan saldo ATM, memamerkan setumpuk uang, atau pamer barang-barang mewah. Terkadang, flexing lebih sering dilakukan oleh para influencer atau orang yang memiliki banyak followers.
2. Tujuan seseorang melakukan flexing
![ilustrasi seseorang memegang smartphone (pexels.com/Wendy Wei)](https://media.arkadia.me/v2/articles/fajrinaannisaa/eky0DommriepxralhqP6TUP86ujuk1XX.png)
Setiap flexing yang dilakukan orang lain di media sosial memiliki tujuan yang beragam. Namun, satu tujuan yang paling pasti yaitu ingin menunjukkan kemampuan hingga ingin menunjukkan status sosial mereka ke publik.
Tetapi, terkadang flexing ini dianggap sebagai strategi pemasaran bagi beberapa influencer, sehingga mendapatkan perhatian publik. Namun, terkadang flexing yang dilakukan sering berakhir dengan kesan yang kurang baik, seperti dianggap norak atau sombong bagi yang melihatnya.
3. Dampak negatif flexing
![ilustrasi seseorang menggunakan smartphone (pexels.com/Blue Bird)](https://media.arkadia.me/v2/articles/fajrinaannisaa/ZRsJGHH5kca4PGBArnxj3v5IbJXwcw93.png)
Secara tidak langsung, semakin sering seseorang flexing di media sosial, maka akan memberikan dampak negatif yang berbahaya bagi diri mereka sendiri. Jadi, apa saja dampak negatif tersebut? Berikut ini terdapat beberapa dampak negatif flexing, antara lain:
- Hidup orang yang flexing akan semakin konsumtif, karena mereka akan hidup untuk memenuhi kesan dari banyak orang agar selalu terlihat menjadi orang kaya, sehingga orang yang flexing akan sering membeli banyak hal yang mendukung kesan tersebut.
- Jika orang tersebut tidak sanggup untuk memenuhi kesan menjadi orang kaya, maka kemungkinan akan memenuhi dengan cara yang di luar kemampuan, yaitu nekat berhutang. Nah, ini akan menjadi masalah besar bila kamu tidak sanggup membayar hutang tersebut.
- Saat seseorang sangat gemar flexing, kemungkinan rasa empati mereka akan semakin minim. Sebab, mereka tidak peduli dengan orang lain yang kekurangan dan membutuhkan bantuan, karena mereka sibuk memamerkan harta kekayaan mereka saja.
4. Cara menyikapi orang yang flexing
![ilustrasi flexing (pexels.com/Liza Summer)](https://media.arkadia.me/v2/articles/fajrinaannisaa/8ycpuWvQbCbhcXi6s8KjLy0LqDlhG7PU.png)
Flexing tidak hanya dilakukan oleh pengguna media sosial yang memiliki banyak pengikut saja, tetapi mungkin di sekitarmu ada orang yang beperilaku seperti itu. Untuk menyikapi orang yang sering flexing, kamu tidak perlu ambil pusing.
Kamu cukup abaikan saja. Jika kamu terganggu saat mereka flexing secara berlebihan di media sosial, maka kamu bisa mute media sosial mereka. Terkadang flexing bisa membuat diri kita menjadi membandingkan apa yang sudah kita capai dengan mereka, sehingga berujung menjadi membuat kamu galau berkepanjangan.
Akan tetapi, jika kamu anggap flexing yang mereka lakukan bisa membangun semangat untuk meraih sesuatu yang kamu inginkan, mungkin bisa kamu jadikan motivasi.
5. Cara mengurangi flexing
![ilustrasi seseorang menggunakan smartphone (pexels.com/mikoto.raw Photographer)](https://media.arkadia.me/v2/articles/fajrinaannisaa/7JiGFQRERDJhmZWLEeqFqjdh2m1Yek4r.png)
Nah, selagi kita sudah memahami apa itu flexing, kita perlu mengurangi menjadi pengguna media sosial yang gemar flexing, karena bisa membuat orang lain menjadi tidak nyaman. Tidak bisa dipungkiri, sebagai pengguna media sosial, pasti secara tidak langsung kita bisa saja flexing.
Untuk mengurangi flexing di media sosial, kamu bisa pahami beberapa cara di bawah ini:
- Pilih beberapa orang yang bisa melihat postingan kamu. Jadi, ketika kamu posting mengenai pencapaianmu, kamu tidak dianggap berlebihan, melainkan mereka akan menghargai apa pencapaian yang sudah kamu dapatkan
- Ketika kamu posting suatu pencapaian, kamu bisa masukkan tujuanmu. Kamu bisa tambahkan penjelasan seperti kamu bangga dengan diri sendiri dan sedang merasa senang atas pencapaian tersebut. Tetapi, tidak perlu berlebihan dan sewajarnya saja
- Bila ingin memposting tentang pencapaianmu, mungkin kamu bisa tambahkan kalimat yang membuat orang lain merasa terinspirasi dan niat untuk berbagi dengan orang lain, sehingga kamu tidak terlihat flexing berlebihan
Mungkin memang sulit menghindari dianggap flexing di media sosia, meskipun niat kamu bukan untuk pamer, melainkan untuk berbagi kebahagiaan. Kamu bisa lebih bijak dalam memilih untuk memposting pencapaianmu di media sosial, agar tidak disalahpahami.
Selain itu, flexing bisa dikatakan wajar jika kamu menunjukkan postingan milik kamu sendiri dan hasil pencapaianmu sendiri, jadi tidak semua dianggap flexing, ya!
Nah, apakah sekarang kamu sudah paham mengenai istilah flexing yang sering digunakan oleh pengguna media sosial?